Bamsoet: Islam Dukung Kesetaraan dan Keadilan Gender
Kritik itu disampaikan karena kamus sejarah Indonesia, itu tidak menampilkan fakta sejarah yang proporsional.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua MPR RI sekaligus Pendiri Majelis Ta'lim Baitus Sholihin (MT-BS) Bambang Soesatyo bersama Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ustadzah Badriyah Fayumi, dalam acara Podcast Ngobras (Ngobrol Santai) spesial edisi Ramadhan dan Hari Kartini, mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memasukan lebih banyak materi sejarah perjuangan kaum perempuan dalam muatan pembelajaran peserta didik. Mengingat Indonesia memiliki banyak tokoh perempuan yang bisa dijadikan teladan. Sekaligus memberikan motivasi kepada generasi penerus bangsa, khususnya kaum perempuan, tentang arti dan makna sesungguhnya dari jihad memajukan bangsa dan negara.
"Pada abad ke-16 Masehi, bumi Indonesia sudah melahirkan pejuang perempuan luar biasa, Laksamana Malahayati. Ia memimpin sekitar 2.000 pasukan Inong Balee (janda pahlawan yang telah gugur) untuk melawan kolonialisme Belanda. Ia juga berhasil memenangkan pertempuran satu lawan satu dengan Cornelis de Houtman di geladak kapal. Selain itu, ada juga putri Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari, Nyai Khoiriyah Hasyim, yang mengabdikan dirinya di bidang pendidikan dengan mendirikan dan memimpin pondok pesantren, setelah berpengalaman mendirikan madrasah perempuan di Mekkah. Serta masih banyak tokoh perempuan Indonesia hebat lainnya," ujar Bamsoet dalam Podcast Ngobras (Ngobrol Santai) spesial edisi Ramadhan dan Hari Kartini, bersama Ustadzah Badriyah Fayumi, di Studio Digital Black Stone Bamsoet Channel, Jakarta, Rabu (21/4/21).
Ketua DPR RI ke-20 ini mengungkapkan, sebagaimana dijelaskan Ustadzah Badriyah Fayumi, bahwa perempuan memiliki banyak peran dalam berjihad. Peristiwa mengandung, melahirkan, dan menyusui, termasuk bagian dari jihad seorang perempuan. Karenanya, perempuan tidak perlu 'termakan' ajaran menyesatkan yang menjanjikan surga di akhirat kelak dengan terlebih dahulu menjadi teroris.
"Bom bunuh diri maupun tindakan teror lainnya bukanlah bagian dari jihad. Karena sebagaimana dijelaskan Ustadzah Badriyah Fayumi, Jihad yang dipahami secara salah bisa melahirkan tindakan jahat. Tujuan jihad itu menjaga kehidupan, bukan membunuh yang hidup," ungkap Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini juga mengupas kiprah dan sumbangsih Ustadzah Badriyah Fayumi dalam memajukan perempuan Indonesia. Selain sebagai Wakil Sekjen MUI, ia juga berperan sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur'an wal Hadits, serta Ketua Majelis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia.
"Sosok Ustadzah Badriyah Fayumi memperlihatkan bahwa Islam sangat mendukung terhadap kesetaraan dan keadilan gender. Islam juga tidak melarang perempuan menjadi pemimpin ataupun menekuni dunia dakwah. Bahkan Masjid Istiqlal dibawah kepemimpinan Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar sudah mulai mengkader dan melahirkan ulama perempuan, yang kelak akan menjadi inspirasi bagi negara-negara berpenduduk muslim lainnya untuk lebih memajukan kaum perempuan dalam berdakwah," kupas Bamsoet.
Seperti apa keseruan obrolan Bamsoet dengan Ustadzah Badriyah Fayumi yang juga membahas banyak hal seputar keluarga, metode ngaji kitab secara virtual, hingga membahas tentang jihad, ijtihad dan mujahadah perempuan untuk meraih Lailatul Qadar, bisa disaksikan selengkapnya di kanal Youtube Bamsoet Channel.