11 Oknum TNI Terdakwa Penyiksaan Jalani Sidang Tuntutan di Pengadilan Militer II-08 Jakarta
11 oknum TNI terdakwa kasus penyiksaan berujung kematian di Jakarta Utara pada Februari 2020 lalu menjalani sidang tuntutan hari ini Selasa (17/11/202
Penulis: Gita Irawan
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 11 oknum TNI terdakwa kasus penyiksaan berujung kematian di Jakarta Utara pada Februari 2020 lalu menjalani sidang tuntutan hari ini Selasa (17/11/2020).
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen TNI Achmad Riad mengatakan tuntutan tersebut dibacakan dalam sidang pembacaan tuntutan di Pengadilan Militer II-08 Jakarta.
"Terkait kasus tersebut saat ini dalam proses peradilan di Pengadilan Militer II-08 Jakarta. Sudah masuk tahap penuntutan yang akan dibacakan pada hari Selasa, jumlah terdakwa 11 orang dari satuan Yon Bekang Air," kata Achmad ketika dihubungi Tribunnews.com pada Selasa (17/11/2020).
Achmad mengatakan sidang tersebut terbuka untuk umum dan dihadiri oleh pengacara dan keluarga korhan.
"Pembacaan tuntutan tersebut terbuka untuk umun karena dihadiri oleh pengacara dan keluarga korban," kata Achmad.
Diberitakan sebelumnya berikut 11 nama oknum TNI terdakwa dalam kasus tersebut:
Baca juga: 11 Oknum TNI Terlibat Penganiayaan Berujung Kematian Jusni, Sempat Ada yang Teriak Cabut Pistol
Berdasarkan data yang diberikan Staf Divisi Hukum Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Andi Muhammad Rezaldy kepada Kompas.com, nama ke-11 terdakwa sebagai berikut:
1. Letda Cba, Oky Abriansyah
2. Letda Cba, Edwin Sanjaya
3. Serka, Endika M Nur
4. Sertu, Junaedi
5. Serda, Erwin Ilhamsyah
6. Serda, Galih Pangestu
7. Serda, Hatta Rais
8. Serda, Mikhael Julianto Purba
9. Serda, Prayogi Dwi Firman Hanggalih
10. Praka, Yuska Agus Prabakti
11. Praka, Albert Panghiutan Ritonga
Andi mengungkapkan korban meninggal dalam peristiwa kekerasan tersebut adalah seorang warga Desa Kolowa Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara bernama Jusni (24).
Ia mengungkapkan awalnya Jusni yang sudah berada di Jakarta selama tiga bulan untuk bekerja sebagai pelaut diajak ke sebuah kafe di kawasan Jakarta Utara pada 9 Februari 2020 oleh temannya.
Sepulang dari kafe pada 9 Februari sekira pukul 05.00 WIB tiba-tiba Jusni bersama sekira sembilan temannya diserang oleh dua orang yang diduga oknum anggota TNI dan dua orang warga sipil tanpa diketahui sebabnya.
Setelah terjadi perkelahian di antara kedua pihak satu di antara orang yang diduga oknum anggota TNI mengancam untuk mengeluarkan senjata apinya.
Saat itu Jusni dan dua orang temannya kabur ke arah jalan dan sebagian teman lainnya kabur ke dalam kafe untuk meminta perlindungan.
Namun, kata Andi, tiba-tiba datang lagi sekira 10 orang lainnya yang datang untuk melakukan kekerasan terhadap Jusni dan teman-temannya.
Andi mencatat Jusni mengalami tiga kali penyiksaan di tiga lokasi berbeda yang dimulai pukul 06.00 WIB yakni di depan Masjid Jamiatul Islam, Jalan Enggano, dan Mess Perwira Yonbekang 4/Air.
Akibat penyiksaan tersebut Jusni mengalami luka di bagian kepala, lebam di area wajah, dan luka sabetan di sekujur punggung.
"Kondisinya ketika itu saat dijemput, anggota TNI membawa Jusni dari asrama ke tempat yang dijanjikan untuk menyerahkan Jusni. Jusni sudah dalam keadaan luka berat. Sekira 07.30 WIB Jusni dibawa ke RS Koja, ini di tanggal 09.00 WIB. Ini sempat mengalami koma dan dinyatakan meninggal dunia pada 13 Februari 2020," kata Andi saat konferensi pers virtual pada Minggu (15/11/2020).
Berdasarkan informasi terbaru yang didapatkannya, Andi mengatakan saat ini kasus tersebut telah sampai di pengadilan militer.
"Informasi yang kami terima proses kasus ini sedang berjalan di peradilan militer dan akan menjalani sidang tuntutan di hari Selasa tanggal 17 November 2020," kata Andi.
Berdasarkan pemantauan KontraS, kata Andi, selama Oktober 2019 sampai September 2020 terdapat 76 peristiwa kekerasan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan atau melibatkan oknum anggota TNI.
"Angka ini mengalami peningkatan dari jumlah peristiwa kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia tahun 2018 sampai 2019 yang berjumlah 58 peristiwa," kata Andi.