Cerita Charles, Pembuat Peti Jenazah: Peti untuk Korban Covid-19 Pakai Kayu Sengon
Charles adalah pemilik toko peti mati yang berlokasi di Cipayung, Jakarta Timur. Ia kini menjadi relawan pembuat peti mati
Editor: Rachmat Hidayat
Laporan wartawan Tribun, Lucius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Permintaan peti jenazah untuk jenazah Covid-19 di Indonesia, khususnya di wilayah Jakarta membuat Charles Siahaan (30) menjalankan tugas kemanusiaan yang luar biasa besar.
Charles adalah pemilik toko peti mati yang berlokasi di Cipayung, Jakarta Timur. Ia kini menjadi relawan pembuat peti mati bagi jenazah Covid-19. Sebagai relawan, peti jenazah yang dibuat Charles dan seluruh kru-nya dihargai lebih murah.
Di tengah mewabahnya virus corona, Charles per hari harus memproduksi 20 unit peti mati. Angka tersebut tergolong sangat banyak dan sulit dipenuhi lantaran Charles kekurangan tenaga kerja.
Baca: Pemerintah Sebut Masa Inkubasi Covid-19 di Indonesia pada Kisaran 5-6 Hari
Charles yang mengaku ingin menjalankan tugas kemanusiaan, sebagai tukang peti, berusaha melakukan yang terbaik untuk memenuhi permintaan peti tersebut. Ia dan kru-nya kini bekerja membuat peti jenazah Covid-19 hingga tengah malam.
Baca: Daftar Harga Mobil Klasik Fiat 500, Mulai Rp 342 Jutaan hingga Rp 2,1 miliar
"Tengah malam orang-orang pada tidur kita "Kletang-kletung" buat peti. Karena di sini kita kerja, di sana (pemesan) sudah nagih. Hari ini kita kerja malam, besok siang harus sudah diantar pukul 12:00 WIB," kata Charles kepada Tribun di kediamannya, Kamis (9/4/2020).
Berikut petikan wawancara lengkap Tribun dengan Charles Siahaan.
Awal menjadi relawan pembuat peti jenazah Covid-19?
Awalnya saya dihubungi oleh salah satu pihak yang mau menyumbang peti jenazah untuk korban Covid-19 ini. Dia menghubungi saya dan nanya,"Apa ada peti jenazah yang murah? ini untuk Covid-19. Yang penting jangan terlalu mahal"
Waktu itu bilangnya begitu. Akhirnya saya jawab ada, dan yang terpenting pesan berapa unit. Waktu itu yang menghubungi saya itu pesan 80 unit akhirnya.
Baca: Pemerintah Himbau Belajar Dirumah, Cloud Hosting Jawaban Kebutuhan Sekolah Untuk Ujian Online
Tantangan ketika mengirimkan peti jenazah. Setiap kita mengantar peti untuk rumah sakit, kita harus berhadapan dengan petugas keamanan.
Baca: Ini Daftar Lengkap Libur Nasional dan Cuti Bersama 2020 yang Jadwalnya Digeser Karena Corona
Setelah ada kasus Covid-19 dalam sehari buat berapa peti?
Kalau satu hari kami ditargetkan untuk membuat 20 peti.
Beda peti jenazah Covid-19 dengan peti biasa apa?
Bedanya peti jenazah untuk Covid-19 ini peti biasa. Kalau peti yang bukan covid itu peti bagus. Peti perjamuan, peti-peti elite. Seperti yang ukir.
Detail peti jenazah Covid-19?
Peti jenazah Covid-19 ini pakai kayu "jeng-jeng." Atau yang dalam bahasa Indonesia kayu sengon. Permintaan dari pihak yang menyumbangkan peti jenazah Covid-19.
Baca: Pemerintah Sebut Masa Inkubasi Covid-19 di Indonesia pada Kisaran 5-6 Hari
Untuk pembuatan peti jenazah pakai dana pribadi atau dana yang menyumbangkan?
Dari pihak yang menyumbangkan kalau cuma ada sekian ya tentunya kita bantu secara material.
Apa mas Charles ikut menguburkan jenazah Covid-19?
Pemda tidak boleh. Hanya bisa mengantar peti meninggalkan peti dan balik. Begitu juga besoknya. Biar tenang mereka semua yang bertugas.
Dan kalau ada permintaan keluarga yang minta peti dari yang di luar yang sudah disediakan itu tidak bisa. Mereka harus punya izin dari pihak Kamar Jenazah.
Takutnya jenazah ini korban Covid-19. Tidak boleh, makanya harus minta ijin. Ditanya dulu, status yang meninggal ini status apa. Apakah dia bukan Corona, PDP atau sudah positif. Ada statusnya, maka itu tidak bisa sembarangan.
Saya kemarin menghadapi juga begitu. Ternyata jenazah status dalam PDP, yang ketika saya mengantar peti kemarin. Kalau udah PDP, akan diurus Pemprov DKI.
Per hari harus 20 unit peti, bisa dijelaskan kesulitan memenuhi permintaan tersebut?
Sebelum ada Covid-19 per hari kita biasanya bikin 10 unit. Kalau sekarang harus 20, kita kesulitan tenaga kerjanya saja. Jadi dengan jumlah yang terbatas kita akhirnya harus kerja 24 jam nonstop. 20 peti jenazah Covid-19.
Saya juga sudah sampaikan kepada pihak penyumbang bahwa kita punya masalah kekurangan tenaga.
Selain itu jarak dengan warga harus kita pertimbangkan ketika membuat peti. Tengah malam orang-orang pada tidur kita "Kletang-kletung" buat peti. Karena di sini kita kerja, di sana sudah nagih.
Baca: Bhabinkamtibmas, Babinsa, RT, dan RW Jadi Ujung Tombak Hentikan Penularan Covid-19 Selama PSBB
Hari ini kita kerja malam, besok siang harus sudah diantar pukul 12:00 WIB. Karena itu yang namanya Covid-19 ini jenazahnya harus langsung dikubur, tidak boleh lewat dari tiga jam. Kalau lewat dari tiga jam bisa berbahaya bagi orang lain.
Berpacu dengan waktu juga ya?
Iya mas. Tepat. Kurang tidur, kurang istirahat. Tapi ya mau tidak mau, sifatnya relawan ya mau tidak mau kita harus kerjakan.
Pandangan pribadi mas Charles soal menjadi relawan pembuat peti jenazah Covid-19?
Kalau kita jujur sih kita sifatnya relawan. Untuk membantu saja. Tapi kalau kita egois, maaf, bisa saja kita mahalin. Kalau sini orang-orang bilang soal karma, ada yang baik dan buruk. Jadinya mau tidak mau saya dan kita semua relawan harus memberi yang terbaik.
Kadang harus nombok dan kesulitan dana saat membuat peti?
Bahan membuat peti itu mahal. Termasuk cat untuk peti. Tapi karena kita sifatnya sosial kadang ada yang menyumbang semua kebutuhan untuk membuat peti ini. Kadang kita ada modal sekian, kita buat cukup untuk membuat peti ini.
Kadang saya juga minta tolong kepada yang jual supaya tidak memainkan harga. Memang harus ada keikhlasan di sini. Dan juga perlu kesabaran, biarpun kita dimarahin warga karena jam tidurnya terganggu, saya maklum.
Baca: Kisah Mantan Gelandang Timnas Thailand Mengenai Kenangan dengan Persib Bandung
Tapi saya juga syukur karena warga pun akhirnya maklum kalau saya sedang buat peti malam-malam.
Baca: Ini Daftar Lengkap Libur Nasional dan Cuti Bersama 2020 yang Jadwalnya Digeser Karena Corona
Sejak kasus kematian pertama Covid-19, total sudah berapa unit peti yang mas Charles buat?
Untuk data pesanan total sudah ada 1500 unit peti jenazah Covid-19 yang sudah kita buat dan kita antar. Itu mulai dari jatuhnya korban, kalau saya tidak salah pertengahan Februari sampai sekarang. Sudah 1500 unit. Ditambah ada yang donasi juga sudah menyumbangkan 130 peti.
Kendala ketika mengantar atau membuat peti jenazah Covid-1?
Faktor alam. Kalau hujan terhambat proses pembuatan peti. Dari pemerintah tidak menyediakan lokasi pembuatan peti, semua bikin peti di tempat pribadi. Harga peti turun banget. Drastis.
Tapi karena sosial kita mau tidak mau harus ikhlas. Mungkin dengan cara seperti ini, kita kan tidak tahu di mana Tuhan meletakan rejeki, di mana lokasinya, di situlah nanti kita dilipatgandakan.
Baca: Penggalangan Donasi yang Diinisiasi Glenn Fredly untuk Bantu Warga Terdampak Covid-19 Terus Berjalan
Apa ada kesan tersendiri bagi mas Charles sebagai pembuat peti jenazah?
Tentu ada, apalagi sekarang. Sejauh ini banyak keluarga korban Covid-19 berterimakasih kepada saya. Mereka bilang,"Karena om lah kami bisa seperti ini. Dan keluarga kami bisa berjalan dengan baik untuk pemakamannya"
Bagaimana pun jenazah COVID-19 ini agak susah masalah penguburan. Dan yang menyalatkan juga agak susah. Mereka yang mendoakan almarhum itu diberi jarak 3 meter karena virus ini bisa menular kepada yang melayani.
Baca: Sosok Glenn Fredly di Mata Tompi: Orang yang Bisa Menggerakan Kawan, Kaya Panglima Perang
Ya kita semua, saya sendiri tukang peti juga, kita harus bergandengan tangan untuk menangani Covid-19 ini. Semoga ke depan pemerintah lebih bijak lagi bagaimana caranya biar Covid-19 ini bisa segera berakhir.