Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Oneng 'Ngomongin' Masalah Negara

Rieke Diah Pitaloka, artis yang terkenal dengan panggilan Oneng, yang kerap berperan sebagai wanita bodoh dalam k

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Oneng 'Ngomongin' Masalah Negara
Tribunnews.com/Fajar Pratama
Rieke Diah Pitaloka Naik Boneka Reog, pada saat festival Bung Karno di Museum Naskah Prokalamasi, Jakarta, Selasa (1/6/2010). 
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rieke Diah Pitaloka, artis yang terkenal dengan panggilan Oneng, yang kerap berperan sebagai wanita bodoh dalam komedi striping di salah satu stasiun televisi nasional, menanggalkan sosok Oneng yang biasa diperankannya, ketika menyampaikan pidatonya dalam Hari Peringatan Kelahiran Pancasila Festival Bung Karno, di Museum Naskah Proklamasi, Jakarta, Selasa (1/6/2010).

Oneng terlihat sangat cerdas ketika dengan berapi-api membacakan pidatonya yang bertema Pancasila Sebagai Kerangka Aksi Kebudayaan. Dalam pidatonya, Rieke menyinggung sejumlah permasalahan negara yang dialami bangsa diantaranya adalah kolonialisme dalam bentuk baru dalam kehidupan berbangsa dan bernagara dewasa ini.

Ia menjelaskan kolonialisme baru bekerja dengan logika yang juga baru dan liberalisme. Logika ini menafikan negara sebagai teritoti politik, ekonomi, dan kebudayaan atas nama pasar transnasional.

"Tiga sakti yang dicanangkan Bung Karno (berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan) pun kandas di tengah kolonialisme baru tersebut," tuturnya.

Di bidang politik, Rike menilai, saat ini Indonesia sama sekali tidak berdaulat. Menurutnya berbagai aturan yang dibuat oleh Pemerintah untuk meluaskan investasi asing dan melemahkan kemandirian ekonomi bangsa.

"Defisit anggaran ditutup dengan penjualan aset-aset strategis kepada pihak asing. Basis pungutan pun diperluas, sementara berbagai intensif perpajakan diberikan kepada investor besar," urainya.

Di sektor ekonomi, Rieke juga menilai Indonesia jauh dari berdikari. Pasar pangan domestik sudah dibanjiri impor mulai dari daging sapi (30 persen kebutuhan nasional), susu (90 persen), garam (60 persen), bawang putih hingga gula tebu (40 persen). Sementara di bidang kebudayaan, saat ini masyarakat Indonesia sudah kehilangan kepribadian Indonesia.

"Identitas kita sekarang adalah sekedar konsumen bagi produk-produk asing. Bangsa kita bukan lagi bangsa produsen melainkan konsumen," tuturnya.

Berita Rekomendasi

Oleh karena itu, Rieke menjuluki negara ini adalah Republik paradoks, dimana semangat berdirinya negara yaitu semangantanti kolonialisme, anti eksploitasi satu bangsa oleh bangsa lain kandas di tengah kolonialisme tersebut. Hadir dalam Festival Bung Karno di Museum Naskah Proklamasi, Rizal Ramli, Romo Mudji, dan anggota DPR RI dari PAN, Aria Bima.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas