Keamanan Siber Nasional Dibahas Dalam Ajang National Cybersecurity Connect 2022
Pandemi Covid-19 telah memaksa Indonesia untuk melakukan percepatan pemanfaatan teknologi dan transformasi digital yang mendorong efisiensi
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah memaksa Indonesia untuk melakukan percepatan pemanfaatan teknologi dan transformasi digital yang mendorong efisiensi di segala lini kehidupan.
Namun, seiring dengan meningkatnya pemanfaatan teknologi internet, potensi serangan siber juga mengintai dari berbagai lini.
Menurut data dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) di tahun 2021 lalu terdapat sekitar 1,6 miliar serangan siber secara nasional.
Kejahatan siber ini diproyeksikan akan terus mengancam berbagai sektor bisnis/industri dan belum surut pada 2022.
Fakta ini mendorong Asosiasi Pengusaha TIK Nasional Indonesia (Aptiknas) dan Naganaya Indonesia menggelar acara National Cybersecurity Connect (NCSC) 2022 untuk membahas topik terkait keamanan siber nasional dengan berbagai pemangku kepentingan di Jakarta.
NCSC 2022 bermaksud menjembatani kolaborasi sinergitas antar pihak dalam peningkatan ekonomi digital di Indonesia melalui acara yang berlangsung pada 26-27 Oktober 2022 besok.
Tedi Supardi Muslih, Ketua Pengurus Wilayah Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) DKI Jakarta, yang akan menjadi moderator pada satu sesi diskusi di acara NCSC menjelaskan, salah satu topik khusus yang akan diangkat adalah terkait keamanan siber di sektor keuangan.
"Hasil studi Google, Temasek, Bain & Company di tahun 2021, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan melesat lima kali lipat menjadi 330 miliar dollar. Untuk memastikan pertumbuhan ekonomi digital yang stabil, perlu kolaborasi untuk saling menjaga keamanan siber di sektor keuangan," kata Tedi Supardi Muslih dalam keterangannya, Selasa (25/10/2022).
Dalam sesi diskusi dengan topik 'Financial Sector has the Highest Cybersecurity Threats. What Should be done?, akan diulas beberapa kasus besar keamanan siber yang menimpa sektor keuangan, sehingga menjadi atensi berbagai pemangku kepentingan untuk memperkuat keamanan siber nasional.
"Contohnya sejumlah kasus yang terjadi di Indonesia akibat keamanan siber tak main-main, seperti hilangnya uang miliaran rupiah di tabungan, investasi bodong, dan kejahatan lain sebagainya," katanya.
Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian Kepala BSSN RI, Soegiharto Santoso, Pendiri dan Chairman APTIKNAS, Craig Gledhill dari ACA Pacific akan memberi kata sambutan di awal acara tersebut.
Acara yang berlangsung selama dua hari tersebut juga akan menghadirkan berbagai pakar di bidang ICT dan keamanan siber, termasuk Ruby Alamsyah, Founder & CEO Digital Forensic Indonesia dan Syarbeni, Cybersecurity & Privacy Protection Officer dari Huawei Indonesia.
Selain nama-nama di atas, turut diagendakan hadir Charlos Santana, ORM, Fraud & QA Head Head Retail Banking Bank BTPN, Gunal Kannal, AVP, CTO Office, BMC Software dari ACA Pacific, Indra Permana Rusli, Security Software dan Brand Technical Specialist dari IBM.
Pelaku industri Teknologi Informasi dan Komunikasi, mulai dari pengembang, hingga penyedia jasa keamanan siber diperkirakan turut meramaikan acara tersebut.