Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Sangat Merana, Tetangga Ungkap Ekonomi Keluarga Lompat dari Apartemen: Jualan Telur Sambung Hidup

Kondisi ekonomi satu keluarga yang melompat dari rooftop sebuah apartemen di Penjaringan, Jakarta Utara diungkap tetangga lama.

Editor: Wahyu Aji
zoom-in Sangat Merana, Tetangga Ungkap Ekonomi Keluarga Lompat dari Apartemen: Jualan Telur Sambung Hidup
Kolase Tribunnews
Kondisi Tempat Kejadian Perkara (TKP) satu keluarga tewas loncat dari Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, Minggu (10/3/2024). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kondisi ekonomi satu keluarga yang melompat dari rooftop sebuah apartemen di Penjaringan, Jakarta Utara diungkap tetangga lama.

Arif (47) yang sudah lama mengenal lama keluarga tersebut mengatakan awalnya, korban termasuk keluarga yang berada.

Namun ketika pandemi Covid-19 melanda, kondisi ekonomi mereka menjadi terpuruk.

Arif mengaku telah tinggal di apartemen tersebut sejak tahun 2017.

Sementara keluarga tersebut sudah tinggal lebih dulu di apartemen tersebut, jauh sebelum Arif datang.

Menurut Arif, sang suami, EA (50) sempat terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) ketika pandemi.

PHK tersebut pun langsung berimbas pada kondisi ekonomi mereka.

Berita Rekomendasi

"Yang saya tahu, ketika pandemi suaminya terkena pemutusan hubungan kerja. Mulai dari sana, kehidupan keluarga ini terlihat sangat merana," kata Arif dilansir Tribun Jakarta, Selasa (12/3/2024).

Bahkan sang istri AEL (52) sempat menawarkan telur ayam kepada istri Arif untuk menyambung hidup mereka.

Baca juga: Reza Indragiri Tak Sepakat Sebutan Bunuh Diri Satu Keluarga Loncat dari Apartemen di Penjaringan

Kendaraan keluarga mereka yang awalnya menggunakan mobil Fortuner pun berganti menjadi mobil Gran Max.

"Dulu sempat pakai Fortuner, terakhir yang saya dengar menggunakan mobil Gran Max," ungkap Arif.

Semasa masih bertetangga, Arif mengaku tak pernah tinggal diam jika keluarga tersebut mengalami kesusahan.

Terhitung sudah tiga kali Airf membantu mereka dengan memberikan bantuan dana sebesar Rp 8 juta.

Arif merasa iba dengan kondisi mereka, sehingga ia berharap bantuan dana darinya bisa sedikit membantu kondisi ekonomi mereka.

"Saya hanya merasa iba dengan keluarga ini. Jadi, saya berharap uang yang saya beri itu bisa sedikit membantu," imbuh Arif.

Pertemuan terakhir kali Arif dengan keluarga itu pada tahun 2023.

Saat itu, mereka ingin pindah ke Surakarta, Jawa Tengah untuk memulai kehidupan baru.

"Katanya mereka mau memulai bisnis yang baru, tetapi saya tidak tahu bisnis apa yang ia kerjakan," ucapnya.

 Diberitakan sebelumnya, kejadian tragis ini berlokasi di depan lobi Apartemen Teluk Intan, Jalan Inspeksi Teluk Intan, RT 12/RW 12, Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara.

Kapolsek Metro Penjaringan Kompol Agus Ady Wijaya di lokasi kejadian, mengatakan, adapun inisial dari korban ada empat, yakni EA (50 tahun), yang kedua AEL (umur 52), CWA, dan JL (15).

"Kejadian bunuh diri ini pertama kali diketahui oleh EF, karyawan yang bertugas di lobi apartemen. EF mendengar benturan keras saat berjaga, kemudian mendapati empat mayat tergeletak dengan kondisi tangan terikat," ujarnya.

Faktor kepala keluarga

Faktor sang ayah diduga mempengaruhi keluarganya ikut mengakhiri hidup loncat dari Apartemen Teluk Intan, Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3/2024).

Pakar psikologi klinis dari Universitas Islam Indonesia (UII), Qurotul Uyun memberikan analisanya terkahit peristiwa tersebut.

Qurotul Uyun menduga bahwa orang tua yaitu EA dan AI memiliki peran krusial untuk memengaruhi anak-anaknya untuk ikut mengakhiri hidup.

Pasalnya, Uyun menuturkan peran orangtua dapat memengaruhi sudut pandang seluruh keluarga terhadap masa depannya sehingga berakhir putus asa.

"Jika memang di situ, keluarga kompak dalam ide mengakhiri hidup, mungkin orang tuanya yang sangat kuat mempengaruhi keluarganya, sehingga mempengaruhi pola pikir keluarganya menjadi negatif terhadap masa depannya," kata Uyun, Minggu (10/3/2024).

Sehingga, kata Uyun, menjadi putus asa dan menganggap bahwa bunuh diri itu jalan keluar terbaik untuk mengakhiri penderitaan keluarga.

Secara mendetil, Uyun menduga sang ayah-lah yang berperan paling krusial untuk memengaruhi keluarganya agar mengakhiri hidup.

"Ayahnya kemudian menyebarkan pengaruh negatif bahwa kehidupan mereka akan sulit sehingga mungkin membangun keputusasaan bersama-sama," katanya.

Uyun juga menduga tidak adanya dukungan sosial dari tetangga keluarga tersebut bisa menjadi salah satu faktor untuk mengakhiri hidup.

Hal ini, katanya, dapat semakin menguatkan pikiran keluarga tersebut untuk mengakhiri hidupnya.

"Apakah mungkin keluarga tadi benar-benar terisolasi secara sosial dari lingkungannya sehingga mereka tidak mendapat dukungan dari lingkungan?

"Tetapi semakin menguatkan pikirannya sendiri untuk ide mengakhiri hidup dan melakukan semacam brain wash (cuci otak) terhadap keluarganya," kata Uyun.

Adapun pernyataan Uyun ini berkaca dari kasus lain yang sempat terjadi di Indonesia.

"Soalnya yang kasus lain seringnya anak-anaknya masih usia sangat muda kemudian diracun, dan orang tuanya bunuh diri," ujarnya.

Secara lebih umum, Uyun menjelaskan betapa pentingnya dukungan sosial dari warga sekitar agar meminimalisir seseorang untuk mengakhiri hidupnya.

Dia mengatakan dukungan sosial dapat dilakukan lewat bantuan finansial, psikologis, atau bantuan informasi.

"Misalnya jika ada anggota keluarga yang merasa stres atau cemas bisa diberi dukungan tersebut. Jika parah maka bisa diberi dukungan berupa informasi untuk datang ke profesional, mungkin bisa diantar ke psikolog atau psikiater," katanya.

Selain itu, Uyun juga mengatakan bahwa aktivitas-aktivitas yang dilakukan sebuah daerah dapat memengarhui faktor psikis dari seseorang.

Alhasil, dia mendorong agar masyarakat selalu mengadakan kegiatan positif di lingkungan tempat tinggalnya.

"Misal orang-orang yang tinggal di daerah yang memiliki aktivitas yang baik seperti pengajian, gotong royong, aktivitas bersama di masyarakat."

"Sehingga ketika ada masalah keluarga, maka tetangga atau keluarga dekat akan memberikan dukungan dan bantuan untuk mengurangi tekanan hidupnya," katanya.

DISCLAIMER:

Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan mengakhiri hidup.

Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan mengakhiri hidup, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.

Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan itu.

Pembaca bisa menghubungi Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes (021-500-454) atau LSM Jangan Bunuh Diri (021 9696 9293) atau melalui email janganbunuhdiri@yahoo.com.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Akibat Pandemi, Ekonomi Satu Keluarga Tewas di Apartemen Terpuruk: Dulu Pakai Fortuner Kini Granmax.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas