Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Antisipasi Gelombang Ketiga Covid-19, Gubernur Anies Pakai Jurus Deteksi Dini dan Vaksinasi

Dengan sistem deteksi dini, Gubernur Anies optimis gelombang ketiga Covid-19 yang diprediksi terjadi Desember 2021 bisa diantisipasi.

Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Antisipasi Gelombang Ketiga Covid-19, Gubernur Anies Pakai Jurus Deteksi Dini dan Vaksinasi
Tribunnews.com/ Hari Darmawan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam konferensi pers virtual, Jumat (27/8/2021). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gelombang ketiga Covid-19 diramal terjadi Desember 2021 mendatang.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan buka suara soal potensi gelombang ketiga Covid-19 itu.

Guna mengantisipasi, Anies bilang, sistem deteksi dini Covid-19 di DKI Jakarta masih diaktifkan.

Sistem deteksi dini yang dimaksud Anies ialah terkait testing dan tracing yang tak dikendorkan hingga saat ini.

"Sampai sekarang belum diturunkan sistem deteksi dini itu, apa itu? Kegiatan testing tetap tinggi, tracing juga tetap tinggi," ucapnya, Rabu (22/9/2021).

Baca juga: Respons Dinas Kesehatan DKI Soal Temuan 25 Klaster Covid-19 Selama PTM

Meski kini positivity rate atau persentase kasus positif sudah berada di angka satu persen, Anies bilang, testing yang dilakukan di ibu kota masih tinggi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia (WHO).

"Testing tetap tinggi hingga 8,4 kali lipat lebih tinggi dari standar WHO," ujarnya di kawasan Monas, Jakarta Pusat.

Berita Rekomendasi

Dengan sistem deteksi dini ini, Anies optimis, gelombang ketiga Covid-19 bisa diantisipasi.

Sistem deteksi dini ini pun disebut Anies sukses diterapkan saat Jakarta diterjang gelombang kedua Covid-19 pada Juli 2021 lalu.

"Untuk mendeteksi bola terlihat ada dereta hari-hari di mana pertambahan kasus mulai tampak menunjukkan tren peningkatakan, maka kita bisa langsung waspada," tuturnya.

"Jadi, itu salah satu cara kami mendeteksi," sambungnya.

Baca juga: Kasus Covid-19 di Lingkungan Sekolah Jateng Terus Bertambah, Bermula dari Curi Star PTM ?

Selain itu, antisipasi lonjakan kasus Covid-19 juga dilakukan dengan menggencarkan vaksinasi.

Hingga saat ini total ada 10,2 juta orang yang mendapat vaksin Covid-19 dosis pertama di DKI Jakarta.

Dari jumlah itu, sebanyak 7,4 juta diantaranya sudah disuntik dosis kedua vaksin Covid-19.

"Kita harus sama-sama jaga prokes dan pastikan keluarga, tetangga, kolega ikut vaksin. Bagi yang belum, ajak untuk ikut vaksin," kata Anies.

Dilansir dari Kontan.co.id, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 memperingatkan gelombang ketiga pandemi Covid-19 yang berpotensi terjadi di Indonesia.

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, sejumlah negara tengah menghadapi pandemi Covid-19 gelombang ketiga tersebut.

Tiga gelombang pandemi Covid-19 dunia masing-masing terjadi pada Januari 2021 sebagai puncak pertama, April 2021 puncak kedua, dan Agustus-September 2021 sebagai puncak ketiga.

Sementara, RI baru mengalami dua gelombang pandemi Covid-19.

"Kita harus waspada dan tetap disiplin protokol kesehatan agar kita tidak menyusul third wave atau lonjakan ketiga dalam beberapa bulan ke depan," kata Wiku dalam konferensi pers yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (14/9/2021).

Baca juga: Update Klaster Sekolah di Purbalingga dan Jepara, Gerindra: PTM Jangan Jadi Pemicu Ledakan Covid

Berikut penjelasan dari epidemiolog terkait pandemi Covid-19 gelombang ketiga yang berpotensi terjadi di Indonesia:

Menurut Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman, pandemi Covid-19 gelombang ketiga sangat mungkin terjadi, sebab mayoritas masyarakat Indonesia belum mempunyai imunitas untuk melawan virus atau tingkat vaksinasi yang masih cukup rendah.

“Dalam artian imunitas itu dari vaksin, vaksinasi dosis penuh, apapun vaksinnya. Ini kan 80 persenan (masyarakat) masih rawan karena belum mendapat vaksin,” kata Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (18/9/2021).

Hingga 19 September 2021, jumlah penerima vaksin Covid-19 dosis pertama di Indonesia mencapai 79.515.356 orang.

Sedangkan penerima vaksin Covid-19 dosis kedua sebanyak 45.134.194 jiwa.

Target penerima vaksin Covid-19 di Indonesia adalah sebanyak 208.265.720 orang. Artinya, saat ini jumlah pemilik imunitas dari vaksin Covid-19 hanya sekitar 38%.

Tak hanya virus corona varian Delta, tetapi juga varian Alpha maupun varian lain yang dapat membuat kondisi rentan dan mendorong potensi terjadinya pandemi Covid-19 gelombang ketiga.

Dicky menuturkan, adanya varian-varian baru Covid-19 juga sangat rawan memunculkan kembali gelombang ketiga.

“Ini yang harus dipahami dan tidak ada negara yang meskipun vaksinasinya sudah lebih dari 60 persen bisa menghindari gelombang ketiga, sulit,” ujar dia.

Baca juga: Jadi Joki Begal di Bogor, Gadis Muda dan Rombongan Sky Blue Ditangkap Polisi

Dicky menjelaskan, potensi pandemi Covid-19 gelombang ketiga bersifat dinamis.

“Dulu saya memprediksi Oktober, tapi ini berubah lagi, mundur lagi, jadi Desember. Desember Pun gelombangnya menurun juga, merendah, nggak sebesar seperti prediksi sebelumnya,” tutur dia.

Ia memaparkan, ini disebabkan adanya intervensi yang dilakukan seperti PPKM yang diperpanjang lebih diperkuat.

“Prediksi-prediksi ini tidak statis, dinamis banget. Artinya semakin kita konsisten, semakin disiplin dalam memberikan intervensi, termasuk capaian vaksinasi, ini akan membuat potensi (gelombang ketiga) itu semakin jauh atau mengecil tapi tetap ada, jauh mengecil,” tambah dia.

Sementara saat ini, Dicky mengatakan, dalam prediksi terakhir sesuai dengan perkembangan situasi terkini, pandemi Covid-19 gelombang ketiga mundur ke Desember.

Covid-19 gelombang ketiga Tak sebesar gelombang kedua

Dicky menilai, jika terjadi pandemi Covid-19 gelombang ketiga, diharapkan tidak akan sebesar gelombang sebelumnya.

“Kecuali kalau ada varian yang jauh lebih hebat atau setidaknya seperti varian Delta, itu bisa sama (gelombang infeksinya),” tutur dia.

Terkait antisipasi pandemi Covid-19 gelombang ketiga, lanjut Dicky, dapat dilakukan dengan memperketat pintu-pintu masuk di Indonesia.

Selain itu juga dilakukan karantina yang memadai, setidaknya selama 7 hari bagi pendatang yang telah divaksinasi secara penuh dan PCR negatif.

Sedangkan dilakukan karantina selama 14 hari bagi pendatang yang belum divaksinasi dengan PCR negatif.

Baca juga: Habiskan Waktu Malam Minggu, 6 Anak Bau Kencur Iseng Otaki Rentetan Aksi Begal di Bintaro

Sementara antisipasi di dalam negeri dapat dilakukan dengan 3T (testing, tracing, tracking, menerapkan protokol kesehatan (5M), percepatan vaksinasi, dan pembatasan kegiatan masyarakat.

“PPKM berlevel tetap dilakukan. Harapannya PPKM yang diterapkan level 1 dan level 2. Artinya semua berupaya agar level pandemi kita terkendali atau membaik. (Tentunya) dengan peran semua pihak,” papar Dicky.

Dicky menyampaikan, meskipun positivity rate rendah, tapi testing, tracing, dan tracking yang dilakukan rendah. Hal ini menjadi satu hal yang perlu diwaspadai.

“Karena berarti kemampuan kita mendeteksi kasus-kasus di masyarakat menjadi tinggi. Sudah dicapai (nilai standar) dari WHO, itu tidak dijamin,” kata dia.

Baca juga: 1.296 Sekolah Laporkan Klaster Penyebaran Covid Saat PTM, Paling Banyak Tingkat SD Capai 581 Sekolah

Kecukupan testing, jelas Dicky, mengikuti ekskalasi pandemi.

“Misalnya ada terkonfirmasi 1.000 kasus positif, harus ada tracing minimal 1.000 x 15 (orang), itu minimal.

Karea WHO juga menyarankan (tracing ke) 30 orang. Nah ini harus dilakukan,” ujarnya.

Dicky menegaskan, seharusnya juga dilakukan penelusuran lebih lanjut dalam bentuk tracking, seperti kontak kasus level 2 atau level 3.

“Saat ini belum (dilakukan), dan menempatkan posisi Indonesia sangat rawan terjadi (gelombang ketiga),” jelas dia.

Pengawasan orang yang telah divaksin

Dicky menambahkan, untuk mencegah varian baru harus ditingkatkan pengawasan terhadap genom-genom virus.

Hal ini sangat penting untuk mendeteksi keberadaan varian baru dan potensi, tren, atau progres penyebaran dari jenis virus baru.

Adapun kasus-kasus orang yang telah divaksinasi tapi terpapar virus juga harus menjadi perhatian, dengan dilakukan pemeriksaan genom.

Baca juga: Anies Baswedan Minta Masyarakat Tak Lengah Meski Angka Kasus Covid-19 di Jakarta Kian Terkendali

Dicky menegaskan, adanya peningkatan status yang lebih baik tidak dapat dijadikan dasar untuk melakukan apapun.

“Pandemi masih belum selesai, ini yang harus disadari masyarakat,” papar dia.

Pandemi Covid-19 belum berakhir. Pandemi Covid-19 gelombang ketiga bisa terjadi jika kita lengah menjalankan protokol kesehatan.

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Jurus Jitu Mas Anies Cegah Gelombang Ketiga Covid-19 yang Diprediksi Terjadi Bulan Desember 2021,

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas