Depok dan DKI Masih PTM 100 Persen, Begini Kondisi Sekolah di Tengah Ganasnya Covid-19
Depok dan DKI masih PTM 100 persen di tengah melonjaknya covid-19, begini kondisi sekolah, guru dan siswa di tengah meluasnya penyebaran corona.
Penulis: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Depok dan DKI Jakarta masih menerapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen di tengah meningkatnya ancaman covid-19.
Sementara itu sejak beberapa hari lalu, Kota Tangerang sudah menghentikan PTM, para siswa kembali ke Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Di sisi lain sejumlah pihak mulai dari anggota DPRD DKI hingga para dokter sudah meminta PTM dihentikan karena sudah tidak aman bagi anak.
Lantas bagaimana kondisi lingkungan sekolah di Depok dan DKI Jakarta di tengah ganasnya covid-19, terlebih varian omicron ?
18 Sekolah di Depok Terpapar Covid-19, 197 Pelajar Terkonfirmasi Positif
Satgas Covid-19 Kota Depok mencatat ada 18 sekolah dan 197 anak murid yang terpapar Covid-19 pasca diterapkannya pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen.
"Saat ini ada 18 sekolah yang sudah ada konfirmasi positif dengan total kasus 197 kasus," ujar Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Depok, Dadang Wihana, kala dikonfirmasi wartawan, Jumat (28/1/2022).
"Ini akan terus kita tracing dan ada juga yang sedang melakukan testing. Sebelumnya 147, lalu bertambah lagi sekarang 197," sambungnya.
Baca juga: Covid-19 di Kota Depok Melonjak, Satgas Catat 406 Kasus Dalam Kurun Waktu Satu Hari
Baca juga: 8 Sekolah Ditutup, PTM di Depok Tetap 100 Persen, Kemungkinan PPKM Level 3, Satgas Covid-19 Was-was
Dadang merinci, 18 sekolah yang terdapat temuan kasus ini terdiri dari tiga sekolah dasar, satu sekolah menengah pertama, dan 14 sekolah menengah atas yang dua di antaranya boarding school.
"Ada SD, SMP, dan mayoritas SMA. SD yang datanya sudah masuk ada tiga, satu SMP, dan 14 SMA," bebernya.
Lebih lanjut, Dadang berujar saat ini pihaknya masih mengikuti SKB 4 Menteri.
"Kami inginkan (evaluasi), daerah tentunya mengikuti SKB 4 menteri. Tapi dengan kondisi saat ini cukup tinggi dan memang level kita dua kemarin ditetapkan," tuturnya.
Dadang ngatakan dengan kondisi ini pihaknya berharap kegiatan PTM ini dapat dilakukan dengan pengaturan jam pagi dan siang.
Baca juga: Tambah 4 Kasus Baru, Total 21 Pegawai PN Depok Positif Covid-19
Baca juga: Buaya Peliharannya Sudah Berbobot 80 Kilogram, Warga Depok Minta Bantuan Damkar untuk Evakuasi
"Dengan melihat sarpras (sarana prasarana) yang ada, memang sebaiknya itu dilakukan 50 persen dari kapasitas. Tinggal pengaturan jamnya saja. Misal dalam satu hari tidak disekaliguskan mereka masuk. 50 persen mungkin pagi lalu 50 persen siang, sehingga semua bisa terakomodasi," ucapnya.
"Kalau inikan kapasitas 100 di dalam kelas. Bisa dilihat bagaimana mereka tentunya tidak bisa menjaga jarak," pungkasnya.
90 Sekolah di Jakarta yang Ditutup Imbas Temuan Covid-19, 88 di antaranya Sudah Dibuka Kembali
Sebanyak 88 dari 90 sekolah yang sempat ditutup sementara imbas temuan kasus positif Covid-19 kini telah dibuka kembali.
Sejak pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas digelar dengan kapasitas 100 persen peserta didik, Pemprov DKI Jakarta mendapatkan laporan banyaknya temuan kasus aktif.
Akibatnya, 90 sekolah dari berbagai jenjang pendidikan ditutup sementara selama lima hari.
Namun, dari jumlah tersebut sekitar 98 persennya telah dibuka kembali.
"Terkait sekolah dari 90 yang sekolah yang sempat ditutup, sekarang tinggal dua sekolah yang masih ditutup. Kami masih melaksanakan PTM 100 persen," jelas Wagub DKI Jakarta Ahmad Riza Patria di Jakarta Pusat, Jumat (28/1/2022).
Sementara itu, untuk kebijakan gelaran PTM masih tetap mengacu pada SKB 4 Menteri.
Bila Jakarta berstatus PPKM level 3 maka PTM terbatas hanya digelar dengan kapasitas 50 persen peserta didik.
"Level 3 (DKI bakal menarik kebijakan PTM 50%).
Itu ketentuannya atau ada kebijakan-kebijakan khususnya kita tunggu saja. Kita harus bekerja sama dengan semua pihak pemerintah pusat melakukan evaluasi kajian monitoring setiap saat setiap hari di manapun berjenjang," jelasnya.
90 Sekolah di DKI Ditutup Sementara Imbas Covid, Ini Yang Dilakukan Dinkes DKI
Jumlah sekolah yang ditutup sementara imbas temuan kasus Covid-19 di DKI terus bertambah.
Hingga pertanggal 22 Januari 2022, Pemprov DKI mencatat ada 90 sekolah.
Adapun untuk sekolah yang ditutup tersebar di 11 Taman Kanak-Kanak (TK), 25 Sekolah Dasar (SD), 30 Sekolah Menengah Atas (SMA), 5 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan 2 di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
Namun, untuk total temuan sudah ada 135 kasus positif. Sebanyak 120 diantaranya pada siswa, 9 pada guru dan 6 kasus sisanya pada tenaga pendidikan.
Lantas apa yang dilakukan Dinas Kesehatan DKI Jakarta setelah temuan ratusan kasus selama pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas berlangsung?.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes DKI Dwi Oktavia mengatakan pihaknya turut andil dalam pencegahan kasus aktif di sekolah.
Ketika sekolah mengalami penutupan, Dinkes DKI diterjunkan untuk melakukan tracing guna memutus mata rantai Covid-19.
Mereka yang memiliki kontak erat segera diminta untuk melakukan swab test antigen.
"Prinsipnya pada saat sekolah ada kasus maka sekolah tersebut mengalihkan pembelajaran ke pembelajaran jarak jauh selama lima hari. Sehingga pada kesempatan lima hari itu bisa tracing memutus rantai penularan kemudian bisa desinfeksi dan sebagainya," jelasnya kepada wartawan, Kamis (27/1/2022).
Baca juga: Wiku: PTM Bisa Dihentikan 2 Minggu jika Ditemukan Kasus Covid-19 di Sekolah
Baca juga: Kasus Harian Covid-19 Tembus 7 Ribu, Satgas IDI Ingatkan PTM Tak Lagi Aman
Tak hanya itu, seluruh keluarga dari warga yang sekolah yang positif turut diminta untuk melakukan swab test oleh Dinkes DKI.
Hal ini dilakukan guna memitigasi guna meminimalkan kemungkinan adanya kasus tambahan akibat dari klaster keluarga yang meluas pada klaster sekolah.
"Pengaturan untuk PTM adalah kalau anggota keluarga yang tinggal satu rumah dengan murid ada yang isolasi, atau si muridnya, sedang menjadi kontak erat dari penderita covid lain, maka dia tidak boleh mengikuti PTM secara offline sampai selesai masa karantinanya," sambungnya.
Setelah semua terlaksana, maka Dinkes DKI bakal mengevaluasi jalannya protokol kesehatan yang diterapkan di sekolah tersebut.
"Kemudian sekaligus menilai kembali apakah ada kekurangan dalam penerapan prokes misalnya. Sehingga setelah lima hari sekolah kembali ke tatap muka kemudian sudah lebih baik penerapan prokes dan sudah putus rantai penularan," pungkasnya.
Dinkes Sebut Faktor Ini yang Tentukan PTM di Jakarta Bisa Lanjut atau Setop
Dinas Kesehatan DKI Jakarta ungkap alasan di balik masih berjalannya pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen meski kasus Covid-19 kembali melonjak tinggi.
Pemprov DKI Jakarta terus mendapat desakan untuk menghentikan PTM dan kembali pada pembelajaran jarak jauh (PJJ) karena makin tingginya angka kasus Covid-19 di Jakarta dalam sebulan terakhir.
Desakan itu di antaranya disampaikan oleh sejumlah anggota DPRD DKI Jakarta.
Meski begitu, Pemprov DKI Jakarta tetap melanjutkan kegiatan PTM 100 persen di sekolah di semua tingkatan dengan alasan berpijak pada Surat Keputusan Berswama (SKB) 4 Menteri.
Selain itu, ada faktor lain yang menjadi pertimbangan digelarnya PTM Terbatas.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes DKI Dwi Oktavia mengatakan tingkat risiko penularan menjadi salah satu faktor pertimbangan PTM 100 persen tetap bisa dilaksanakan di sekolah.
"Jadi, kami melihat sejauh mana ada risiko perluasan dari kasus Covid-19. Artinya, kalau kami lihat berdasarkan penelusuran dari sekolah, penularan pada kelompok kecil, cuma risiko satu kelas nih. Mungkin saja puskesmas memberikan rekomendasi untuk tidak perlu sampai menutup seluruh proses pembelajaran," kata Dwi, Kamis (27/1/2022).
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Sederet Pihak Minta PTM Dihentikan, Kembali Pembelajaran Jarak Jauh
Anak buah Gubernur Anies Baswedan ini menjelaskan tracing kontak erat juga dilakukan begitu ada siswa atau guru di suatu sekolah terpapar Covid-19.
Tracing itu menyasar ke warga sekolah hingga pihak keluarga siswa atau guru yang terpapar Covid-19.
"Prinsipnya, begitu saja melihat siapa yang positif, apakah dia murid-muridnya, apakah hanya aktivitas di kelasnya biasa saja dan juga misalnya ke tempat lain begitu atau ke kelas lain ada kegiatan lain, itu kan beda-beda ya melihatnya. Sehingga tindak lanjutnya keputusan epidemiolog dianalisis untuk pemutusan rantai penularannya juga beda," pungkasnya.
Kasus Covid-19 Tembus Tujuh Ribu Sehari, Ketua Satgas IDI Minta Pemerintah Setop PTM 100 Persen
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban meminta pemerintah segera menghentikan sementara pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen, di daerah zona merah.
Sebab, kini kasus Covid-19 terus meningkat, di mana pada Rabu (26/1/2022) kemarin kasus tembus lebih dari tujuh ribu dalam sehari.
Ia menilai, sekolah tatap muka kini sudah tak aman lagi bagi anak-anak.
"Tembus 7.000 kasus per hari ini (26/1/2022)."
"Sementara positivity rate lampaui 10 persen."
"Ini indikator bahwa sekolah tatap muka tidak lagi aman," kata dia seperti dikutip dari akun twitter pribadinya, Kamis (27/1/2022).
Prof Zubairi menyebut, anak-anak masih memiliki pilihan untuk kembali belajar berbasis online.
Selain meminta menghentikan sementara PTM 100 persen, dokter spesialis penyakit dalam ini juga meminta pemerintah segera menaikkan level pembatasan sosial yang lebih tinggi.
"Ada pilihan pembelajaran jarak jauh. Mohon dipertimbangkan untuk menghentikan sementara PTM 100 persen dan menaikkan PPKM ke level lebih tinggi."
"Sebagai tambahan. Ada baiknya di daerah-daerah merah Covid-19 kembali ke sekolah virtual."
"Sedangkan yang positivity rate-nya rendah, masih dimungkinkan untuk tetap PTM."
"Ingat, keterisian rumah sakit telah naik lebih dari 30 persen saat ini," tutur Zubairi. (tribun network/thf/Tribunnews.com/TribunJakarta.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.