Dibandingkan Tahun Baru 2020, BMKG: Curah Hujan Hari Ini Lebih Rendah
Peningkatan intensitas hujan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, seruakan udara, kedua ada gangguan atmosfer di zona ekuator.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Intensitas curah hujan pada Sabtu (20/2/2021) lebih rendah jika dibandingkan hujan yang turun pada 1 Januari 2020 silam.
Demikian dikatakan Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) Guswanto, dalam jumpa pers, Sabtu (20/2/2021).
"Banyak yang tanya ke saya, dibandingkan 1 Januari 2020 bagaimana? Kondisi intensitas curah hujan hari ini lebih rendah dibanding 1 Januari 2020," kata Guswanto.
"Tanggal 18 sempat banjir, tanggal 19 menurun lagi (curah hujan), tanggal 20 naik lagi, tapi ini intensitas lebih rendah dibandingkan 1 Januari 2020," tuturnya.
Adapun, hujan lebat mengguyur Jakarta sejak Kamis (18/2/2021).
Baca juga: Banjir di Jakarta, Gubernur Anies Baswedan: Dari 200 RT yang Tergenang, 87 RT Telah Surut
Baca juga: Rumahnya Kebanjiran, Nicky Tirta Menikmati Suasana Sambil Minum Kopi
Baca juga: Banjir di Jakarta, Perhitungan Gubernur Anies Baswedan 6 Jam Air Surut
"Dua hari terakhir, yaitu tanggal 18-19 Februari 2021, wilayah Jabodetabek diguyur hujan secara merata dengan intensitas lebat hingga sangat lebat," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers, Sabtu.
"Lebat itu lebih dari 50 mm (per hari), sangat lebat 100-150 mm (per hari). Dan kondisi curah hujannya ekstrem. Jadi plus kondisi ekstrem yaitu curah hujan mencapai lebih dari 150 mm semuanya dalam waktu 24 jam," tuturnya.
Dwikorita memaparkan bahwa peningkatan intensitas hujan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal.
"Pertama, pada tanggal 18 hingga 19 Februari termonitor adanya aktivitas seruakan udara yang cukup signifikan," ucap Dwikorita.
Seruakan udara yang signifikan ini mengakibatkan peningkatan pembentukkan awan hujan di wilayah Indonesia bagan barat.
Faktor kedua adalah adanya aktivitas gangguan atmosfer di zona ekuator yang sering disebut sebagai aktivitas Equatorial Rossby.
Gangguan ini mengakibatkan terjadinya perlambatan dan pertemuan angin.
"Ada perlambatan dan pertemuan angin dari arah Utara ini kebetulan terjadinya tepat melewati Jabodetabek," ucap Dwikorita.
"Di situlah terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan hujan yang akhirnya terkondensasi, lalu turun sebagai hujan dengan intensitas tinggi," kata dia.
Faktor ketiga, adalah adanya tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian Barat.
Hal ini mengakibatkan peningkatan potensi pembentukan awan-awan hujan di Jabodetabek.
"Jadi tingkat labilitas dan kebasahan udara yang berpengaruh dalam peningkatan curah hujan," kata Dwikorita.
Faktor terakhir adalah terpantaunya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi di sebagian besar pulau Jawa.
Menurut Dwikorita, hal tersebut berkontribusi juga dalam peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah Jawa bagian Barat, termasuk Jabodetabek.
Tak hanya hujan lebat, sejumlah wilayah di DKI Jakarta dilanda banjir sejak Kamis (18/2/2021) lalu.
Guswanto menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang menyebabkan banjir di sejumlah wilayah di DKI Jakarta.
"Kalau dari sisi air, faktor pertama yaitu hujan yang jatuh di sekitar Jabodetabek bermuara ke Jakarta," ucap Guswanto.
Faktor kedua adalah curah hujan yang terjadi di Jakarta itu sendiri. Sementara, faktor ketiga adalah pasang naik air laut di wilayah Jakarta Utara.
"Kalau ketiganya terakumulasi ini menjadi perhatian bagi DKI Jakarta, tentu di samping faktor pendukung lainnya," kata Guswanto.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul BMKG: Curah Hujan Hari ini Lebih Rendah Dibanding Tahun Baru 2020