Siasat Gubernur Anies Halau Banjir Jakarta: Gerebek Lumpur, Perahu Khusus untuk Pengungsi Covid-19
Melihat program Gubernur Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Ahmad Riza Patria antisipasi banjir di Jakarta, ada gerebek lumpur hingga keringkan waduk.
Penulis: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus mengupayakan segala cara mengantisipasi banjir di ibu kota.
Gubernur Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria terus memutar otak mengantisipasi banjir.
Penanganan antisipasi banjir kali ini lebih ekstra karena di tengah pandemi Covid-19.
Lantas duet apa saja yang sudah dilakukan oleh Anies Baswedan dan Ahmad Riza Patria ?
11 program ini diyakini kurang 11 persen banjir Jakarta
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengupayakan segala cara mengantisipasi banjir di ibu kota.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, menjelaskan terdapat sejumlah program yang dinilai mampu mengantisipasi banjir.
"Berbagai program yang di antaranya program 'Grebek Lumpur' kami melakukan pengerukan di 13 sungai (di Jakarta)," kata Riza, sapaannya, saat diwawancarai awak media, di Jakarta Pusat, Minggu (18/10/2020).
"Kemudian Danau Situ Embung (di Menteng Jakarta Pusat), membuat sodetan-sodetan dan juga mempersiapkan seluruh pompa yang kami miliki, diperbaiki, dievaluasi, dan memastikan seluruh petugas jajaran siap," lanjutnya.
Selain itu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga menyiapkan program early warning system.
"Bahkan kami juga menyiapkan drainase vertikal biopori," tambahnya.
Program tersebut, lanjutnya, mendapat dukungan Presiden Joko Widodo dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
"Ada dukungan dari Menteri PUPR, Pak Basuki juga Presiden membantu menyiapkan dua waduk besar, di Ciawi dan di Cimahi," beber Riza.
"Rencananya di tahun 2021 sudah selesai," sambungnya.
Dia mengklaim, program-program tersebut mampu mengurangi 11 persen banjir di Jakarta.
"Setidaknya bisa mengurangi 11 persen potensi banjir di Jakarta," tutupnya.
Gubernur Anies Baswedan siapkan tenda dan perahu khusus untuk pasien Covid-19
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut, pihaknya bakal menyiapkan tenda khusus bagi korban banjir yang terpapar Covid-19.
"Bila ada pengungsi yang terpapar Covid, maka disiapkan tenda khusus. Di dalamnya ada bilik-bilik agar mereka punya ruang privat," ucapnya, Rabu (4/11/2020).
Selain itu, Pemprov DKI juga menyediakan perahu khusus bagi korban banjir yang mengalami gejala Covid-19.
"Disiapkan perahu yang untuk membawa mereka yang punya gejala atau terpapar Covid," ujarnya di lapangan JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
"Jadi, nanti pengungsian disiapkan, mobilitas juga disiapkan," sambungnya.
Baca juga: Kemendagri Minta Pemda Jabodetabek Waspada Banjir dan Longsor
Baca juga: Pemprov DKI Jakarta Diminta Lakukan Kajian Komprehensif Penanganan Banjir di Kebon Pala
Hal ini dilakukan guna menghindari penularan Covid-19 di tempat pengungsian.
Guna meminimalisir penularan Covid-19, Anies juga meminta seluruh masyarakat menerapkan protokol kesehatan secara disiplin, tak terkecuali di lokasi pengungsian.
Caranya dengan menjalankan 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun sesering mungkin, dan menjaga jarak.
Gelar apel siaga banjir
Memasuki musim hujan, Pemprov DKI bersama TNI/Polri menggelar apel kesiapsiagaan bencana banjir di lapangan JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Usai menggelar apel, Anies Baswedan mengaku optimis tahun ini Jakarta terhindar dari banjir.
Bila banjir menggenang, Anies berani menjamin air bakal surut dengan cepat.
"Insya Allah Jakarta bisa terbebas dari banjir. Jika, ada curah hujan yang amat lebat, kita bisa surut dalam waktu kurang dari 6 jam," kata Anies.
Gubernur Anies Baswedan Keringkan Waduk di Jakarta
Guna mengantisipasi banjir yang kerap terjadi saat musim hujan, Pemprov DKI tengah berupaya mengeringkan waduk-waduk yang ada di ibu kota.
"Benar kami melakukan pengerukan waduk-waduk di Jakarta. Jadi, waduk di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan sudah dalam proses pengerukan terus menerus," ucap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Rabu (4/11/2020).
Ia menjelaskan, pengeringan dilakukan agar waduk-waduk itu bisa menampung air dengan kapasitas lebih banyak.
"Harapannya air dari pegunungan yang masuk ke kota bisa ditahan dulu di waduk-waduk ini. Kemudian, dialirkan secara bertahap," ujarnya di lapangan JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Selain itu, Pemprov DKI juga menyulap lahan-lahan kosong yang ada wilayah rawan banjir menjadi waduk.
Sehingga air yang bisa menggenangi kawasan itu bisa tertampung.
