Kasus Pencabulan di Rumah Ibadah Depok: Pengurus Curiga SPM Sering Pangku dan Peluk Anak-anak
Kasus ini baru terungkap setelah pengurus gereja mencium gelagat tak beres dari SPM
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
"Sekarang memang tim kami masih terus menerima laporan anak-anak yang mengaku menjadi korbannya pelaku," kata Tigor ketika dihubungi Kompas.com, Senin (15/6/2020).
"Yang mengaku langsung kepada saya, setidaknya yang sudah clear mengaku, ada enam orang. Tapi, yang masih butuh klarifikasi ada sekitar lima lagi," tambah dia.
Kejadian paling awal terlacak pada 2006 Tigor menyebutkan, sejauh ini pihaknya telah menerima pengakuan dari sejumlah anak-anak yang pernah jadi korban pencabulan oleh SPM.
Kebanyakan dari mereka merupakan anak-anak yang pernah dinaungi oleh SPM yang bertindak sebagai pembina salah satu kegiatan di gereja.
SPM sudah jadi pembina dalam kegiatan itu sejak awal 2000-an dan tak lama setelah itu pula ia melancarkan aksinya.
"Dari enam orang itu, pencabulan terjadi pada periode yang berbeda sejak beberapa tahun ke belakang. Yang saya terima, paling lama kejadian terlacak tahun 2006," jelas Tigor.
Ia berujar, tim internal gereja yang telah menginvestigasi kasus ini sebelum melaporkan SPM ke polisi akan terus bekerja.
"Kasus kayak gini, kalau kita baca pengalaman-pengalaman pada kasus seperti ini sebelumnya, korbannya tidak satu, bisa saja korbannya ada banyak," kata dia.
"Berangkat dari situ makanya saya dengan teman-teman terus menginvestigasi kasus ini supaya kita bisa melakukan perbaikan dengan bagus," tambah Tigor.
Korban mengaku dipaksa, kadang diancam Tigor melanjutkan, hasil mendengarkan penuturan cerita pencabulan dari para korban, SPM kerap melontarkan tipu daya dan ancaman kepada anak-anak itu untuk melancarkan aksinya.
"Kalau menolak permintaannya si pelaku, mereka diancam, dibilang, 'Kamu tidak akan dapat tugas lagi'," ungkap Tigor.
"Ada juga yang kemudian keluar dan tidak aktif sejak kejadian itu. Mereka trauma. Mereka takut. Ada juga yang, misalnya, anak-anak itu menolak diberhentikan sama si pelaku, jadi enggak dikasih tugas lagi," imbuh dia.
Ia beranggapan, terdapat sejumlah dimensi yang membuat kasus ini baru terendus setelah terjadi sekian lama dan menghantui belasan atau bahkan puluhan anak-anak lain sejak dulu.
"Saya melihat ini ada situasi di mana korban tidak tahu bahwa dirinya sedang dilecehkan karena mereka masih anak-anak, paling kecil 11 tahun," kata Tigor.