MPR Gelar FGD Bersama UIN Raden Inten
Puluhan akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Inten, pada 22 April 2019 mengikuti focus group discussion (FGD). Kegiatan yang diselenggarakan
Editor: Content Writer
Puluhan akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Inten, pada 22 April 2019 mengikuti focus group discussion (FGD). Kegiatan yang diselenggarakan oleh MPR di Kota Bandar Lampung, Lampung, itu merupakan salah satu bentuk Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Hadir dalam kegiatan itu anggota Badan Pengkajian MPR, Endro Suswantoro Yahman.
Dalam acara itu, seluruh peserta merepresentasi makalah yang dibuat dengan tema Membangun Etika Sosial dan Budaya. Dalam makalah yang ada, mereka mengemukakan pandangan apa yang menjadi penyebab kontraksi di masyarakat dan memberi solusi bagaimana menyelesaikannya.
Selepas semua memaparkan makalah, Endro menyatakan tersanjung atas tulisan yang dibuat oleh para akademisi yang semuanya bergelar doktor itu. “Makalah dari para akademisi sangat bagus”, tuturnya. Tema yang dibuat dalam FGD disebut sangat tepat dalam kondisi saat ini.
“Saat ini di masyarakat timbul dinamika yang sangat tinggi”, tutur anggota MPR dari Fraksi PDIP itu. Diakui di masyarakat timbul kontraksi sosial apalagi menjelang dan selepas Pemilu 2019.
“Ada keinginan kita untuk bersatu kembali”, ujarnya. Menghadapi dinamika yang demikian disebut manusia memerlukan etika sosial. “Dalam rangkaian kehidupan perlu etika”, ucapnya.
Untuk itu ia merasa senang dengan FGD yang digelar kali ini sebab dengan acara itu masyarakat mendapat kesadaran dan pemahaman baru. Untuk itu acara FGD baginya perlu dilanjutkan. Menurutnya MPR perlu menjaring dan mendengar aspirasi dan suara dari 'langit' perguruan tinggi.
"Mereka kaum intelektual yang mampu membangun kesadaran", ucapnya.
Dikatakan kepada para peserta bahwa bangsa ini perlu membangun kesadaran bersama. Bangsa ini disebut berangkat dari ke-bhinneka-an. Untuk itu perbedaan yang ada perlu disikapi dengan bijak dengan cara membangun kebersamaan. Paling penting menurut alumni UGM itu adalah membangun manusianya.
"Contohnya, kalau memperbaiki partai politik, yang dibangun bukan partainya namun orangnya", ucapnya.
Ketika ditanya soal pemahaman masyarakat terhadap Pancasila, Endro mengakui pemahaman Pancasila di kalangan masyarakat bagus. "Kita perlu belajar ke masyarakat", ungkapnya. Untuk itu sebenarnya sosialisasi lebih ditujukan kepada elit. "Bila elit yang tidak benar maka yang jadi korban adalah rakyat", ungkapnya.
Wan Jamaluddin, akademisi yang mewakili Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Inten, dalam kesempatan itu mengatakan makalah yang tersaji dalam acara itu sangat beragam, ada yang mengutarakan berdasarkan pandangan kearifan lokal, nilai-nilai religius, serta membumikan Pancasila. Ia berharap semua aspirasi yang ada dipadukan karena semua merepresentasikan gagasan. Bila sudah padu, makalah tadi mampu untuk menjawab isu aktual dan kekinian yang ada di Indonesia. (*)