104 Orang Mengungsi Akibat Banjir di Ibu Kota, Terbanyak di Jakarta Selatan
BNPB melalui BPBD DKI Jakarta melaporkan perkembangan terkini banjir yang terjadi di Jakarta sejak Senin (21/9/2020) malam.
Penulis: Reza Deni
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui BPBD DKI Jakarta melaporkan perkembangan terkini banjir yang terjadi di Jakarta sejak Senin (21/9/2020) malam.
Banjir memaksa 30 kepala keluarga (KK) atau sebanyak 104 jiwa mengungsi.
"Adapun rinciannya adalah 5 KK atau 15 jiwa mengungsi di Musala Riyadhul Saadah di Jakarta Barat," kata Raditya Jati Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB melalui keterangan tertulis, Selasa (22/9/2020).
Baca: Wali Kota Jakarta Selatan Imbau Warga Korban Banjir Terapkan Protokol Kesehatan di Pengungsian
Selanjutnya, Radit menyebut ada 25 KK atau 89 jiwa mengungsi di 4 titik masing-masing, PT Delta Laras Wisata RW 07 Kelurahan Rawajati, Puskesmas Rawajati 2 RW 07, Halaman Rumah Dinas RW 07 Kelurahan Rawajati dan Rusunawa Pengadegan di Kelurahan Pengadegan, Jakarta Selatan.
"Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Provinsi DKI Jakarta terus melakukan kaji cepat dan berkoordinasi dengan instansi terkait guna melakukan evakuasi dan tindakan yang dianggap perlu," katanya.
Baca: Cerita Warga saat Banjir Bandang Sukabumi, Awalnya Ada Suara Benturan Keras Lalu Air Lumpur Datang
Tak hanya itu, BPBD bersama tim gabungan dan dibantu masyarakat bergotong royong membersihkan material akibat banjir.
Kondisi mutakhir yang dilaporkan banjir telah surut hampir di seluruh titik.
Namun, masih terdapat genangan air di beberapa titik.
Banjir Jakarta dipicu intensitas hujan tinggi dan kiriman dari pintu air Katulampa Bogor.
Sejumlah wilayah meliputi Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Utara, Kota Jakarta Barat, Kota Jakarta Selatan, dan Kota Jakarta Utara terdampak.
Kronologi kenaikan tinggi muka air di Bendung Katulampa
Kenaikan tinggi muka air di Bendung Ciliwung-Katulampa Bogor begitu cepat, Senin (21/9/2020).
Dalam waktu satu jam, tinggi muka air berada pada ketinggian 250 sentimeter.
Dengan adanya kenaikan tinggi muka air tersebut, kini status menjadi Siaga 1.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati membeberkan kronologi kenaikan tinggi muka air tersebut.
Pada pukul 17.00 WIB tinggi muka air di Bendung Katulampa berada pada ketinggian 0 cm dengan cuaca gerimis Halus (Siaga 4).
Baca: Bendung Katulampa Siaga 1, Ketinggian Air di Jembatan Situ Duit Bogor Naik
Kemudian pukul 17.49 WIB, tinggi muka air naik menjadi 40 cm dengan cuaca gerimis (Siaga 4).
Lalu pukul 17.53 WIB, tinggi muka air kembali naik menjadi 120 cm dengan kondisi cuaca hujan (Siaga 3).
Hanya berselang 5 menit tepatnya pukul 17.58 WIB, tinggi muka air kembali naik menjadi 170 cm dengan kondisi Hujan (Siaga 2).
Pada pukul 18.04 WIB tinggi muka air kembali meninggkat menjadi 200 cm dengan kondisi Hujan (Siaga 2).
Baca: Katulampa Siaga 1,Waspadai Banjir dari Air Kiriman di Kawasan Aliran Sungai Ciliwung
Enam menit berselang, pukul 18.10 WIB, tinggi muka air naik menjadi 220 cm dengan cuaca hujan (Siaga 1).
Pukul 18.17 WIB tinggi muka air kembali naik menjadi 240 cm dengan kondisi hujan (Siaga 1), dan pukul 18.18 WIB tinggi muka air kembali naik menjadi 250 cm dengan cuaca hujan (Siaga 1).
Berdasarkan data kronologi di atas, kenaikan tinggi muka air dari level Siaga 4 menjadi Siaga 1 terjadi dalam kurun waktu kurang lebih satu jam saja.
Baca: UPDATE Pukul 9 Pagi: Pintu Air Katulampa Siaga 4, Pintu Air Manggarai Siaga 2
"Hal itu dipicu oleh tingginya intensitas hujan di sebagian besar wilayah Bogor," kata Raditya Jati
dalam keterangannya, Senin (21/9/2020).
Sebagai informasi, BPBD Kota Bogor juga melaporkan adanya 13 kelurahan yang berada di bantaran Sungai Ciluwung.
Adapun keseluruhan wilayah kelurahan tersebut adalah Sindangrasa, Tajur, Katulampa, Sukasari, Baranangsiang, Babakan Pasar, Sempur, Tanah Sareal, Bantarjati, Cibuluh, Kedung Badak, Sukaresmi, dan Kedung Halang.
Dalam hal ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta masyarakat dan pemangku kebijakan di daerah setempat untuk mengantisipasi adanya potensi bencana yang dapat dipicu faktor cuaca dan fenomena alam tersebut serta meningkatkan kesiapsiagaan.
"Selanjutnya, masyarakat diharapkan tidak terpengaruh dengan segala bentuk informasi yang tidak benar dan berlebihan terkait adanya fenomena alam tersebut dari pihak yang tidak bisa dipertanggungjawabkan," katanya.
BNPB juga meminta agar masyarakat untuk mengakses dan memperbarui informasi terkini dari pihak-pihak instansi terkait dan pemerintah daerah setempat.