Alumni Tulis 'Catatan Kegelisahan' untuk Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Alumni merumuskan beberapa usulan kepada pihak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk berkontribusi lebih dalam penanganan pandemi Covid-19.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perkembangan pandemi belakangan ini sudah sampai pada tahap sangat darurat.
Dikutip dari covid19.go.id, ada 47.899 kasus baru dalam 24 jam terakhir.
Angka tersebut menjadi rekor tambahan kasus harian tertinggi sepanjang pandemi Covid-19 di Indonesia.
Adapun kasus kematian harian nasional bertambah 864.
Kondisi ini otomatis membuat semua pihak yang berhubungan dengan
penanganan pasien Covid-19 kewalahan dan berakibat semakin jauh pada jatuhnya korban lebih banyak, kekurangan tenaga kesehatan, kekurangan oksigen, panic buying, dan seterusnya.
Belum lagi kasus ratusan orang meninggal dalam keadaan isolasi mandiri karena tidak mendapatkan layanan kesehatan yang cukup.
Mencermati perkembangan ini, mau tidak mau, kita semua harus bergerak memberikan kontribusi sekecilapapun untuk turut meringankan beban saudara-saudara kita yang terdampak pandemi.
Baca juga: Dubes Indonesia di Tiongkok Cerita Cara Wuhan Hadapi Pandemi Covid-19
Hal itu pulalah yang membuat sejumlah Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tergabung dalam Kongkow Ciputat menulis seutas catatan untuk Rektor UIN Syarif Hidayatullah JakartaProf. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc., M.A.
"Kami melihat respons UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap pandemi ini tidak terlalu terlihat, setidaknya di mata publik. Kami tidak meragukan bahwa sudah tentu ada upaya-upaya yang telah dilakukan oleh UIN sebagai lembaga publik," ujar Ahsan Jamet Hamidi, Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Selasa (13/7/2021).
Atas dasar kepedulian itu, pihaknya merumuskan beberapa usulan kepada pihak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk berkontribusi lebih dalam penanganan pandemi ini.
Saat ini sejumlah kampus terlibat dalam aksi kemanusiaan penanganan Covid-19.
Contohnya IPB, UIN Sunan Gunung Jati, Universitas Indonesia, Universitas Trunojoyo Madura, dan UMS, menyediakan salah satu fasilitas kampusnya sebagai ruang isolasi mandiri dan tes PCR secara gratis.
Sejumlah kampus juga menyediakan vaksinasi massal seperti Unpad, Universitas Kristen Indonesia, Universitas Pamulang, dan kampus-kampus yang lain.
"Sungguh, sebagai bagian dari entitas Ciputat, di benak kami lalu muncul pertanyaan besar UIN Ciputat ada di mana hari ini?" ujar Ahsan Jamet Hamidi.
Karena itu pula, pihaknya yang tergabung dalam 'Kongkow Ciputat' berdiskusi panjang lebar untuk turut mencari cara yang memungkinkan bagi UIN CIputat untuk berkontribusi.
Sehingga setidaknya ada empat poin kontribusi yang sementara ini Kongkow Ciputat sepakati untuk diusulkan kepada pemegang kebijakan di kampus:
1. Menyediakan ruang untuk memfasilitasi pasien isolasi mandiri.
UIN Jakarta memiliki Wisma Syahida, Wisma Kopertais, Asrama Mahasiswa yang kemungkinan besar saat ini juga lebih banyak tidak digunakan karena dampak pandemi.
Alangkah lebih baik jika pihak kampus melakukan koordinasi dan lobby kepada pihak Pemkot Tangerang Selatan untuk
menggunakan salah satu fasilitas yang dimiliki menjadi ruang isolasi mandiri.
Terlebih, UIN juga memiliki tenaga kesehatan (Rumah Sakit) dan memungkinkan untuk memberdayakan dosen/mahasiswa kedokteran untuk terlibat memastikan proses isolasi mandiri yang terkontrol dan terstandar.
2. Memfasilitasi Vaksinasi gratis untuk warga.
Pemerintah pusat sudah sangat berkomitmen untuk mengejar seluas-luasnya jangkauan program vaksinasi. Tentu ini membutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak untuk melaksanakannya.
Dengan infrastruktur, SDM, dan segala fasilitas yang dimiliki, UIN Jakarta sangat berkompeten untuk turut menjadi salah satu pelaksana vaksinasi.
Dengan banyaknya ruang kampus yang dimiliki, vaksinasi ini juga memungkinkan dilakukan di beberapa titik untuk mengurangi kerumunan.
3. Menginisiasi program pemberdayaan ekonomi warga sekitar.
Selain mahasiswa yang terdampak langsung sehingga kuliah dilaksanakan dengan daring, dampak langsung yang sedemikian terasa juga menimpa warga sekitar kampus: pedagang kecil, warung makan, pemilik kost, dan sebagainya.
Ada baiknya kampus juga memikirkan program emergency respons yang terintegrasi dengan orientasi pemberdayaan ekonomi warga sekitar, baik langsung maupun tidak langsung.
4. Membangun sense of crisis yang kuat.
Perlu kiranya UIN Jakarta menggerakkan seluruh saluran dan media komunikasi serta para tokoh, civitas akademika UIN dan alumni serta stakeholers lainnya untuk giat melakukan edukasi publik, kampanye taat protokol kesehatan, maupun advokasi dan masukan kepada pemerintah kota, provinsi maupun kementerian/lembaga terkait. Kita perlu mengajak kebersamaan, membangkitkan solidaritas, menguatkan kolaborasi dan sinergi dalam memerangi pandemi ini.
Jika sadar kita sedang perang, maka segala daya harus diupayakan. Jika tidak, korban makin banyak berjatuhan.
"Demikian empat usulan yang kami sampaikan, sekali lagi, sebagai bentuk keprihatinan kami dan rasa memiliki kami terhadap UIN Jakarta, kampus kami tercinta. Tentu di luar empat hal itu, banyak hal lain yang perlu direspons, dan banyak inisiatif lain yang bisa dilakukan," ujar Ahsan Jamet Hamid.
Menurut dia, dalam kondisi krisis semacam ini, perlu pula terobosan dilakukan oleh pengambil kebijakan untuk meminimalisir hambatan struktural dan birokrasi.
"Tentu kami juga tidak berpangku tangan. Mahasiswa dan entitas Ciputat adalah entitas yang sangat terasah dan terlatih kepekaan, aktivisme, dan jiwa sosialnya. Kami yakin, kawan-kawan Ciputat memiliki perannya masing-masing di komunitasnya," ujarnya.
Atas nama Kongkow Ciputat, pihaknya pun sedang menggalang gerakan “BantUIN Nakes” yang mengorganisir apresiasi terhadap Tenaga Kesehatan, pejuang pandemi, di seputar Tangerang Selatan.
Sudah terkumpul sementara Rp 33 juta per 10 Juli 2021 yang akan didistribusikan untuk membantu Tenaga Kesehatan di Tangerang Selatan.
Akuntabilitas pengelolaanya juga kami sampaikan ke publik.
"Namun, sekali lagi, kepedulian di masa pandemi ini akan jauh terasa dampaknya jika UIN Jakarta atas nama lembaga besar, juga berkontribusi langsung dalam merespons pandemi secara luas, massif, dan terstruktur," ujarnya.
Untuk diketahui, Kongkow Ciputat merupakan alumni UIN Syarif Hidayatullah yang masih merasa turut memiliki UIN dan spirit keciputatan.
Anggota Kongkow Ciputat terdiri dari lintas angkatan, lintas generas dimana sebagian diantaranya masuk ke dalam struktur kepengurusan IKALUIN dan karena itu pula catatan usulan ini juga dikomunikasikan dengan para pengurus IKALUIN.
Dalam catatan yang diterima redaksi, sejumlah alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memberikan tanda tangan persetujuan surat ini.