Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Pemilik Toko Sepeda di Tangerang yang Kewalahan Melayani Pembeli

Pasalnya dalam sehari, dirinya bisa menjual 10 sampai 20 sepeda dengan harga Rp 1,5 juta hingga puluhan juta.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Cerita Pemilik Toko Sepeda di Tangerang yang Kewalahan Melayani Pembeli
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
Sejumlah pengunjung mencari sepeda baru di toko sepeda di Jalan Otto Iskandardinata, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (26/6/2020). Penjualan sepeda di Kota Bandung meningkat, hal tersebut untuk berolahraga menjaga kesehatan dan imunitas tubuh di tengah pandemi Covid-19. Sepeda-sepeda tersebut dijual bervariasi mulai di atas Rp 1 juta hingga di atas Rp 10 juta. Tribun Jabar/Gani Kurniawan 

“Mungkin takut tak terjual, atau rugi secara bisnis,” ucapnya. Alhasil, kini beberapa toko sepeda pun pontang panting memasok komponen yang dicari-cari pelanggan.

Untuk mensiasatinya, Abraham memilih untuk mencari komponen melalui marketplace.

Namun, harga yang dibanderol di toko akan naik. Katanya yang penting untung tipis.

Kedua, ketersediaan sepeda juga masih terbatas. Sejak awal puasa, Abraham sudah menyetok 83 sepeda di toko.

Kini, semua ludes terjual. Dan untuk memasok sepeda dalam jumlah tersebut sangatlah sulit.

Senada dengan Abraham, Michael juga mengaku pasokan sepeda dari pabrikan terhambat. “Stok sepeda sudah tidak dapat dipastikan lagi,” ungkap Michael.

Itulah mengapa, beberapa pembeli harus rela menunggu sepeda yang ingin dibelinya. Benar saja, saat Kontan.co.id menyambangi toko Abraham Jaya Bike, salah seorang pembeli, Rio tengah mencari sepeda lipat element. Tetapi stok sepeda habis dan belum dapat dipastikan ketersediaannya.

Terakhir, kata Abraham adalah pegawai. Jumlah pegawai di tokonya masih belum mencukupi.

Melihat beberapa orang yang datang untuk memperbaiki sepeda, atau sekedar upgrade, saat ini toko hanya memiliki satu pegawai.

Berita Rekomendasi

“Sebelum pandemi ada tiga pegawai, sekarang yang bertahan hanya satu,” ungkapnya.

Kendati demikian, Abraham yakin bahwa bisnis sepeda tidak akan pernah mati. Usaha yang dibangunnya tahun 2004 ini diyakini akan tetap bertahan. Dia bilang tren bersepeda sudah ada sejak dulu.

Namun, tren sepeda yang digunakan akan berbeda dari jaman ke jaman. Seperti tahun 2009 sampai 2010, permintaan sepeda fixie meningkat tajam.

Kala itu, Abraham bilang penjualan pun drastis, bahkan omzetnya menyerupai omset saat ini.

Berbeda dengan tahun ini, permintaan sepeda lipat malah lebih besar dari sepeda road bike, fixie, atau sepeda gunung (mountbike).

Abraham bilang, mungkin di kala pandemi, orang ingin menggunakan sepeda yang simpel namun praktis.

Nah, sepeda lipat bisa digunakan bukan hanya di rumah, tetapi dapat digunakan sebagai kendaraan ke kantor.

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas