Yuti Tunda Menikah Gara-gara Harga Kedelai Naik
Suprapto berharap Pemerintah ikut membantu menyelesaikan harga kacang kedelai agar lebih stabil.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Gara-gara harga kedelai naik membuat Yuti Haryanto (26) tunda menikah.
Yuti adalah seorang pengrajin tempe di sentra produksi tempe RT 03/RW 01, Tugu Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
Dia terpaksa menunda resepsi pernikahan dengan calon istrinya lantaran meroketnya harga kacang kedelai selama dua minggu terakhir.
Yanto mengatakan dia dan calon istri sepakat untuk menunda pernikahan karena terkendala biaya.
Tabungan yang sejak lama dikumpulkan kini digunakan sebagai tambahan ongkos hidup sehari-hari dan dialihkan sebagai modal membeli kacang kedelai untuk pembuatan tempe.
“Karena tingginya harga kacang kedelai saat ini, sehingga tabungan untuk menikah belum terkumpul,” kata Yanto saat ditemui di lokasi pada Senin (21/2/2022), siang.
Baca juga: Difasilitasi oleh Kementan, Ini 16 Daerah yang Akan Penuhi Kebutuhan Kedelai Nasional
Lebih lanjut, kata Yanto, dirinya dan calon pasangannya sudah memiliki rencana menikah tahun ini.
Dalam menjalani usahanya sebagai pengrajin tempe, Yanto bekerja secara mandiri tanpa merekrut karyawan.
Hal ini karena dirinya masih belum mampu untuk membayar upah karyawan. “Saat ini juga saya menjalani usaha sendiri, tidak punya karyawan. Semua dikerjakan sendiri,” sambungnya.
Sebelumnya diberitakan, 120 pengrajin tempe di sentra produksi tempe RT 03/RW 01, Tugu Cimanggis, Depok, melakukan aksi mogok produksi rasa sejak Senin (21/2) hingga Rabu (23/2).Aksi mogok ini dilatarbelakangi oleh kenaikan harga kedelai sejak dua minggu terakhir.
Menurut keterangan dari Suprapto (43) salah satu pengrajin tempe mengatakan, saat ini harga kedelai menyentuh angka Rp 12.000 per kilo dari sebelumnya di harga Rp 8.000 per kilo.
Sementara untuk kedelai dengan bobot 1 kuintal, Surapto harus merogoh kocek sebesar Rp 1.125.000 dari harga sebelumnya Rp 800.000 per kuintal.
"Kami mogok produksi karena harga kedelai tidak sesuai dengan harga jual. Terlalu mahal. Saat ini sudah mendekati Rp 12.000 per kilo. Sehari bahkan bisa naik dua kali dalam minggu-minggu ini," kata Suprapto saat ditemui di lokasi pada Senin (21/2/2022), siang
Pria asal Pemalang, Jawa Tengah ini menambahkan, selama dua minggu bertahan di tengah naiknya harga kedelai, Suprapto mengecilkan takaran atau ukuran tempe yang dia jual tanpa menaikkan harga tempet.
"Saya menjualnya per biji, ada yang Rp 6.000, Rp 12.000 dan Rp 4.000," sambungnya.
Rencananya, usai melakukan aksi mogok produksi, Suprapto akan kembali membuat tempe pada Kamis (24/2). Apabila pada saat itu harga kedelai masih tinggi, ia akan menaikkan harga tempe yang ia buat.
"Karena kalau tidak dinaikkin kami gak kebeli kacang kedelai. Untuk harga loncatan itu tidak terjangkau kalau cuma mengurangi takaran. Harus menaikkan harga," ujar Suprapto.
Harga tempe yang dia buat akan dinaikkan Rp. 1000 per buah. "Naik rata-rata hampir Rp 1000. Rp 4.000 menjadi Rp 5000, yang Rp 12.000 menjadi Rp 13.000 dan yang Rp 5000 ke Rp 6000," ujarnya.
Suprapto berharap Pemerintah ikut membantu menyelesaikan harga kacang kedelai agar lebih stabil.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Rasjani (49). Ketua Umum Paguyuban Pengrajin Tempe Dadi Rukun ini berharap bentuk protes ini bisa direspons oleh pemerintah.
"Harapan kami bersama kawan-kawan tukang tempe pemerintah mendengarkan kami, menstabilkan harga kedelai, itulah harapan satu-satunya kami kepada pemerintah," kata Rasjani.
Pria asal Pemalang, Jawa Tengah ini menambahkan, jika aksi mogok ini tidak ditanggapi oleh pemerintah, mereka akan kembali melakukan aksi mogok produksi.
"Kami menekan kepada pemerintah untuk mendengarkan suara kami. Itu yang kami upayakan," pungkas Rasjani.
Melansir laporan terbaru dari Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (Kemendag) per tanggal 18 Februari lalu, harga kacang kedelai di Kota Depok menyentuh harga Rp 15.500 per kilo.