Hal Tak Biasa Dilakukan Sinta Handayani Sebelum Ditemukan Tewas Tanpa Kepala di Muara Baru
Sinta Handiyana (40) ditemukan tewas tanpa kepala di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta Utara, Selasa (29/10/2024) lalu.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sinta Handiyana (40) ditemukan tewas tanpa kepala di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta Utara, Selasa (29/10/2024) lalu.
Potongan kepalanya ditemukan sehari kemudian pada Rabu (30/10/2024) dini hari di Jalan Inspeksi Waduk Pluit.
Jarak dari temuan mayat dengan kepala sekitar dua kilometer.
Sinta dibunuh oleh pria kenalannya bernama Fauzan Fahmi alias Omeh (43).
Fauzan tinggal di gang sempit RT 18 RW 17 Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Fauzan telah memiliki seorang istri dan dua anak.
Namun apa motif di balik aksi keji Fauzan belum terungkap.
Hal Tak Biasa Dilakuka Sinta
Fauzan tega memutilasi Sinta Handiyana (40), janda empat anak asal Curug, Kota Tangerang menggunakan pisau jagal hewan.
Sinta merupakan janda empat anak yang tinggal di Jalan Babakan, RT 03/RW 04 Kelurahan Binong, Curug, Kota Tangerang, Banten.
Sebelum mayatnya ditemukan, Sinta melakukan hal tak biasa.
Ibu kandung Sinta bernama Sutiyati (58) mengungkapkan putrinya itu meminta dikirim foto sedang memakai jilbab.
Pesan (WhatsApp) WA itu dikirimkan Sinta kepada sang anak.
Komunikasi terakhir putrinya dengan cucunya terjadi pada Minggu (27/10/2024). Sinta pamit untuk bekerja pada Minggu siang.
"Minggu malam, dia (Sinta) sempat minta dikirimin foto lewat WA ke anaknya, 'Kirim foto Mamah, Yu, yang pakai jilbab'," kenang Sutiyati.
Sang anak lalu mengirimkan foto Sinta sedang berpose berdiri menggunakan jilbab.
Ternyata, hal itulah yang merupakan permintaan terakhir Sinta.
Setelah itu, Sinta tidak mengirimkan pesan apa pun lagi.
Sutiyati mengungkapkan putrinya bekerja di sebuah perusahaan pengiriman logistik sebagai admin.
Senin pagi, anak-anak mulai bertanya-tanya mengapa sang ibu belum pulang.
Biasanya, apabila masuk bekerja siang hari, malam harinya sudah kembali ke rumah.
Mereka mencoba menghubungi sang ibu melalui nomor WhatsApp, tetapi tak kunjung ada balasan.
Ponsel Sinta juga tidak diangkat saat ditelepon anak-anaknya.
Mereka kemudian mencari keberadaan sang ibu melalui teman-teman kerja, tetapi kabar tidak kunjung didapat.
Hingga Selasa (29/10/2024), Sinta belum kunjung pulang. Hal ini membuat anak-anak Sinta mengadu kepada dirinya karena tak memiliki uang untuk makan.
"Saya juga kaget, 'memangnya Mama ke mana?' Kata anak-anaknya, di-WA enggak dibalas, ditelepon juga enggak diangkat. Anak-anaknya perasaannya enggak enak," ujar Sutiyati.
Ia pun berusaha untuk menenangkan cucu-cucunya itu.
Beberapa jam setelah anak Sinta mengadu ke Sutiyati, telepon masuk ke salah satu anak Sinta.
Orang di ujung telepon itu mengaku sebagai polisi dari Polda Metro Jaya.
"Anak keduanya ditelepon dari kepolisian. Dia ditanyain, 'Ini anaknya Ibu Sinta ya?' Lalu ditanya kerjanya di mana dan segala macam. Pokoknya dia di-interview gitu," ujar Sutiyati.
Tetapi, polisi itu belum menjelaskan perihal keberadaan dan kondisi Sinta yang sebenarnya.
Meski demikian, telepon dari polisi itu membuat anak-anaknya merasa resah dan gelisah.
Mereka menangis di pangkuan Sutiyati khawatir terjadi apa-apa dengan sang ibunda.
"Saya nenangin mereka terus dan bilang kalau telepon itu bukan apa-apa. Terus saya bilang, 'Mudah-mudahan ibu bisa pulang'," kata Sutiyati.
Pada petang harinya, tepatnya setelah mereka menunaikan ibadah shalat magrib, pihak kepolisian mendatangi rumah Sinta.
Mereka melakukan pengecekan silang soal identitas dan ciri-ciri fisik Sinta.
Sosok Pelaku di Mata Tetangga
Amin (40 tahun) tetangga Fauzan di gang sempit RT 18 RW 17 Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, mengungkap keseharian pelaku pembunuhan itu.
Amin mengungkapkan, Fauzan telah memiliki seorang istri dan dua anak.
Di rumahnya di Muara Baru, ia sudah tinggal puluhan tahun.
"Kalau sekarang ini dia tinggal sama istri dan satu anaknya yang masih SMK. Anaknya satu lagi di pesantren," kata Amin lagi.
Amin menjelaskan, Fauzan sudah tinggal di rumah itu sejak dirinya masih kecil.
"Orangnya baik kok, sering sosialisasi juga, makanya kaget banget ya," ucap Amin.
Saat penangkapan oleh pihak kepolisian di rumahnya, Fauzan berontak. Ia melawan hingga harus dilumpuhkan dengan cara ditembak kakinya.
"Dalam pengembangan proses pencarian barang bukti senjata tajam ini, tersangka FF melakukan upaya penyerangan terhadap petugas," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi,
"Akhirnya, dengan sangat terpaksa, petugas melakukan tindakan tegas terukur terhadap yang bersangkutan," ujar Ade Ary.
Kombes Ade Ary Syam Indradi, mengatakan, pelaku adalah seorang tukang jagal. Sehari-hari ia terbiasa menyembelih hewan seperti kambing dan sapi.
Ade Ary mengungkapkan, Fauzan menggunakan pisau yang dipakai bekerja sehari-hari untuk memutilasi kepala SH setelah membunuh korban.
"Tersangka ini bekerja sebagai tukang potong hewan kambing dan sapi, atau jagal."
"Berdasarkan fakta dari penyidik, maka alat pisau ini yang digunakan tersangka untuk memotong korban. Ini juga alat yang juga dia gunakan untuk bekerja sebagai tukang potong kambing dan sapi atau bekerja di jagal ya," ungkap dia.
Sumber: Tribunnews.com/Tribun Jakarta/Kompas.com