Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pelanggan Berkurang, Karyawan Restoran Ternama Jual Makanan di Pinggir Jalan Hingga Hadapi Satpol PP

pandemi memberikan dampak, khususnya di sektor usaha makanan. Outlet tempatnya bekerja mengalami penurunan omzet.

Editor: Sanusi
zoom-in Pelanggan Berkurang, Karyawan Restoran Ternama Jual Makanan di Pinggir Jalan Hingga Hadapi Satpol PP
retailnews.asia
Ilustrasi 

JAKARTA - Pandemi Covid-19 memukul hampir seluruh sektor usaha di Indonesia.

Sektor jasa, terutama yang bergerak di industri makanan dan minuman pun mengalami penurunan omzet.

Para pelaku usaha juga harus memutar otak dan mengubah strategi penjualan. Banyak di antaranya yang berusaha bertahan dengan melakukan strategi jemput bola ke pelanggan.

Baca: Kemendikbud Ajak Mahasiswa Edukasi Masyarakat Soal Pentingnya 3M di Tengah Pandemi Covid-19

Hal ini diketahui dari beragam unggahan di media sosial mengenai karyawan restoran yang harus bertugas menawarkan makanan yang diproduksi, bahkan hingga di pinggir jalan.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Krisnandi mengatakan, strategi tersebut dilakukan karena keadaan yang memaksa.

Baca: Dampak Covid-19, PHRI: 200.000 Pegawai Restoran yang Bekerja di Mal Dirumahkan

Seperti diketahui, pelanggan yang datang ke restoran mulai berkurang. Krisnandi menyatakan, restoran juga sudah kehabisan akal untuk menjual makanan.

Menurut dia, jika tidak ada pembeli yang datang ke restoran, maka strategi yang dilakukan adalah mendatangi pelanggan.

Berita Rekomendasi

Strategi bertahan ini dilakukan juga oleh jaringan restoran ternama di Indonesia.

Salah satu pekerjanya, Ifan Dondy (18) menceritakan bahwa pandemi memberikan dampak, khususnya di sektor usaha makanan. Outlet tempatnya bekerja mengalami penurunan omzet.

Menurut dia, seluruh karyawan mendapatkan bagian untuk menjual makanan secara langsung ke konsumen.

Baca: PHRI Badung : Kemungkinan Pembukaan Wisatawan Mancanegara ke Bali pada 11 September Ditunda

Berbekal banner dan motor dari perusahaan, Ifan mendatangi pusat-pusat keramaian.

Tugas ini membuat jam kerjanya tidak menentu.

Apabila jatah makanan yang ia bawa bisa habis dalam sekejap, Irfan bisa langsung pulang. Namun, jika makanan yang ia bawa tak langsung terjual, maka dia harus menunggu hingga malam.

"Kebijakannya sehari kami harus keluar. Kalau pizza-nya sudah enggak terlalu dingin, maksimal jam 22.00. Habis enggak habis kami bawa pulang" ucap Ifan kepada Kompas.com, Rabu (7/10/2020).

Baca: PHRI: Okupansi Hotel Mulai Naik saat New Normal, tapi Belum Signifikan

Banyak suka-duka yang ia alami selama menjual makanan dengan sistem jemput bola seperti ini.

Ifan mengatakan, pada awalnya dia merupakan karyawan yang bekerja di bagian pengantaran makanan ke pelanggan.

Namun, selama pandemi, tugasnya bertambah dengan menjual pizza langsung di pinggir jalan kepada pelanggan. Seluruh karyawan, kata Ifan, mendapatkan bagian untuk menjual langsung makanan yang diproduksi.

Jika dia mendapatkan shift pertama, maka pada pagi harinya Ifan bertugas menyebarkan flyer maupun brosur selama 30 menit. Setelah itu, pada pukul 11.00-12.00, dia mulai berangkat untuk menjual makanan.

"Saya bagian delivery, masuknya jam 09.00, dagangnya jam 13.00. Karena outlet saya rame, banyak antrean, makanya didaganginnya jam 13.00-an," tutur dia.

Selain kedua shift tadi, Ifan mengatakan, outlet tempatnya bekerja juga mempekerjakan karyawan yang bertugas di bagian dapur untuk menjajakan makanan.

Mereka, sebut Ifan, bertugas menjajakan makanan pada shift ketiga.

"Kalau pulangnya enggak tentu. Kalau enggak habis kami sampai malam jam 22.00, kalau habis jam 16.00 kami balik lagi ke outlet, kami nambah lagi," tutur dia.

Dalam sehari, Ifan bisa membawa puluhan pack makanan. Ifan harus berusaha menjual habis makanan yang dibawa.

Sebab jika tidak, maka ia harus membawa pulang untuk dimakan di rumah. Namun, jika jumlahnya besar, dia biasa membaginya dengan karyawan lain.

Hal ini dilakukan, sebab menurut ketentuan perusahaan, makanan yang diproduksi hari itu harus dihabiskan.

"Dari pihak outlet enggak nyuruh habis banget, tapi diusahakan dihabiskan," tutur Ifan.

Ketentuan lainnya adalah, makanan tersebut tidak boleh dijual kembali pada keesokan harinya.Ini karena, perusahaan menurut ketentuan perusahaan, makanan yang dijual harus yang dimasak pada hari itu juga.

Ifan menuturkan, saat sepi pelanggan, dia bisa membawa pulang beberapa pack pizza.

"Kalau kadang enggak habis,kadang bingung, ini gimana cara ngehabisinnya? Kalau enggak habis biasanya juga dibagiin rata, dibawa pulang. Misal karyawan 5 sisa 20, trus dibagi rata. Pernah saya bawa 72 pax, sisa 21 pax. Akhirnya dibagi," kata Ifan.

Ifan juga sering berpindah lokasi, tergantung keramaian. Dalam sehari, dia bisa dua kali pindah lokasi.

Saat siang hingga sore Ifan bisa menggelar lapaknya di Stasiun Tanah Abang. Lalu menjelang maghrib, dia berpindah ke Kebon Melati.

Hampir setiap hari Ifan juga kerap mendapatkan teguran dari Satpol PP.

"Ada Satpol PP kami harus berhenti dulu dagangnya," ucap dia.

Tak hanya itu, dia juga kerap mendapatkan kesulitan untuk memberikan uang kembalian. Banyak pelanggan yang membayar dengan jumlah uang yang terlampau besar.

Untuk itu, dia harus mencari kembalian ke tempat lain agar tidak mengecewakan pelanggan.

Ifan berharap, pandemi segera berlalu. Dengan demikian, dia dan karyawan restoran lainnya dapat bekerja dengan normal kembali.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kala Karyawan Restoran Ternama Jual Makanan di Pinggir Jalan hingga Berhadapan dengan Satpol PP"

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas