Dihadapan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Siliwangi, Bamsoet Ajak Bangun Benteng Ideologi Bangsa
Memudarnya jati diri dan karakter bangsa telah menjadi fenomena yang dapat kita rasakan seiring laju perkembangan dan dinamika zaman.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menekankan selain pandemi Covid-19, pemuda juga menghadapi berbagai tantangan besar yang hadir dalam beraneka ragam bentuk. Antara lain melemahnya rasa toleransi dalam keberagaman, demoralisasi, hingga memudarnya jati diri dan karakter bangsa.
"Melemahnya rasa toleransi dalam keberagaman dapat kita rujuk pada data yang diungkapkan SETARA Institut. Dalam kurun waktu tahun 2014 hingga 2019, rata-rata setiap satu bulan terjadi 14 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama. Masih sering kita saksikan penyalahgunaan politik identitas dalam kontestasi politik, yang mendorong terjadinya polarisasi masyarakat pada dua kutub berseberangan dan bermuara pada konflik horisontal dan konflik sosial," ujar Bamsoet saat memberikan Pendidikan Bela Negara bagi mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Siliwangi, secara virtual di Jakarta, Sabtu (27/2/21).
Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, demoralisasi generasi muda bangsa dapat dirujuk pada laporan catatan tahunan Komnas Perempuan, dimana sepanjang tahun 2020, sebagian besar kekerasan seksual pada ranah komunitas (62,7 persen) dan pada ranah privat (61,2 persen) dilakukan oleh generasi muda. Rujukan lain, berdasarkan hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dirilis bulan Juni 2019, mencatat ada 2,3 juta pelajar dan mahasiswa yang pernah mengkonsumsi narkotika.
"Memudarnya jati diri dan karakter bangsa telah menjadi fenomena yang dapat kita rasakan seiring laju perkembangan dan dinamika zaman. Identitas Nasional kita sebagai manifestasi nilai luhur budaya yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan kebangsaan seakan mulai tergerus oleh masuknya nilai budaya asing yang masuk melalui derasnya arus globalisasi. Bisa jadi, generasi penerus kelak tidak lagi mengenal istilah kerja bakti, gotong royong, serta musyawarah untuk mufakat," jelas Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI dan Wakil Ketua Umum Pemuda Pqncasila ini menerangkan, memudarnya jati diri dan karakter bangsa ini semakin melengkapi hasil survey Komunitas Pancasila Muda yang dilakukan pada akhir Mei 2020. Di mana hanya 61 persen responden yang merasa yakin dan setuju bahwa nilai-nilai Pancasila sangat penting dan relevan dengan kehidupan mereka. Sementara 19,5 persen bersikap netral, dan 19,5 persen lainnya menganggap Pancasila hanya sekedar istilah yang tidak dipahami maknanya.
"Selain berbagai tantangan kebangsaan yang disebutkan tadi, saat ini pun kita harus mewaspadai adanya potensi ancaman kedaulatan negara di tengah cengkeraman hegemoni ekonomi-politik dunia. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, kita adalah negara yang kaya akan potensi sumber daya laut. Menurut badan pangan dan pertanian dunia (FAO), potensi lestari sumber daya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 12,54 juta ton per tahun. Belum lagi potensi sumberdaya alam lain yang terkandung di dalamnya," terang Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini menambahkan, yang tidak kalah penting dari membangun benteng dan kekuatan fisik, adalah membangun benteng ideologi. Di sinilah peran penting MPR dalam mengemban visi sebagai 'Rumah Kebangsaan, Pengawal Ideologi Pancasila dan Kedaulatan Rakyat'.
"Sebagai rumah kebangsaan, MPR harus dapat menjembatani berbagai arus perubahan, pemikiran, serta aspirasi masyarakat dan daerah. Sebagai pengawal ideologi Pancasila, MPR mempunyai peran dan tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur Pancasila, dan menjadikan Pancasila sebagai rujukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara," pungkas Bamsoet.