"Di tempat itu kami bikin waduk, jadi dibuat baru waduknya. Untuk mengalirkan air ke dalam waduk baru, lalu dipompa untuk dialirkan ke sungai," kata dia.
Air kiriman dari Bogor memang menjadi salah satu faktor penyebab banjir di ibu kota.
Selain itu, banjir juga terjadi akibat kenaikan tinggi muka air atau yang biasa disebut sebagai banjir rob.
"Tantangan banjir akibat permukaan air laut yang meninggi di kawasan yang permukaan tanahnya menurun. Di situ terjadi rob. Tantangan itu yang ada di depan kita," kata Anies.
Kemudian, banjir juga disebabkan oleh hujan lokal dengan intensitas tinggi, seperti yang terjadi di awal tahun 2020 ini.
Anies menyebut, kala itu curah hujan di ibu kota mencapai lebih dari 300 milimeter.
Padahal, kapasitas tampung air di DKI diklaim hanya 100 milimeter.
"Bila curah hujan lokal intensif, maka di situ muncul potensi banjir," tuturnya.
Minta anak buah bisa keringkan banjir kurang dari 6 jam
Memasuki musim hujan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta jajarannya untuk siap siaga menghadapi banjir.
Hal ini disampaikan Anies saat menggelar apel kesiapsiagaan menghadapi menghadapi musim hujan tingkat provinsi di lapangan JITC II, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
"Kita tahu bahwa tahun ini akan ada fenomena La Nina dan ini mengakibatkan curah hujan yang jauh lebih intensif dari biasanya," ucapnya, Rabu (4/11/2020).
Harus diakui, Jakarta memang kerap dilanda banjir saat hujan deras melanda ibu kota.
Seperti banjir besar yang merendam sebagian besar wilayah Jakarta di awal tahun 2020 ini.
Bila banjir kembali terjadi, Anies pun meminta seluruh jajarannya untuk segera mengevakusi warga.
"Tanggung jawab kita memastikan seluruh, semua selamat, jangan ada korban," ujarnya.
Selain itu, ia juga meminta jajarannya untuk mengikuti perkembangan cuaca di sekitar kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Tujuannya, agar banjir yang terjadi bisa segera diatasi.
Sebab, ada tiga faktor penyebab banjir di Jakarta, yaitu hujan lokal, banjir kiriman dari wilayah lain, dan akibat kenaikan muka air laut di utara ibu kota.
"Genangan bisa surut dalam waktu kurang dari enam jam. Tanggung jawab kita menyiapkan seluruh kekuatan untuk bisa mengeringkan dalam waktu kurang dari enam jam," kata Anies.
Dua indikator kesuksesan penanganan banjir versi Anies Baswedan
Antisipasi penanganan banjir menjelang musim hujan mulai digencarkan Pemprov DKI Jakarta.
Pengerahan seluruh stakeholder terkait serta pengerukan saluran air menjadi beberapa contoh upaya antisipasi musim hujan di DKI Jakarta.
Lantas, bagaimana menakar kesuksesan penanganan banjir nantinya seiring musim hujan yang akan berlangsung?
Menurut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, penanganan banjir dikatakan sukses apabila memenuhi dua indikator.
Indikator pertama ialah tidak adanya korban jiwa akibat bencana banjir.
"Dua indikator suksesnya. Satu tidak ada korban, semua warga selamat," kata Anies di Dermaga JICT 2, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (4/11/2020).
Selain nihilnya korban jiwa, Anies juga mengatakan bahwa indikator lainnya adalah jangka waktu surutnya genangan.
Dikatakan Anies, penanganan banjir dapat dikatakan sukses apabila genangan bisa surut dalam waktu 6 jam sehingga tidak sampai menganggu aktivitas masyarakat.
"Yang kedua, genangan harus surut dalam 6 jam. Ini bila curah hujan di atas kapasitas sistem drainase kita," kata Anies.
"Seluruh unsur bersiaga di sini. Insya Allah Jakarta bisa terbebas dari banjir. Jika ada curah hujan yang amat lebat, kita bisa surut dalam waktu kurang dari 6 jam," sambungnya.
Anies menjelaskan bahwa sistem drainase di DKI Jakarta bisa menampung apabila curah hujan 100 milimeter per hari.
Sehingga, lanjutnya, ditargetkan DKI Jakarta bisa bebas dari banjir bila intensitas curah hujan tak melebihi angka itu.
"Karena itu bila hujan lokal di bawah 100 milimeter, ditargetkan tidak boleh terjadi banjir," kata Anies.
Di sisi lain, apabila curah hujan di atas 100 milimeter, penanganan banjir harus maksimal agar bisa surut dalam waktu cepat.
"Dan bila hujan di atas 100 milimeter seperti di awal tahun lalu, terjadi curah hujan sampai 377 milimeter, maka tanggung jawab kita adalah ini sampaikan sebagai arahan," katanya.
Adapun dalam upaya penanganan banjir di DKI Jakarta, seluruh stakeholder terkait dikerahkan, mulai dari Pemerintah Provinsi, TNI-Polri, pihak swasta, hingga masyarakat. (tribun network/thf/Tribunnews.com/TribunJakarta.com)