Direktur BBC Timothy Dituntut 8 Tahun Penjara Terkait Dugaan Kasus Penipuan
JPU menyebut terdakwa Timothy Tandiokusuma terbukti secara hukum melakukan penggelapan dan pencucian uang milik korban SF senilai Rp 20 miliar.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sidang kasus dugaan penipuan dan pencucian uang yang menjerat Direktur PT Berjalan Bersama Cahaya (BBC), Timothy Tandiokusuma kembali digelar di Pengadilan Negeri Tangerang, Kamis (3/6/2021).
Dalam sidang pembacaan tuntutan dengan Surat Dakwaan No. Reg. Perk.:PDM-24/M.6.16/Eoh.2/02/2021 kali ini, Jaksa Penuntut Umum Desti Novita SH, MH menyebut kalau terdakwa Timothy Tandiokusuma terbukti secara hukum melakukan penggelapan dan pencucian uang milik korban berinisial SF senilai kurang lebih Rp 20 Miliar.
Untuk itu, Timothy dituntut hukuman 8 tahun penjara serta denda sebesar Rp1 Miliar.
Baca juga: 2 Warung di Ciputat Hancur Akibat Ditabrak Truk Pembawa Beton Saluran Air
Menanggapi tuntutan JPU, Kuasa Hukum terdakwa Timothy Tandio kusuma, Sumarso SH mengatakan, pihaknya baru akan menyampaikan tanggapannya dalam persidangan yang dijadwalkan pekan depan.
"Ini saya melihat semuanya dianggap terbukti, padahal saya belum bisa mendengar apa yang dibuktikan. Saya akan membuktikan apa yang dibacakan jaksa, apa semuanya benar. Akan kita tanggapi semua apa yang disampaikan jaksa. Saya akan menyampaikan semuanya dalam pembelaan saya minggu depan," ujar Sumarso yang didampingi terdakwa Timothy usai sidang digelar.
Sementara itu, ketika dikonfirmasi terkait tudingan cek yang diberikan kliennya kepada korban yang tidak bisa dicairkan, Sumarso menjelaskan bahwa cek yang diberikan itu sebenarnya hanya bersifat jaminan.
Namun karena terjadi pandemi, cek akhirnya tidak bisa dicairkan.
"Cek itu sebenarnya jaminan dan sebelum cek itu dicairkan diberitahu ini sedang dalam situasi Covid, semua usaha mengalami masalah. Tolonglah jangan dicairkan. Situasi saat itu (Desember 2019) sudah ramai (Covid-19)," terangnya lagi.
Baca juga: Klaster Kerja Bakti di Kelapa Dua Tangerang, 53 Orang Positif Covid-19, Dua RT Langsung Zona Merah
Dalam kesempatan tersebut, ia juga gencar membantah bahwa kliennya adalah CEO Black Boulder Capital (BBC) seperti yang diakui korban SF.
Bahkan dengan tegas ia menyebut bahwa Timothy kliennya ini adalah orang yang berbeda, serta BBC yang disebutkan juga bukan perusahaan equity, Black Boulder Capital.
“BBC bukan Black Boulder Capital tapi Berjalan Bersama Cahaya. Klien saya ini punya PT namanya Berjalan Bersama Cahaya. Jadi ini tidak ada kaitannya. Beda orang, beda perusahaan dan beda semuanya,” tegas Sumarso.
Menanggapi pernyataan kuasa hukum Timothy, SF mengaku heran.
Karena ia mengaku sudah kenal cukup lama dengan orang yang dituding telah menipunya.
Baca juga: Soal Pembatalan Haji, Legislator PKS Kembali Sayangkan Keputusan Pemerintah yang Tergesa-gesa
Ia menceritakan, penipuan yang menimpa dirinya bermula ketika ia mengenal Timothy Agustus 2018 silam.
Saat itu ia kerap menceritakan kesuksesannya dalam mengelola dana investasi di perusahaan Black Boulder Capital yang ia kelola.
Hal itu dibuktikan dengan maraknya pemberitaan tentang Timothy Tandiokusuma yang telah berhasil mengelola dana investasi hingga Rp1,2 Triliun.
Desember 2018, SF akhirnya melakukan Kontrak Perjanjian Investasi yang pertama dengan Timothy.
Dalam kontrak selama 1 tahun itu, korban mengeluarkan dana kelolaan Rp 1,2 miliar yang kemudian terus bertambah hingga di bulan April 2020 nilai investasinya sudah mencapai Rp 13,2 miliar, belum termasuk bunga yang dijanjikan yaitu sebesar hampir Rp7 miliar.
Kepercayaan SF mulai pudar setelah kewajiban Timothy membayar bunga investasinya terhenti di bulan November tahun 2019 silam.
Baca juga: Napi Kasus Pencabulan Main HP, Aktif Sosial Media, Dirjen PAS Diminta Periksa Petugas Rutan Depok
Ia juga mengirimkan surat kepada para investor mengenai Keadaan Kahar karena pandemi COVID-19.
Dalam surat itu ia mengajukan permohonan auto extend kontrak-kontrak yang habis di bulan Maret 2020.
Kemudian 6 lembar cek jaminan pembayaran pokok investasi yang diberikan Timothy juga tidak bisa dicairkan karena nasabah pemberi cek ternyata telah diblacklist bank yang bersangkutan.
"Makanya saya heran kok pengacaranya tidak mengenal kliennya sendiri. Timothy Tandiokusuma yang saya kenal itu yah CEO-nya Black Boulder Capital. Orang yang sama. Padahal di media massa kan sudah banyak beritanya. Di Youtube juga ada wawancara dia. Kalo gak salah judulnya ‘Anak Rantau yang punya 15 perusahaan, dan asset 1 Triliun’ loh’,” terang SF singkat.
Karena itu ia menyayangkan pengakuan Kuasa Hukum Timothy yang seakan belum mengenal betul kliennya.
Padahal, kata SF, jika saja ia banyak membaca berita di media massa, tentu saja bisa pasti mengenali wajah Timothy Tandiokusuma CEO Black Boulder Capital yang menjadi kliennya saat ini.