Cerita Pemilik Toko Sepeda di Tangerang yang Kewalahan Melayani Pembeli
Pasalnya dalam sehari, dirinya bisa menjual 10 sampai 20 sepeda dengan harga Rp 1,5 juta hingga puluhan juta.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah merebaknya wabah pandemi Covid-19, permintaan sepeda dikabarkan melonjak.
Bahkan beberapa toko sepeda mengaku kewalahan melayani pembeli yang datang.
Tak hanya itu, layanan servis dan penjualan sparepart sepeda tak mampu dilayani.
Michael, pemilik Toko Sepeda Maju Royal, Tangerang mengatakan bahwa hingga kini toko hanya melayani penjualan sepeda saja.
Kalau sebelumnya dirinya masih menanggapi pelanggan yang datang untuk mereparasi sepedanya, kini, ia menyerahkan kepada bengkel sepeda lainnya.
"Sampai sekarang untuk servis dan beli sparepart tidak dilayani sampai waktu yang belum ditentukan," ujar Michael kepada Kontan.co.id, Sabtu (27/6/2020).
-
Baca: Daftar Harga Sepeda Lipat Brompton: Brompton B75 2020 hingga Brompton S6R, Dijual Mulai Rp 30 Juta
Michael yang membuka toko hingga pukul 01.00 pagi itupun tak menyangka kian hari permintaan sepeda meningkat.
"Mungkin orang berlomba-lomba ingin sehat saat pandemi. Dan olahraga yang pas saat ini menurut saya memang sepeda. Karena bisa menjaga jarak dan dapat dilakukan dimana saja, termasuk sekitar rumah,” kata Michael.
Sembari melayani pembeli, Michael bilang penjualan sepeda didominasi sepeda lipat.
Katanya, jenis sepeda ini praktis dibawa dan bisa digunakan untuk semua kalangan.
Disamping itu, saat ini toko hanya fokus melayani penjualan sepeda.
Sementara untuk penjualan komponen sepeda seperti rem, ban, velg, stang, dan lainnya tidak diladeni.
Alasannya, pasokan sparepart sangat terbatas dari pabrikan.
Tidak hanya itu, Michael juga berujar tak melayani perbaikan sepeda di toko.
Pasalnya untuk perbaikan sepeda butuh waktu berjam-jam dan ketelatenan.
Untuk itu, layanan servis dan sparepart ditiadakan hingga waktu yang tak dapat ditentukan.
Nah, agar tak mengecewakan pelanggan, untuk servis sepeda atau pembelian sparepart, Michael menyarankan pelanggan ke beberapa bengkel atau toko sepeda yang tak jauh dari tempatnya.
“Saya juga tidak mau serakah. Banyak bengkel sepeda sekitar sini yang tak tersorot, ke sanalah saya giring pelanggan,” beber Michael lagi.
Baca Juga: Sepeda makin naik daun, Kemenhub: Di Indonesia masih sebatas gaya hidup
Dengan cara tersebut, Michael menyebut bahwa bisnisnya tetap saja tidak merasa rugi.
Pasalnya dalam sehari, dirinya bisa menjual 10 sampai 20 sepeda dengan harga Rp 1,5 juta hingga puluhan juta.
Dari situ, penjualannya pun meningkat lebih dari 50% dibanding tahun sebelumnya.
“Dibanding melayani satu atau dua orang untuk servis sepeda atau beli komponen, lebih baik melayani pembelian sepeda,” tegasnya.
Lain halnya dengan Abraham, pemilik toko Abraham Jaya Bike.
Melihat peluang yang menjanjikan di tengah pandemi korona, ia pun masih melayani servis, pembelian sparepart dan penjualan sepeda.
Dari situ, dia menghitung omzetnya sudah naik tiga kali lipat.
Hanya saja sayang, dirinya tak menyebut pasti jumlah omzet yang didapat.
“Setidaknya enam sepeda terjual per hari,” ujar Abraham.
Sembari memperbaiki velg dan ban sepeda, Abraham berujar cukup bersyukur dengan kondisi seperti sekarang.
Dimana beberapa lini bisnis sepi pengunjung, namun toko sepedanya malah kebanjiran pelanggan.
Hanya saja, Abraham masih belum maksimal dalam menjalankan bisnis karena beberapa alasan.
Pertama, dia bilang beberapa komponen sepeda sangat terbatas.
Abraham bilang saat pandemi, pabrik maupun distributor sempat menahan untuk memasok komponen sepeda.
“Mungkin takut tak terjual, atau rugi secara bisnis,” ucapnya. Alhasil, kini beberapa toko sepeda pun pontang panting memasok komponen yang dicari-cari pelanggan.
Untuk mensiasatinya, Abraham memilih untuk mencari komponen melalui marketplace.
Namun, harga yang dibanderol di toko akan naik. Katanya yang penting untung tipis.
Kedua, ketersediaan sepeda juga masih terbatas. Sejak awal puasa, Abraham sudah menyetok 83 sepeda di toko.
Kini, semua ludes terjual. Dan untuk memasok sepeda dalam jumlah tersebut sangatlah sulit.
Senada dengan Abraham, Michael juga mengaku pasokan sepeda dari pabrikan terhambat. “Stok sepeda sudah tidak dapat dipastikan lagi,” ungkap Michael.
Itulah mengapa, beberapa pembeli harus rela menunggu sepeda yang ingin dibelinya. Benar saja, saat Kontan.co.id menyambangi toko Abraham Jaya Bike, salah seorang pembeli, Rio tengah mencari sepeda lipat element. Tetapi stok sepeda habis dan belum dapat dipastikan ketersediaannya.
Terakhir, kata Abraham adalah pegawai. Jumlah pegawai di tokonya masih belum mencukupi.
Melihat beberapa orang yang datang untuk memperbaiki sepeda, atau sekedar upgrade, saat ini toko hanya memiliki satu pegawai.
“Sebelum pandemi ada tiga pegawai, sekarang yang bertahan hanya satu,” ungkapnya.
Kendati demikian, Abraham yakin bahwa bisnis sepeda tidak akan pernah mati. Usaha yang dibangunnya tahun 2004 ini diyakini akan tetap bertahan. Dia bilang tren bersepeda sudah ada sejak dulu.
Namun, tren sepeda yang digunakan akan berbeda dari jaman ke jaman. Seperti tahun 2009 sampai 2010, permintaan sepeda fixie meningkat tajam.
Kala itu, Abraham bilang penjualan pun drastis, bahkan omzetnya menyerupai omset saat ini.
Berbeda dengan tahun ini, permintaan sepeda lipat malah lebih besar dari sepeda road bike, fixie, atau sepeda gunung (mountbike).
Abraham bilang, mungkin di kala pandemi, orang ingin menggunakan sepeda yang simpel namun praktis.
Nah, sepeda lipat bisa digunakan bukan hanya di rumah, tetapi dapat digunakan sebagai kendaraan ke kantor.