Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dokter di RSUD Jatisampurna Bekasi Meninggal Karena Virus Corona? Ini Penjelasan Wawali Kota

Dokter itu dikabarkan meninggal pada Senin 29 Maret 2020 setelah dirawat di RSUP Persahabatan

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Dokter di RSUD Jatisampurna Bekasi Meninggal Karena Virus Corona? Ini Penjelasan Wawali Kota
Tribunnews/Irwan Rismawan
Petugas mengangkat jenazah pasien virus corona atau Covid-19 yang meninggal untuk dimakamkan di TPU Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (25/3/2020). Pemprov DKI Jakarta menyediakan dua taman pemakaman umum (TPU) untuk pasien virus corona (Covid-19) yang meninggal dunia, yakni TPU Tegal Alur dan TPU Pondok Ranggon. 

TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Kabar duka karena virus corona atau Covid-19 datang dari Bekasi.

Seorang dokter RSUD Tipe D di Jatisampurna, Kota Bekasi meninggal dunia pascadinyatakan positif virus corona.

Baca: Bintan Kedatangan 39 Tenaga Kerja Asing di Tengah Wabah Corona, Ini Penjelasan Pemkab

Berdasarkan informasi yang diperoleh, inisial dokter itu adalah VIV.

Dokter itu dikabarkan meninggal pada Senin 29 Maret 2020 setelah dirawat di RSUP Persahabatan.

Dokter VIV merupakan warga Jakarta Timur, yang bekerja di RSUD Tipe D Jatisampurna, Kota Bekasi.

Ketika ditanya kabar meninggalnya dokter RSUD Tipe D Jatisampurna, Waki Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan pihaknya masih menunggu hasil dari Litbangkes Kementerian Kesehatan.

Berita Rekomendasi

"Iya itu nunggu hasil Litbangkes Kemenkes," ujar Tri saat ditemui di Pendopo Kantor Pemkot Bekasi, Rabu (1/4/2020).

Tri mengungkapkan, penetapan seseorang positif Covid-19 dilakukan oleh Litbangkes.

Oleh karena itu, status dokter yang meninggal belum bisa dipastikan positif Covid-19..

"Karena mengidap (positif) Corona kan harus tetap Litbangkes yang menetapkan," tegas Tri.

Tri menambahkan, hingga saat ini belum ada yang meninggal karena Covid-19 di Kota Bekasi.

"Iya kalau dari update di website kan belum ada, kan informasinya satu pintu. Jadi kabar itu belum bisa dipastikan," paparnya.

Ketersediaan alat pelindung diri (APD) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) tipe D Jatisampurna, Kota Bekasi, diinformasikan sangat minim.

Padahal, lokasi rumah sakit tipe D itu tengah menangani Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19.

Tak hanya itu, manajemen rumah sakit memaksakan para tenaga medis yang sakit untuk tetap masuk.

"Parah APD-nya minim, malah sempat enggak ada beberapa hari lalu," ujar sumber Wartakotalive yang dapat dipercaya, Selasa (31/3/2020).

Sumber itu mengungkapkan, selain minim APD, rumah sakit itu juga sangat minim jumlah tenaga medis.

Bahkan, cuma ada satu dokter spesialis paru.

Selain itu, asupan makan tenaga medis kurang diperhatian.

Tak ayal, banyak tenaga medis di sana yang sakit.

"Perawat sama dokter sudah pada sakit, tetep disuruh masuk."

"Kalau tidak disuruh, ajukan surat mengundurkan diri," jelas dia.

Pemerintah Kota Bekasi juga terkesan memaksakan RSUD tipe D Jatisampurna menjadi lokasi penanganan pasien Covid-19.

Padahal, fasilitas di rumah sakit itu tidak memadai dan tidak sesuai standar.

Ruang isolasi hanya dilengkapi exhaust tidak ada ada hepa filter, tekanan negatif, maupun pengukur tekanan.

Kemudian, ruang anteroom atau ruang pemisah antara ruang isolasi pasien dengan perawat baru dibuat setelah ada satu pasien yang sudah pulang.

"Jadi ruang isolasi tidak sesuai standar, terkesan memaksakan gitu. Padahal sarana prasarananya belum siap," imbuh sumber tersebut.

Ia menyebut kondisi sejumlah tenaga medis kini tengah dilanda gelisah.

Sebab, ada salah satu dokter di RSUD Jatisampurna yang meninggal pada 29 Maret 2020. Dokter itu juga dinyatakan positif Covid-19.

Status positif dokter gigi itu juga dikabarkan sempat disembunyikan pihak rumah sakit.

"Jadi dokter itu terakhir masuk 16 Maret, tanggal 29 Maret meninggal. Status positifnya tuh sempat kayak disembunyiin gitu," bebernya.

Pihak RSUD Jatisampurna juga tidak langsung melakukan pengecekan terhadap para tenaga medis dan pegawai lainnya yang bekerja.

Padahal, banyak dari mereka yang kontak langsung dengan dokter gigi tersebut.

Pengecekan kesehatan menggunakan rapid test atau tes cepat dengan sampel darah, baru dilakukan tanggal 25 Maret 2020, atau setelah keluar hasil dokter itu positif Virus Corona.

"Tenaga medis dan lainnya baru diperiksa rapid test ketika diketahui status dokter itu positif Corona, hasilnya semuanya negatif."

"Tapi kan akurasinya kurang ya, harusnya pakai swab atau PCR," tutur dia.

Pemeriksaan Virus Corona menggunakan metode swab baru dilakukan satu hari setelah dokter tersebut dinyatakan meninggal dunia.

Diketahui dokter itu meninggal pada 29 Maret 2020, para pegawai dan tenaga medis yang kontak langsung kembali dilakukan pemeriksaan menggunakan swab pada 30 Maret 2020.

"Pertanyaannya, kenapa saat awal statusnya positif enggak langsung dites pakai swab? Ini kan pakai rapid test," ucapnya.

Kini tenaga medis maupun pegawai yang sempat kontak dengan dokter itu dihantui rasa cemas seusai melakukan pemeriksaan tahap kedua dengan swab yang akurasinya lebih tinggi.

Mereka hanya bisa berdoa agar hasil tesnya negatif.

"Tes swab kemarin sama hari ini, karena ada yang belum datang. Jadi masih menunggu hasilnya."

Baca: 100 Awak Positif Covid-19, Kapten Kapal Induk AS: Para Pelaut Kami Tak Harus Mati Seperti Ini

"Semoga negatif, teman-teman tenaga medis was-was juga karena sekarang kondisinya kan pada sakit," paparnya.

Wartakotalive sudah berusaha menghubungi pihak rumah sakit tersebut dan Dinas Kesehatan Kota Bekasi terkait kabar ini, namun belum ada jawaban dari kedua instansi tersebut.

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul: Dokter RSUD di Kota Bekasi Dikabarkan Meninggal Akibat Covid-19, Ini Kata Wakil Wali Kota

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas