Cerita Pilu Chef di Bekasi yang Dirumahkan Tanpa Upah, Terpaksa Jual Ayam dan Bakso Geprek
Gara-gara pandemi virus corona atau Covid-19, Guntur terpaksa tak bekerja alias dirumahkan oleh tempat di mana dia bekerja
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Guntur Saputro (27) tak pernah menyangka tahun 2020 menjadi tahun terberatnya.
Gara-gara pandemi virus corona atau Covid-19, Guntur terpaksa tak bekerja alias dirumahkan oleh perusahaan di mana dia bekerja.
Baca: Gugus Tugas Memanggil Para Jiwa-jiwa Pahlawan Ikut Perangi Virus Corona sebagai Relawan
Guntur adalah seorang koki atau chef di kafe yang gerainya berada di salah satu mal di Bekasi.
Ia dirumahkan sejak awal pengumuman penutupan mal sementara tahap pertama tanggal 25 Maret sampai 7 April.
Guntur yang baru saja merasakan kebahagiaan atas kelahiran buah cintanya dari sang istri pada 15 Desember 2019.
Tapi, dia terpaksa menelan pil pahit atas perubahan kondisi yang sangat mendadak ini.
Saat ini, mal itu memperpanjang penutupan sementara hingga 24 April 2020.
Dari situ, Guntur tak lagi berangkat kerja dan lebih banyak di rumah.
"Sekarang di rumah saja sudah tiga mingguan.
"Tutup sementara sampai 24 April, tapi belum jelas juga."
"Sepertinya bakal diperpanjang lagi," tutur Guntur saat ditemui di kediamannya di Bintara, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi, Minggu (19/4/2020).
Waktu awal Virus Corona merebak di dunia, ia tak pernah berpikir hal itu akan dirasakan di Indonesia.
Keresahan mulai datang ketika kasus pertama Covid-19 masuk Indonesia.
Penyebaran itu terus masif, hingga adanya anjuran tidak keluar rumah dan jangan berkerumun atau nongkrong.
Sedangkan tempat ia bekerja itu merupakan kafe tempat orang berlama-lama untuk nongkrong.
"Dari situ sudah khawatir ya, waktu awal-awal kan cuma dibatasi saja jam operasionalnya, itu juga kan sudah sepi."
"Sampai akhirnya ditutup sementara malnya," ucap Guntur.
Saat dirumahkan, perubahaan drastis itu sangat dirasakan.
Apalagi, perusahaan tempatnya bekerja yang seharusnya tetap memberikan gaji, tidak diberikan.
Total ada 19 karyawan di tempatnya bekerja.
Ia yang dianggap senior oleh teman-temannya telah beberapa kali berbicara dengan atasannya.
Akan tetapi, tak mendapatkan respons.
Padahal, ia dan teman-temannya tidak mempermasalahkan meski upahnya tak dibayar secara utuh.
Sebab, dalam kondisi sulit ini, uang untuk biaya hidup sangat dibutuhkan.
"Kalau tenant lain, tempat kerja lain, masih pada digaji walaupun dirumahkan, ya ada yang utuh ada yang setengah."
"Kami juga ngerti, jangan sampai enggak dikasih gaji begini sama sekali," keluh Guntur yang telah bekerja di kafe itu selama tiga tahun.
Guntur menerangkan alasan tak diberikan gaji dikarenakan kafe tempatnya bekerja merupakan franchise, tidak langsung milik perusahaan pusat.
Akan tetapi, seharusnya perusahaan pusat bisa memberikan tekanan atau kebijakan kepada pemiliknya untuk membayar gaji karyawannya.
"Dalam kondisi gini kita butuh uang, pemerintah juga bilang kan dirumahkan harus tetap digaji," sesal Guntur.
Jika kondisinya seperti ini, tidak tepat jika menggunakan istilah dirumahkan, melainkan pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Saya tanya begitu, kantor bilang iya bisa dibilang PHK sementara."
"Tapi enggak bisa seperti itu, harus dipikirkan nasib kita," ucap Guntur.
Atas kondisi yang ia rasakan, Guntur tak tahu harus berharap kepada siapa lagi kecuali kepada Sang Pencipta.
Bantuan yang katanya bakal diberikan pemerintah juga tak bisa diandalkan.
Sebab, ia masih ber-KTP tempat tinggalnya dahulu sebelum menikah.
Saat menikah ia mengontrak di kawasan Bintara, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi.
Yang dipikirkan oleh Guntur tiap harinya ialah, bagaimana istri dan anaknya tercinta yang masih usia tiga bulan bisa tetap makan.
Satu dua minggu awal, ia masih bisa bertahan hidup dengan mengandalkan uang tabungannya.
Tapi lama kelamaan, uang tabungannya itu sudah habis terpakai, apalagi juga untuk membayar kontrakan awal April.
Sebagai kepala keluarga dan tak ingin istri serta anaknya kelaparan, Guntur berinisiatif memanfaatkan keahliannya untuk berjualan.
Ia yang memiliki keahlian memasak, memutuskan untuk berjualan ayam geprek dan bakso geprek dengan modal seadanya.
Dirinya memasarkan ke teman-temannya serta keluarganya melalui grup WhatsApp.
"Manfaatkan skill saya, dagang kecil-kecilan ke teman-teman, keluarga online pakai WhatsApp. Jual ayam geprek dan bakso geprek," beber Guntur.
Dengan modal yang seadanya itu, tentunya hanya bisa berjualan beberapa porsi saja.
Dan, penghasilannya pun sangat jauh berbeda dari gaji yang didapat saat bekerja di kafe.
"Ya muter aja, dibatasi, ada 10 porsi kita garap."
"Yang penting buat makan aja, bertahan hidup aja."
"Makanya ini saya bingung bayar kontrakan bulan depan (Mei)," tutur Guntur.
Ia bersyukur memiliki pendamping hidup yang sabar dan selalu memberikan semangat meski dalam kondisi sulit.
Dirinya juga bersyukur ASI istrinya lancar sehingga anak yang baru usia tiga bulan itu menyusui menggunakan ASI dan tidak susu formula.
Tahun 2020 ini menjadi tahun terberat dengan cobaan yang dirasakan keluarga kecilnya.
Apalagi, tiga hari ke depan sudah memasuki bulan puasa, lalu Hari Raya Idul Fitri.
Guntur hanya berharap agar pandemi Virus Corona ini segera berakhir.
Sebab, jika ini berkepanjangan, ia tak tahu nasibnya seperti apa ke depan.
Baca: DPR Minta Luhut Tindaklanjuti Pelarangan Mudik, Setop Pengoperasian Transportasi Umum
"Ini aja baru tiga minguan begini, di Cina baru selesai reda 4 bulanan."
"Semoga aja di Indonesia bisa lebih cepat, sudah benar-benar bingung," cetus Guntur.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul: Kisah Pilu Chef Kafe di Mal Tersohor di Bekasi Kena PHK, Jualan Ayam Geprek Demi Bertahan Hidup