Wagub DKI: Atasi Kebakaran di Permukiman Padat Bukan Sim Salabim
Wagub DKI sebut mengatasi Jakarta dari kebakaran dan bajir tidak bisa dengan cara sulap sim salabim, perlu juga kesigapan dari masyarakat.
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengaku masih kesulitan mengatasi kebakaran di ibu kota.
Pasalnya, kepadatan penduduk di DKI Jakarta sangat tinggi, sehingga banyak bermunculan permukiman padat.
Hal ini dikatakan Ariza menanggapi kebakaran besar di Matraman beberapa waktu lalu yang merenggut nyawa 10 orang warga.
"Semua tidak bisa kami sulap sim salabim, kemudian Jakarta jadi semua bebas dari kebakaran dan banjir," ucapnya, Jumat (26/3/2021).
Baca juga: Pasutri Korban Kebakaran di Matraman Ditemukan Saling Berpelukan
Baca juga: Fani Lolos dari Kebakaran Maut di Matraman Setelah Terobos Kobaran Api Bersama Sumi dan Anaknya
Politikus Gerindra ini menyebut, Pemprov DKI tak bisa bekerja sendiri dalam mengatasi masalah kebakaran ini.
Diperlukan juga kesigapan dari masyarakat untuk meminimalisir masalah kebakaran di lingkungan tempat tinggalnya.
Seperti memperhatikan kondisi rumah, mulai dari sambungan listrik, tabung gas, hingga puntung rokok ataupun saat membakar sampah sembarangan.
Sebab, hal kecil bisa memicu terjadinya bencana kebakaran yang bisa menimbulkan kerugian materiel hingga korban jiwa.
Baca juga: Komentar Wagub DKI Soal Anies Ungguli Prabowo dan Sandiaga Uno di Survei Kandidat Presiden
"Yang paling penting jangan kita bergantung kepada aparat-petugas. Kesadaran kita, setiap warga harus punya kesadaran tinggi bahwa dia tinggal di daerah mana," ujarnya.
"Bila tinggal di daerah yang rawan kebakaran. Apa saja yang harus diperhatikan," tambahnya.
Diberitakan sebelumnya, kebakaran di Jalan Pisangan Baru III, RT 06/RW 10, Kelurahan Pisangan Baru, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur pada Kamis (25/3/2021) merenggut korban jiwa.
Kasi Ops Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Timur, Gatot Sulaeman mengatakan korban jiwa dalam kebakaran yang dilaporkan pukul 04.50 WIB itu 10 orang.
Yakni Srimulyani (50), Deby (28), Ria (17), Dani (30), Nizan (1,5), Beni (42), Nova (40), Baeva (15), Fani (20), dan Ni Iman yang tidak sempat menyelamatkan diri saat kebakaran terjadi.
"Untuk Objek yang terbakar kontrakan 5 pintu yang dihuni lima KK (Kepala Keluarga), terdiri dari 15 jiwa. Korban jiwa sebanyak 10 orang," kata Gatot saat dikonfirmasi di Jakarta Timur, Kamis (25/3/2021).
Saat pertama mendapati para korban terjebak di antara kobaran api warga setempat sudah berupaya melakukan evakuasi dan pemadaman mandiri, nahas upaya gagal karena api makin membesar.
Jajaran Damkar Jakarta Timur sendiri mengerahkan 14 unit mobil pompa secara bertahap ke lokasi guna memadamkan amuk si jago merah, pun saat dilaporkan warga api kadung membesar.
"Keterangan saksi bernama Nanang (37) melihat api sudah membesar dan ada motor sudah menyala (terbakar). Setelah menyelamatkan anak istrinya keluar dia sudah enggak bisa masuk lagi (menuju lokasi kebakaran) karena api membesar," ujarnya.
Gatot menuturkan besarnya kobaran api membuat proses pemadaman makan waktu cukup lama, pemadaman yang dimulai pukul 05.01 WIB baru dinyatakan rampung pukul 05.50 WIB.
Setelah pemadaman rampung jajaran Damkar Jakarta Timur dibantu warga melakukan evakuasi 10 jenazah warga RW 10 dari lokasi kebakaran untuk dibawa ke RS guna penanganan lebih lanjut.
"Untuk penyebab kebakaran dari hasil pemeriksaan sementara akibat korsleting dari satu bangunan lalu merembet ke bangunan lainnya. Untuk kerugian materil sekitar Rp 800 juta," tuturnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Akui Sulit Atasi Kebakaran di Permukiman Padat, Wagub DKI: Enggak Bisa Cuma Sim Salabim,