Empat Mural Viral di Tangerang, Jakarta dan Pasuruan yang Akhirnya Dihapus Petugas
Kemunculan sejumlah mural di ibu kota, Tangerang hingga Pasuruan sempat viral dalam satu bulan ini, akhirnya mural-mural itu dihapus oleh petugas.
Penulis: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah pandemi Covid-19 kemunculan mural di sejumlah lokasi viral disorot masyarakat.
Belakangan mural itu dihapus oleh petugas dengan beragam alasan.
Ramai soal mural ternyata bukan yang pertama kalinya.
Dalam satu bulan ini ada sejumlah mural yang juga viral lalu dihapus .
Baca juga: Selain Bakal Dipanggil KPK, Anies Juga Digugat Rp 1 Miliar oleh Korban Banjir
Berikut 4 mural yang viral kemudian dihapus oleh petugas:
1. Mural Jokowi 404: Not Found
Sebuah mural yang menggambarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) jadi perhatian masyarakat.
Pasalnya, ada sematan kalimat 404: Not Found yang tertulis di ilustrasi Presiden Jokowi.
Polisi pun turun tangan menangani hal tersebut.
Mural itu terpampang jelas di Jalan Pembangunan 1, Batujaya, Batu ceper, Kota Tangerang.
Warga yang pertama menemukan mural itu kemudian melapor pada lurah setempat.
"Kita ada yang melaporkan, warga. Kita enggak tahu kapan itu dibuatnya, sekitar jam 10.30 WIB Kamis katanya ada gambar itu, kita lihat," kata Jamaludin, Lurah Batujaya, Sabtu (14/8/2021).
Polisi sempat memburu seniman yang membuat gambar mural tersebut.
Namun akhirnya pencarian dihentikan.
Mural itu juga langsung dihapus dengan cara ditimpa menggunakan cat hitam.
Kemunculan mural itu trending di Twitter
Kejadian penemuan mural Jokowi tersebut meramaikan sosial media twitter.
Bahkan terpantau pada Minggu pagi (15/8/2021), tagar #Jokowi404NotFound masuk dalam daftar trending.
Tagar tersebut pun diramaikan 17 Ribu cuitan warganet.
2. Mural Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit
Sebuah mural di sudut jalan di Bangil, kabupaten Pasuruan, mendadak dihapus.
Penghapusan mural bertuliskan "Dipaksa Sehat di Negara Yang Sakit" ini pun menjadi viral di media sosial.
Mural di sebuah tembok bangunan yang tidak digunakan ini dihapus oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan.
Sebelumnya, mural ini menjadi perhatian karena lokasinya strategis di dekat rel Stasiun Kereta Api (KA) Bangil.
Baca juga: Komplotan Copet Spesialis Lift Mal Diringkus, Aksinya di Mal Central Park Sempat Viral
Camat Bangil, Komari, saat dihubungi mengakui penghapusan gambar mural tersebut.
"Iya memang benar kami yang menghapus," kata Camat saat dihubungi melalui selulernya, Kamis (12/8/2021).
Dia mengatakan, penghapusan mural ini atas perintah pimpinan.
"Saya dihubungi Satpol PP dan diminta untuk menghapus mural tersebut," jelasnya.
Komari menyebut, satu di antara alasan perintah untuk menghapus mural itu karena dianggap kurang pantas.
Ia menyebut, bukan gambar muralnya yang dianggap kurang pantas, tapi tulisan yang ada di dalam mural itu tidak etis.
"Yang membaca mural itu kan orang banyak. Khawatirnya penafsirannya macam - macam," tandasnya.
Baca juga: Sempat Dicopot Karena Kerumunan Megamendung, Kini Irjen Rudy Sufahriadi Jadi Kapolda Sulteng
Direktur Pusat Studi Advokasi dan Kebijakan (PUSAKA) Lujeng Sudarto menyebut pejabat yang menghapus mural itu pongah.
Menurutnya, penghapusan mural ini menjadi bukti bahwa mereka tidak bisa menerima critical thinking yang disampaikan melalui ekspresi berupa mural.
"Saya kira, tidak seharusnya kritik yang disampaikan melalui gambar berestetika itu dihapus. Critical thinking juga butuh estetika. Pejabat jangan berpikir gersang," tandas dia.
Mural Dihapus
Kasatpol PP Kabupaten Pasuruan, Bakti Jati Permana mengatakan penghapusan mural tersebut dilakukan 2 hari lalu oleh pemerintah di tingkat kecamatan.
Bakti mengaku tak tahu kapan dan oleh siapa mural itu dibuat.
"Tidak tahu kapan dibuat. Tahu-tahu sudah ada laporan. Karena terus-terusan ada laporan, akhirnya saya sampaikan kepada pak camat untuk ditertibkan," kata Bakti seperti dikutip dari Kompas.com.
Dia berdalih, penghapusan mural dilakukan sesuai dengan Perda Kabupaten Pasuruan nomor 2 tahun 2017 tentang Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat.
Dalam pasal 19 di Perda tersebut, tercantum larangan mencoret dinding atau tembok sarana umum.
"Itu dikategorikan sarana umum karena pinggir jalan persis itu kan. Dan dilihat oleh umum," ujarya.
Dia juga menyebut, tulisan mural tersebut dinilai provokatif.
"Nadanya kalau kami mengartikannya dapat dikatakan kritis. Cuma kan multi tafsir. Kalau kami mengartikan provokasi juga, menghasut lah. Sekarang kalau misalnya bahasanya Dipaksa Sehat di Negara Sakit, apakah memang negara kita sakit? kan jadi pertanyaan juga," imbuhnya.
Pemilik Rumah Kosong dan Pembuat Mural Dicari
Bakti menyebut, sampai saat ini Satpol PP Kabupaten Pasuruan masih mencari pemilik rumah kosong yang temboknya digambari mural tersebut.
Selain itu mereka juga mencari pembuat mural tersebut untuk melakukan klarifikasi.
"Sebenarnya saya ingin klarifikasi juga kepada pemural dan kepada pemilik rumah. Itu ceritanya bagaimana kok sampai ada mural seperti itu," pungkasnya
3. Mural Dipenjara Karena Lapar
Mural yang menarik perhatian kembali ditemukan di Kota Tangerang.
Setelah mural Jokowi 404:Not Found yang membuat gempar.
Kali ini bertuliskan 'DIPENJARA KARNA LAPAR' dengan huruf cukup besar.
Lokasi mural tepatnya berada di Jl. Gatot Subroto, kolong Fly Over Taman Cibodas, arah menuju Jatiuwung, Kecamatan Cibodas, Kota Tangerang.
Menurut keterangan pedagang yang berjualan di dekat lokasi mural tersebut berada, mural dibuat pada Kamis, 19 Agustus 2021 malam.
Masih menurut pedagang tersebut, mulanya ia melihat beberapa pemuda berada di lokasi sambil menggambar sesuatu di tembok.
Pedagang itu mengira gambar yang akan dibuat adalah tokoh pahlawan atau hal lain yang berhubungan dengan kemerdekaan.
"Kemarin malem itu, yang saya lihat ada beberapa orang disana yang sedang menggambar memang. Awalnya saya kira mereka gambar tokoh pahlawan, karena yang dibawa cat warna merah sama putih," ujar pedagang yang enggan menyebutkan namanya itu saat ditemui Wartakotalive.com, Jumat (20/8/2021) malam.
"Habis itu saya enggak tau lagi, kayanya tadi baru dihapus, saya tidak perhatiin soalnya itu gambar apa dan kenapa dihapus," sambungnya.
Menurut beberapa sumber Wartakotalive.com, mural tersebut dihapus oleh beberapa petugas pada pukul 19.00 WIB.
Melalui pantauan Wartakotalive.com pukul 22.00 WIB, mural tersebut sudah dihapus dengan ditiban cat berwarna putih.
Meski sudah dihapus, namun masih terlihat samar-samar tulisan mural tersebut, jika dilihat dari kejauhan.
Kemudian, kondisi jalan yang tepat berada di lokasi mural itu, terlihat bercak atau tetesan cat berwarna merah dan putih yang tercecer cukup banyak, hampir setengah badan jalan.
Selain itu juga terlihat sebuah kaleng cat semprot berwarna hitam, dengan kondisi tutup botol bertuliskan kode jenis warna abu-abu, yakni 104 Grey.
Lalu, sebuah ember cat berukuran kecil warna putih juga terlihat di trotoar di seberang tulisan itu, yang terletak di pinggir jalan lengkap dengan kuasnya.
Kondisi cat didalam ember tersebut sudah habis, namun jika dilihat masih ada sedikit cat yang tersisa di dalamnya.
Hingga saat ini, belum diketahui siapa penggambar mural tersebut dan penyebab mural bertuliskan 'DIPENJARA KARNA LAPAR' itu dihapus
4. Mural Tuhan Mau Kami Gambar!!!
Kemunculan mural kembali menuai sorotan.
Mural bertuliskan "Tuhan Mau Kami Gambar!!!" muncul di Jalan Prof Dr Satrio, Kelurahan Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Mural itu digambar dengan huruf kapital di Barrier beton kawasan tersebut.
Setidaknya ada empat barrier beton yang di satu sudutnya terdapat mural bertuliskan "Tuhan Mau Kami Gambar!!!".
Seorang pengendara motor bernama Ari mengaku melihat mural tersebut pada Senin (23/8/2021) sekira pukul 07.30 WIB.
Ia berharap petugas terkait segera menghapus mural tersebut karena dinilai tak pantas dilihat.
"Soalnya tulisan muralnya kayak gitu, ada tulisan Tuhan. Kayak nggak pantas saja gitu," kata Ari saat dikonfirmasi, Senin (24/8/2021) malam.
Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Lurah Karet Kuningan Achmad Yani mengaku telah menginstruksikan petugas PPSU untuk menghapus mural tersebut.
Ia mengatakan, mural itu dihapus lantaran digambar tidak pada tempatnya.
"Sudah saya tindaklanjuti. PPSU saya perintahkan untuk langsung dibersihkan karena tulisan tersebut bukan pada tempatnya," ujar Achmad Yani.
5. Selebaran Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit Muncul di Cijantung
Selebaran bertuliskan 'Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit' kini muncul di Jakarta Timur.
Tepatnya ditempel di Halte Wijaya Kusuma, Kelurahan Cijantung, Kecamatan Pasar Rebo.
Beberapa waktu lalu tulisan Dipaksa Sehat di Negara yang sakit muncul dalam bentuk mural di Jalan Diponegoro, Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Pantauan wartawan TribunJakarta.com, pada bagian bawah kalimat 'Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit' di selebaran terdapat tagar bertuliskan #melawan Covid-19 dan #menolak dibodohi.
Didi (47), warga sekitar mengatakan dia tidak mengetahui pasti sejak kapan selebaran ditempel dan siapa sosok pembuatnya.
"Enggak tahu ya, saya sendiri baru sadar ada selebaran ditempel. Tapi sepertinya masih baru, mungkin sekitar satu atau dua hari ini, atau baru banget ditempel," kata Didi di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Sabtu (21/8/2021).
Perkiraan waktu penempelan karena para Jumat (20/8/2021) saat melintas di Jalan Raya Bogor dari arah Depok menuju Jakarta lokasi Halte Wijaya Kusuma dia tidak melihat adanya selebaran.
Kondisi kertas pun masih tampak anyar, belum lusuh meski lokasinya berada di Halte Wijaya Kusuma, Jalan Raya Bogor yang setiap hari ramai dilintasi kendaraan karena jadi akses utama.
"Kalau siapa yang nempel ya saya enggak tahu. Karena ini kan lokasinya di pinggir jalan ramai orang lewat. Kalau ditempel pas siang hari juga mungkin orang enggak sadar, karena ukurannya enggak terlalu besar," ujarnya.
Meski selebaran dengan kalimat 'Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit' di Halte Wijaya Kusuma hanya satu, tapi ada selebaran dengan pesan serupa terkait penanganan pandemi Covid-19 di lokasi.
Baca juga: Pengendara Motor di Bogor Kaget Ada Ular King Kobra Menyebrang Jalan, Ini Penampakannya
Satu lagi bertuliskan 'Berani Membatasi Harus Menghidupi. Negara Jangan Lepas Tanggung Jawab' yang di bagian bawahnya terdapat ilustrasi tampak seorang anak bersama ibunya.
Sang anak laki-laki tampak duduk menatap kosong, sementara ibunya terbaring tepat di depannya seolah tidak berdaya dan sedang menanti bantuan, di bawah ilustrasi tersemat kata 'Dirgahayu'.
"Bagus-bagus saja sih pesannya menurut saya, enggak provokator mengajak warga melawan pemerintah. Ini masih wajar sebatas kritik ya. Kalau dibilang bikin kotor ya semua Halte sekarang juga enggak ada yang bersih," tutur Didi menanggapi.
Selebaran lain di Halte Wijaya Kusuma bertuliskan 'Kalian bisa saja menghapus mural atau menyobek-nyobek selebaran. Tapi ingat, kalian tidak pernah bisa menghapus alasan kenapa sampai mural dan selebaran itu ada'.
Jarak ketiga selebaran yang ditempel di Halte Wijaya Kusuma itu hanya terpaut sekitar dua meter, dua ditempel di tembok pembatas dan satu di bagian tiang penyangga Halte. (tribun network/thf/Tribunnews.com/TribunJakarta.com/Wartakotalive.com/Surya.co.id)