Ahli Sosiologi Agama Bantah Ada Paham Apokaliptik di Balik Tewasnya Satu Keluarga di Kalideres
Ahli sosiologi agama, Jamhari, membantah adanya paham apokaliptik atau sekte tertentu dibalik tewasnya satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat.
Penulis: Milani Resti Dilanggi
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Ahli sosiologi agama, Jamhari, membantah penyebab tewasnya satu keluarga tewas di Kalideres, Jakarta Barat, karena menganut paham apokaliptik.
Menurut Jamhari, empat anggota keluarga yang tewas ini merupakan orang yang normal dan bukan pengikut sekte tertentu.
"Mereka bukan penganut sekte apalagi apokaliptik."
"Mereka orang normal yang bisa meninggal secara wajar karena penyakit dan lain-lain," ujar Jamhari, dalam konferensi pers, Jumat (9/12/2022).
Kemudian soal temuan buku lintas agama, menurutnya, tak ditemukan keanehan dari isi buku tersebut.
Jamhari mengatakan, buku yang ditemukan saat olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) itu adalah buku biasa yang bisa dijumpai di tempat umum.
Baca juga: Polisi Hentikan Penyelidikan Kasus Satu Keluarga Tewas di Kalideres
"Kategori buku-buku agama yang ada, satu buku agama kristen, yang terbanyak adalah buku agama islam dan ketiga ada buku dari agama budha."
"Setelah dilihat dan dibaca buku ini tidak ada yang aneh, buku biasa dan bisa ditemukan di luar," kata Jamhari.
Menurutnya buku-buku tersebut bukan jadi indikator seseorang menganut paham tertentu.
"Ini bukan menunjukan mereka sedang mengkaji pemahaman sekte tertentu atau aliran tertentu," tuturnya.
Meski demikian, Jamhari membenarkan adanya dugaan kegiatan ritual di satu keluarga tersebut.
Hal tersebut berdasarkan sejumlah temuan, seperti temuan beberapa rajah atau wafak atau mantra.
Namun ritual yang dilakukan keluarga itu, kata Jamhari, merupakan ritual yang mungkin juga biasa dilakukan oleh sejumlah orang.
"Ritual biasa yang bisa dilakukan oleh orang-orang lain," katanya.
Polisi Hentikan Penyelidikan
Polisi tak menemukan adanya unsur tindak pidana dari kasus tewasnya satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat.
Dengan demikian, kepolisian akan mengehentikan penyelidikan kasus tersebut.
Pernyataan tersebut disampaikan Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi saat konferensi pers, Jumat (9/12/2022).
"Tidak ditemukan adanya peristiwa pidana yang menyebabkan kematian empat orang tersebut."
"Tidak ditemukan motif ataupun alasan kematian apakah karena bunuh diri atau suicide, pencurian dan tindak pidana lain tak ditemukan.
"Maka kasus ini kedepan akan kami hentikan penyelidikannya," kata Hengki, dikutip dari tayangan Breaking News KompasTv.
Hengki memastikan kematian empat orang sekeluarga tersebut dalam kondisi wajar.
Namun, rangkaian atau prosesi kematian para anggota keluarga tersebut memang dinilai di luar kewajaran.
"Hasil penyelidikan kami telah menemukan kematian wajar dalam kondisi yang tidak wajar," tuturnya.
Menurut Hengki kasus ini memang tergolong kasus yang unik.
Ia juga mengaku, pihaknya menemui sejumlah kesulitan saat melakukan penyelidikan.
"Ini merupakan fenomena yang cukup unik bagi kami, ini juga menjadi pengalaman bagi kami," katanya.
"Di TKP sterilitasnya kurang, karena didahului masyarakat yang memasuki kesana, sehingga sedikit menyulitkan kami untuk melakukan penyidikan," lanjutnya.
(Tribunnews.com/Milani Resti)