Produsen Tempe di Bekasi Kembali Berproduksi Setelah 3 Hari Mogok
Para pekerja terlihat berbagi tugas mulai dari melakukan proses pengolahan kedelai, meragi, hingga pencetakan bentuk tempe.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Produsen tempe di Bekasi, Jawa Barat mulai kembali produksi pada Minggu (3/1/2021), setelah tiga hari mogok.
Wartakotalive.com menyambangi salah satu lokasi produksi tempe milik Saari (60) di Gang Mawar, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Minggu (3/1/2021).
Para pekerja terlihat berbagi tugas mulai dari melakukan proses pengolahan kedelai, meragi, hingga pencetakan bentuk tempe.
Tempe yang sudah selesai diragi lalu dicetak untuk kemudian disimpan di rak bersusun untuk proses fermentasi.
Baca juga: Produsen Tempe Mogok, Pedagang: Stok Tahu dan Tempe di Pasar Sudah Berkurang
Saari (60) mengungkapkan hari ini merupakan hari pertama produksi tempe. Setelah tiga hari tidak berjualan tempe karena libur produksi.
"Sudah tiga hari libur dari Jumat 1 Januari 2021, baru mulai sekarang. Kemungkinan besok Senin sudah ada atau paling lambat Selasa," katanya.
Di Gang Mawar itu terdapat belasan produsen tempe, mereka semua serempak kembali memulai produks.
Keputusan ini sangat berat karena harus produksi dengan harga kedelai yang naik.
"Besok mulai ada lagi (tempe), walaupun harga masih naik. Karena kalau kelamaan tidak bisa menghidupi keluarga, engga bisa makan, engga bisa ngerokok," tutur dia.
Saari menyebut masih belum berani menaikkan harga jual.
Untuk harga tempe masih tetap dijual Rp 4000 per batang dengan ukuran 2,5 meter. Akan tetapi, untuk ukuran tempenya dikurangi.
"Biasanya penuh, sekarang di kurangin. Misalnya 1 kilo bisa 8 ons, nantinya kalau pembelinya bilang enteng engga kaya kemarin. Nanti tinggal bilang maaf memang lagi mahal harganya," ungkapnya.
Jika harga kedelai terus mengalami kenaikan, tak menutup kemungkinan harga tempe terpaksa dinaikkan.
"Kalau harga kedelai malah naik lagi, ya opsi terakhir harga kita naikkan. Tapi engga besar bisa Rp 500 hingga Rp 1000, itupun terpaksa," imbuhnya.
Dalam satu hari, dirinya biasa belanja kedelai satu kwitantal atau 100 kilogram. Diketahui harga normal kedelai satu kwintal sebesar Rp 680 ribu, saat ini menjadi Rp 930 ribu.
Kenaikan itu terjadi secara perlahan dalam kurun waktu dua bulan terakhir ini.
"Dari dua bulan lalu naik terus engga turun-turun, naiknya sedikit-sedikit Rp 10 ribu, terus sampai sekarang Rp 930 ribu. Maka diputuskan mogok masal," ungkpanya.
Karena penyebab itu, aksi mogok massal produksi dilakukkan sebagai bentuk protes atas harga kedelai yang terus mengalami kenaikan.
Awalnya, seluruh pengusaha tempe dan tahu ingin turun ke jalan melakukan aksi demontrasi. Akan tetapi niat itu diurungkan karena situasi tengah pandemi corona.
"Awal mau demo ke jalan, ke istana. Tapi semua paguyuban yang dituakan jangan ditahan melihat situasi begitu. Engga boleh juga kan demo, jadi dputuskan mogok produksi tiga hari," tuturnya.