BMKG Prediksi Curah Hujan di Jabodetabek Meningkat Hari Ini, Puncak Musim Hujan hingga Maret 2021
BMKG menyampaikan puncak musim hujan di Jabodetabek berlangsung hingga awal Maret 2021.
Penulis: Nuryanti
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyampaikan puncak musim hujan di Jabodetabek berlangsung hingga awal Maret 2021.
Curah hujan yang sedang hingga lebat terjadi pada puncak musim hujan.
"Saat ini sebagian wilayah Indonesia terutama Jabodetabek masih berada di periode puncak musim hujan," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Sabtu (20/2/2021).
"Hujan dengan intensitas sedang dan lebat masih terjadi selama periode ini."
"Diperkirakan masih berlangsung sampai akhir Februari hingga awal Maret 2021," jelasnya.
Baca juga: Banjir Sudah Surut, Berikut Sejumlah Ruas Tol Jasa Marga yang Kembali Beroperasi Normal
Baca juga: Jakarta Dikepung Banjir, Gubernur Anies Tinjau Pintu Air Manggarai, Minta Jajaran Sigap
Baca juga: Jalan Joglo Raya Banjir 40 Cm, Opsi: Putar Balik atau Knalpot Terisi Air
Dwikorita lalu menyampaikan prediksi BMKG terkait curah hujan di Jabodetabek sepekan ke depan.
"Untuk periode sepekan ke depan, wilayah Jabodetabek umumnya berpotensi hujan dengan aktivitas ringan hingga sedang," ungkapnya.
"Hari ini (Sabtu, 20/2/2021), prediksi kami akan terjadi peningkatan curah hujan."
"Besok tanggal 21 Februari, intensitasnya menjadi rendah," jelas dia.
Kepala BMKG lalu mengimbau agar masyarakat tetap waspada hingga Rabu (24/2/2021) mendatang.
"Hari ini kita masih harus waspada, kemudian waspada berikutnya tanggal 23 dan 24 Februari," sambungnya.
Tak hanya di wilayah Jabodetabek, curah hujan lebat juga akan terjadi di seluruh Indonesia sepekan ke depan.
"Dalam sepekan ke depan, BMKG memprediksi masih terjadi potensi hujan dengan intensitas lebat."
"Bahkan, disertai dengan kilat petir dan angin kencang."
"Hampir merata di seluruh wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan," papar Dwikorita.
Baca juga: Anya Geraldine Curhat Kebanjiran hingga Tak Bisa Pulang: Ngungsi Seada-adanya, Sebal
Baca juga: Banjir di Jakarta: Wagub DKI Sempat Klaim Banjir Berkurang, BMKG Prediksi Hujan Lebat Masih Terjadi
Baca juga: Perumahan Ciledug Indah I Banjir, Warga Mengungsi ke Loteng, Mobil Banyak Terendam
Penyebab Hujan Ekstrem di Jabodetabek
Dalam konferensi pers, Dwikorita juga menyampaikan faktor utama penyebab curah hujan ekstrem di Jabodetabek seperti berikut:
1. Pada 18-19 Februari 2021, termonitor adanya aktivitas seruakan udara yang cukup signifikan.
Sehingga, mengakibatkan awan hujan di wilayah bagian barat.
2. Ada aktivitas gangguan atmosfer di zona ekuator, yang mengakibatkan perlambatan dan pertemuan angin.
Ada pembelokan dari arah utara ke wilayah Jabodetabek yang bergerak melambat.
"Di situlah terjadi intensitas pembentukan awan-awan hujan yang akhirnya terkondensasi menjadi hujan dengan intensitas tinggi," kata Dwikorita.
Selain itu, pertemuan angin dari arah Asia, kemudian bertemu dengan angin dari arah Samudra Hindia.
Baca juga: Sejumlah Jalan Tol di Jabodetabek Terendam Banjir Pada Sabtu Pagi, Ini Daftarnya
Baca juga: Layanan Transjakarta Terganggu karena Banjir, Ada Tiga Rute yang Terhenti
Baca juga: Rumah Terendam Banjir saat Isoman, Satu Keluarga di Bekasi Dievakuasi Petugas Berpakaian APD
"Karena bertemu jadi terjadi penghambatan, jadi dari utara itu terhalang."
"Tidak bisa langsung menerobos ke selatan, karena terhalang angin dari arah barat."
"Sehingga angin dari utara membelok ke timur, dan melambat."
"Di situlah terjadinya peningkatan pembuatan awan-awan hujan," papar kepala BMKG.
Baca juga: Kemang X Jaksel Terendam Banjir, Warga Minta Perahu Karet untuk Evakuasi Bayi dan Lansia
Baca juga: Sabtu Pagi, Sejumlah Ruas Tol di Jakarta dan Sekitarnya Terendam Banjir, Berikut Daftarnya
Baca juga: Lantai Dasar Pasar Cipulir Terendam Banjir Sepinggang Orang Dewasa, Listrik Dipadamkan
3. Adanya tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi.
Hal ini mengakibatkan potensi pembentukan awan-awan hujan di wilayah Jabodetabek.
4. Terpantaunya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi di sebagian Pulau Jawa.
"Berkontribusi juga dalam pola pertumbuhan awan hujan di wilayah Jawa bagian barat," imbuh Dwikorita.
(Tribunnews.com/Nuryanti)