Harga BBM Subsidi Naik, Pedagang Bensin Eceran Rela Ambil Untung Sedikit Demi Tetap Jualan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menetapkan harga baru untuk bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Adi Suhendi
Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menetapkan harga baru untuk bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Dalam harga baru tersebut, beberapa jenis BBM di antaranya mengalami kenaikan harga.
Keputusan kenaikan harga itu diketok mulai Sabtu (3/9/2022) kemarin dan langsung ditetapkan pada pukul 14.20 WIB.
Kenaikan harga BBM subsidi termasuk Pertalite dan Pertamax tersebut ternyata menimbulkan adanya dampak bagi mereka para pedagang bensin eceran yang kerap menajajakan dagangannya di pinggir jalan.
Izzul seorang pedagang bensin eceran yang merasakan dampak tersebut.
Kata dia, saat ini dirinya beserta istri harus bisa memikirkan berbagai opsi agar tetap bisa berjualan.
Baca juga: Siapa Saja Penerima BLT BBM Rp 600 Ribu? Ini Daftarnya, Cek di cekbansos.kemensos.go.id
Adapun upayanya yakni mengambil untung tidak banyak asal bensin yang sudah distoknya dalam drigen bisa laku, terlebih untuk jenis bensin Pertamax.
Sebelum bensin Pertamax naik, pedagang yang menjajakan dagangannya di ruas jalan Poltangan Raya itu, mengaku menjual dengan harga Rp 15 ribu per liter.
Namun setelah naik, harga bensin itu dibanderol oleh Izzul menjadi Rp 17 ribu per liter.
"Pertamax, paginya dijual biasa Rp 15 ribu pas (harga di pom bensin, red) naik, saya banderol, kalau kemarin kan (harga di pom bensin) Rp 12,5 ribu kita banderol Rp 15 ribu saya naikan seperti itu juga, jadi Rp 17 ribu tidak ada yang mau orang, kemahalan," ucap Izzul.
Baca juga: Daftar Harga Motor Listrik di Indonesia dan Spesifikasinya, Jadi Solusi saat BBM Naik
Bahkan dirinya mengaku tidak ada yang memilih bensin yang dijualnya itu karena harganya kemahalan.
Sedangkan untuk jenis Pertalite, Izzul menyatakan tak mendapat stok pada saat kenaikan harga terjadi kemarin.
Alhasil, agar bensin yang dimilikinya itu laku terjual, Izzul menetapkan untuk mengurangi harga Pertamax yang dijualnya.
Keuntungannya yang diambil pun menjadi lebih sedikit yakni hanya Rp 1.500 per liternya dari harga yang tertera yakni Rp 14.500.
"Akhirnya itu jam 4 saya ngisi sampai Maghrib ga ada yang mau orang jual Rp 17 ribu, sudah saya turunin saja Rp 16 ribu, akhirnya tidak sampai pukul 24.00 sudah abis, jadi saya pikir ini Rp 16 ribu saja, ngertiin pasar," kata dia.
Baca juga: Sikapi Kenaikan BBM, Besok PB PMII Kerahkan Ribuan Kader, Geruduk Istana Negara
Hal senada juga disampaikan Rudi, seorang pedagang bensin eceran ini juga menyatakan demikian.
Sebagian besar masyarakat kata dia, banyak yang mengeluhkan harga bensin eceran naik.
Bahkan beberapa kali ada yang tidak jadi membeli akibat harga yang dibanderol cukup tinggi.
Alhasil, agar tetap stok yang dijual tetap laku, Rudi juga turut menurunkan harga untuk bensin jenis Pertamax.
"Jadinya mereka (masyarakat, red) itu kagetnya itu karena gak punya informasi, akhirnya gajadi beli, nyari yang lain gitu, ya silakan," ucap Rudi.
Kendati demikian, Rudi mengaku bakal tetap berjualan bensin eceran meski harga saat ini sudah naik.
Sebab kata dia, masih ada yang dipertanggungkan dalam hal ini anak beserta keluarganya.
Berdasarkan penelusuran Tribunnews, untuk saat ini para penjual bensin eceran membanderol harga berbeda untuk jenis Pertalite dan Pertamax.
Untuk Pertalite, dominan mereka membanderol harga Rp 12.000 per liter dari harga yang ditetapkan pemerintah Rp 10.000 per liter.
Sedangkan Pertamax Rp 16.000 per liter dari harga yang ditetapkan pemerintah Rp 14.500 per liter.