Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Deny Manusia Got, Rela Bau dan Berdarah-darah di Comberan Demi Nafkahi Anak-Istri

Meski harus sering berendam dalam selokan, rasa humornya tak luntur. Deny menjuluki kelompok mereka sebagai Markesot.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Cerita Deny Manusia Got, Rela Bau dan Berdarah-darah di Comberan Demi Nafkahi Anak-Istri
TRIBUNJAKARTA.COM/Yusuf Bachtiar
Deny Kurniawan (43) sedang membersihkan saluran air di Perumahan Duta Kranji, RT 04/RW 08, Kelurahan Kranji, Bekasi Barat, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (3/10/2020). 

TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Nama asli laki-laki itu Deny Kurniawan. Karena pandemi Covid-19, ia tak bisa lagi mendapat nafkah sebagai tukang becak. Namun, ia tak menyerah.

Seorang Ketua RT di Pondok Cipta, Bekasi Barat memberinya tawaran pekerjaan menguras got. Deny yang sedang kesulitan uang langsung menerima tawaran itu tanpa pikir panjang.

"Ya sudah, nekat. Wah, badan itu... Nyebur saja. Di sini (sela-sela jari tangan) kutu air, berdarah-darah," tutur Deny, dikutip dari Kompas.com.

Sebenarnya, ia tak berpengalaman dengan pekerjaan ini. Namun, ia ikhlas bekerja seperti itu demi memberi nafkah bagi istri dan tiga anaknya.

“Saya ingat keluarga di rumah. Ingat istri, ingat anak saya. Saya lebih enggak tega lihat anak-istri saya enggak makan,” ujar Deny.

Baca juga: Mahasiswi Ditemukan Tewas, Teman Kos Kaget saat Lihat Wajah Korban Pucat dan Tak Ada Denyut Nadi

Deny bekerja sepenuh hati membersihkan gorong-gorong dari berbagai sampah. Karena itu, banyak orang puas dengan pekerjaannya dan menjulukinya sebagai “Deny Manusia Got”.

Panggilan kerja di sekitar Bekasi pun terus berdatangan. Deny lalu mengajak tiga temannya untuk membantu pekerjaan itu. Teman-temannya itu dulu bekerja sebagai penjual kopi dan pemulung.

Berita Rekomendasi

Meski harus sering berendam dalam selokan, rasa humornya tak luntur. Deny menjuluki kelompok mereka sebagai Markesot.

“[S]aya yang bikin, [artinya] 'mari kita ngesot'," ungkap Deny sambil tersenyum lebar.

Julukan itu sesuai dengan pekerjaan mereka ngesot di selokan penuh lumpur yang dihuni kepiting, belut, kelabang, dan ular.

Tak cuma itu, mereka juga kerap menemui sampah-sampah yang membahayakan tubuh mereka, seperti tusuk sate, bambu, dan potongan kaca. Ada pula barang-barang seperti kondom, spanduk, serta tv tabung.

Kaki Deny pernah menjadi tertancap potongan kaca pada 20 Januari 2021 lalu. Namun, ia terus menjalani pekerjaannya.

Belum lagi rasa panas saat terendam dalam lumpur dan bau selokan yang tak juga hilang.

“Kayak kebakar lho, kalau kena lumpur got. Coba saja,” kata Deny.

Ia mengakali hal itu dengan membasahi sekujur tubuhnya, termasuk wajah dan selangkangan dengan oli bekas dan minyak tanah.

Meski begitu, ia tak bisa mengatasi bau comberan yang terus tercium hingga 2 minggu lamanya. Deny pun terpaksa tinggal terpisah dengan istri dan anak-anaknya.

“Pekerjaan ini yang paling mahal itu cuma satu: sampai saya harus pisah ranjang sama istri,” ujar Deny.

Keluarganya saat ini tinggal di Bogor. Anak pertamanya sedang kuliah semester 7. Anak keduanya baru lulus SMK. Sementara, anak ketiga Deny baru menginjak bangku SMP.

“Saya juga takut [Covid-19], tapi ya itu tadi. Lebih takut lihat anak-istri saya enggak makan. Walaupun kita kena, positif, anggap saja itu jihad. Jihad yang sesungguhnya ya seperti itu, menafkahi keluarga sampai nyawa taruhannya," tegas Deny.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Deny Manusia Got, Markesot, dan Hasil yang Tidak Selalu Mengikuti Usaha"

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas