Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ade Armando Menegaskan Dirinya Adalah Orang yang Mendukung Soal Kebebasan Berekspresi

Ikatakan Kekeluargaan Mahasiswa/Pelajar Indonesia Sulawesi Selatan (Ikami Sulsel) menggelar webinar nasional

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Ade Armando Menegaskan Dirinya Adalah Orang yang Mendukung Soal Kebebasan Berekspresi
Dok. Ikami Sulsel
Suasana webinar nasional dengan tema 'Menguji Cuitan BEM UI; Dalam Sorotan Akademik dan Basis Data' yang berlangsung secara daring, Sabtu (24/7/21). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ikatakan Kekeluargaan Mahasiswa/Pelajar Indonesia Sulawesi Selatan (Ikami Sulsel) menggelar webinar nasional dengan tema 'Menguji Cuitan BEM UI; Dalam Sorotan Akademik dan Basis Data' yang berlangsung secara daring, Sabtu (24/7/21).

Webinar yang dihadiri oleh Prof Dr. DR. Siti Zuhro, MA (Peneliti Senior LIPI), Dr. Ade Armando, M.Sc (Civil Watch dan Dosen Ilmu Komunikasi UI), Faldo Maldini (Mantan Ketua BEM UI dan Politisi PSI), Faizal Assegaf (Ketua Progress 98), Andi Fajar Asti (Ketua HMPI) membahas soal kritikan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) kepada Presiden Jokowi.

Kala itu, BEM UI mengkritik Presiden Jokowi sebagai King of Lip Service, selain itu, melalui serangkaian gambar yang diunggah dalam cuitan tersebut, BEM UI banyak menyinggung kebijakan Presiden Jokowi.

Menanggapi hal tersebut, Prof Dr DR Siti Zuhro MA yang merupakan Peneliti Senior LIPI mengatakan, apa yang disampaikan BEM UI merupakan paparan ide, gagasan hasil komplentasi, renungan mendalam.

"Kelembagaan partisipasi diperlukan, mengapa diperlukan karena agar tidak mengacaukan sistem demokrasi itu sendiri. Sebetulnya sejak 98 demokrasi kita sampai sekarang belum subtansial, kita hanya berputar-putar pada tataran normatif saja," tutur Siti.

Next di 2024 kita, dikatakan Siti harus membenahi partai politik bersama dengan politik hukumnya.

"Penegakan hukum yang mengedepankan keadilan sehingga kita harapkan akan terjadi pemilu yang menyejukkan, pemilu yang menyenangkan," sambungnya.

Berita Rekomendasi

Sementara itu, Dr. Ade Armando, M.Sc., (Civil Watch dan Dosen Komunikasi UI) menegaskan dirinya adalah orang yang mendukung soal kebebasan berekspresi.

"Apakah mahasiswa berhak menghina presiden dengan mem atau cuitan BEM UI itu, saya katakan boleh karena itu adalah kebebsan berekspresi. Tapi jangan salah dalam hal ini. Kalau mau mengkritik maka harus siap dikritik, itulah kebebasan berekspresi," jelasnya.

"Dan perlu saya perjelas juga bahwa saya hanya mengkritik cuitan BEM UI bukan orangnya, lalu banyak orang yang marah karena saya mengkrtitik itu wajar juga karena itulah kebebasan berekspresi. Apalagi saya sebagai orang yang mendukung jokowi," tegasnya.

Mantan Ketua BEM dan Politisi PSI, Faldo Maldini mengatakan soal cuitan BEM UI, sebenarnya sudah banyak yang disampaiakn buzer di medsos, bahkan pembahasaannya sudah jauh.

"Saya ingat Bapak presiden saat pidato omnibus law bagi saya itu sudah menjadi janjinya presiden. Untuk kasus omnibus law diprotes BEM UI, perlu saya tekankan bahwa itu masih on proses. Lalu soal uu ITE saya pikir itu masih berjalan juga prosesnya, jadi jagan dikatakan bahwa itu hanya janji saja," kata Faldo.

"Perlu dicatat oleh mahasiswa, KPK kenapa diubah UU nya, kenapa? Bukan untuk mengantikan polisi atau MK tapi untuk menguatkan KPK itu sendiri, sekarang kita liat KPK banyak menangkap pejabat yang korup," jelasnya.

"Lalu untuk kawan-kawan yang mau demontrasi, agar pikirkan kembali karena sekarang kuburan sudah penuh. Ibarat pearang serdadu kita sudah banyak yang mati. Kita banyangkan satu serdadu yang mati itu bisa mamtikan 10 orang," paparnya.

Sedangkan Ketua Progres 98, Faizal Assegaf mengatakan ciutan BEM UI menandakan kalau kita mundur dalam tataran demokrasi, bahkan tema yang diangkat dalam webinar ini sama dengan tema yang dibicarakan ibu PKK. Tema-tema seperti ini malah mundur secara demokrasi.

"Saya mengamati sebagai seorang rakyat, apakah cuitan BEM UI itu menyuarakan suara rakyat? Menurut saya tidak. Apakah mewakili kaum intelektual? tidak juga, apakah ia bagian dari dinamika berdemokrasi, iya karena mereka berpendapat," ujarnya.

"Justru kita hanya melihat sebuah propaganda oleh kawan-kawan BEM UI, mereka seperti kehilangan visi, kehilangan memilih. Sehingga cuitan BEM UI sangat tidak tepat, karena mahasiswa seharusnya tidak terjebak seperti itu."

"Mahasiswa harus punya selera yang lebih jauh dari kelompok 98, kalau 98 mampu merubah dari sentralistik kekuasaan orde baru menjadi desentralisasi, adek-adek mahasiswa sekarang ini harus keluar dari itu, sudah harus bicara soal nuklir, bicara mengenai mahasiswa itu mampu membuat desertasi sistem negara modern di level ASEAN dan di level ASIA Tenggara."

"Mahasiswa sekarang sudahlah, tak usah berpolitik," tegas Faizal Assegaf.

Paparan yang diberikan oleh Ketua Progres 98, Faizal Assegaf juga mendapat dukungan dari Ketua Umum DPP HMPI, Dr. Andi Fajar Asti M.Pd.

"Saya setuju dengan paparan Faisal Asegaf, tapi perlu kita ketahui bahwa berapa ribu naskah akademik yang dibuat sarjana-sarjana kita mana ada yang digunakan negara ini. Saya melihat secara netral dari kacamata akademik, pertama cuitan ini tidak bermasalah, kenapa ribut seperti ini karena UI yang bikin status, coba yang berteriak adalah anak yang berada di pesisiran, pasti tidak seramai itu. Kita tau bahwa UI adalah sentral pendidikan yang dimana alumninya banyak yang menjadi menteri-menteri," urainya.

"Jadi cuitan BEM UI itu biasa-biasa saja, jika mau disandingkan dengan data-data yang ada. Malah saya mengapresiasi Pak Jokowi yang tak pernah marah-marah, malah orang-orang yang sekitarnya yang marah-marah. Jadi ini tidak usah dianggap serius, justru pemerintah harus fokus membangun ekonomi yang meroket," ujarnya.

Terlepas dari cuitan yang dilakukan BEM UI Bendahara Umum PB IKAMI SULSEL, Muh Ridha Ramli terus memastikan pihkanya akan selalu mendukung upaya pemerintah dalam segala hal.

Selain itu, PB Ikami Sulses juga menginginkan Indonesia yang aman dan tentram dari kericuhan. Apalagi saat ini, pemerintahg sedang menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam menekan angka penyebaran covid–19.

Muh Ridha juga menegaskan bahwa Pengurus Besar Ikami Sulsel, tentunya berharap agar mahasiswa Sulsel di seluruh Indonesia kedepannya betul-betul menjaga prokes, membantu pemerintah untuk mengurangi Virus Covid-19.

Karena ini menjadi masalah utama saat ini, yang berdampak ke berbagai sektor baik itu ekonomi pendidikan, pariwisata dan yang lainnya. Oleh karena itu, diharapkan adanya kesatuan dalam bernarasi dalam membangun kepercayaan di masyarakat.

"Kami doakan terus pemerintah agar tetap bisa bekerja keras melindungi masyarakat dari serangan makhluk yang terlihat ini. Sehingga Presiden dengan pemerintahanya senantiasa sehat mengurus negara ini, kami di PB Ikami Sulses akan selalu mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan cluster covid-19 ini," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas