Tawuran Berdarah di Tambora Dipicu Saling Ejek Antara Geng Motor Balok dengan Geng Pesisir 301
Tawuran geng motor di Tambora makan korban, berawal dari saling ejek, kini tiga pelaku ditangkap satu lainnya masih diburu.
Penulis: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepolisian bergerak cepat mengungkap tawuran geng motor berdarah di Tambora beberapa hari lalu.
Pasalnya tawuran itu memakan korban jiwa, seorang pemuda berinisial R (20).
Dari empat pelaku yang teridentifikasi, tiga sudah tertangkap dan satu lainnya masih buron.
Dua pelaku yang tertangkap ternyata anak di bawah umur.
Baca juga: Pelaku Tawuran yang Tewaskan Remaja di Tambora Ditangkap Saat Tertidur Pulas, Polisi Sita Celurit
Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pol Ady Wibowo mengatakan ada empat pelaku yang diduga terlibat dalam tewasnya korban.
Tiga dari empat pelaku berhasil diringkus jajaran Reskrim Polsek Tambora.
Ketiga pelaku tersebut berinisial AT (17), DH (17), dan AN (19).
Polisi mengidentifikasi para pelaku dengan berbekal rekaman CCTV serta keterangan warga sekitar yang diperoleh saat olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Awalnya, polisi menangkap satu orang pelaku pada Senin di wilayah Indramayu.
Kemudian, dilakukan pengembangan dan ditangkap dua orang lainnya.
Hasil pemeriksaan, satu orang tersangka ternyata sudah pernah melakukan aksi yang sama sebelumnya.
Namun, korban yang ia tusuk tidak sampai meninggal.
“Satu pelaku sudah dua kali melakukan ini walau tidak sampai meninggal, yang pertama terjadi pada Januari 2020,” kata Ady.
Satu Pelaku Ditangkap Saat Tertidur
Polisi berhasil menangkap pelaku tawuran di Jalan KH. Mansyur, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat pada Minggu (31/1/2021) lalu.
Pelaku inisial AN (19) ditangkap saat terlelap tidur di rumahnya.
AN terperanjat saat dibangunkan oleh kedatangan anggota polisi berpakaian sipil yang hendak menangkapnya.
Tanpa bisa mengelak lagi, AN pasrah dibawa dari rumahnya di kawasan Rawa Bebek, Penjaringan, Jakarta Utara ke Polsek Tambora, Jakarta Barat untuk diproses hukum.
"Pelaku diamankan saat sedang tidur. Tersangka ini adalah orang yang melukai korban R di bagian kaki," kata Kapolsek Tambora Kompol Faruk Rozi saat dikonfirmasi, Selasa (2/2/2021).
Baca juga: Tawuran Geng Motor di Tambora Tewaskan Seorang Remaja, Polisi Buru Para Pelaku
Kanit Reskrim Polsek Tambora AKP Suparmin menambahkan, dari penangkaan AN, pihaknya turut mengamankan sebilah celurit yang digunakan pelaku untuk melukai korban.
"Saat kami tangkap, ada satu celurit yang digunakan pelaku untuk tawuran dan melukai korban R," tegas Suparmin.
Tawuran Dipicu Saling Ejek
Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pol Ady Wibowo menjelaskan aksi tawuran tersebut dipicu dari saling ejek antara geng motor pelaku dengan geng motor korban.
Tawuran yang terjadi di Jalan K.H. Moh Mansyur, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, pada Kamis (28/1) melibatkan Geng Balok yang berlokasi di Tambora dan Geng Pesisir 301 Jakarta Utara.
“Diawali dengan saling menantang di media sosial antara Geng Balok yang berada di Tambora dan Geng Pesisir 301 yang ada di Jakarta Utara,” jelas Ady.
Kedua geng motor itu kemudian bersepakat untuk bertemu pada Kamis pukul 04.00 WIB.
Kala itu, Geng Pesisir 301 yang menyambangi Geng Balok di Tambora.
Ketika bertemu, kedua belah pihak terlibat aksi pelemparan dan pemukulan di TKP.
Saat itu, R yang terlibat dalam tawuran diserang menggunakan sebuah celurit oleh anggota dari Geng Pesisir 301 Jakarta Utara.
Ia diserang di bagian punggung, kepala, dada, dan tangan.
“Terdapat luka pada korban di bagian punggung, kepala, dada, tangan, di tangan itu karena menangkis sambitan celurit yang dibawa geng motor wilayah Jakarta Utara,” kata Ady.
Krisis identitas
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Putu Elvina menyayangkan peristiwa tersebut.
Terlebih peristiwa itu melibatkan anak-anak di bawah umur.
Menurutnya penyebab tawuran yang melibatkan anak selama ini ialah karena krisis identitas.
“Satu di antara penyebabnya karena krisis identitas bagi anak,” kata Putu yang juga hadir dalam konferensi pers tersebut.
Pada saat krisis identitas, para remaja akan mengelompokan diri pada kelompok tertentu untuk mudah menguatkan eksistensi mereka.
Sehingga saat berkelompok, mereka juga akan mempublikasikan aksi kekerasan yang dilakukan kelompoknya sebagai bentuk eksistensi. (tribun network/thf/Tribunnews.com/TribunJakarta.com/Wartakotalive.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.