Oneng 'Ngomongin' Masalah Negara
Rieke Diah Pitaloka, artis yang terkenal dengan panggilan Oneng, yang kerap berperan sebagai wanita bodoh dalam k
Editor: Johnson Simanjuntak
Oneng terlihat sangat cerdas ketika dengan berapi-api membacakan pidatonya yang bertema Pancasila Sebagai Kerangka Aksi Kebudayaan. Dalam pidatonya, Rieke menyinggung sejumlah permasalahan negara yang dialami bangsa diantaranya adalah kolonialisme dalam bentuk baru dalam kehidupan berbangsa dan bernagara dewasa ini.
Ia menjelaskan kolonialisme baru bekerja dengan logika yang juga baru dan liberalisme. Logika ini menafikan negara sebagai teritoti politik, ekonomi, dan kebudayaan atas nama pasar transnasional.
"Tiga sakti yang dicanangkan Bung Karno (berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan) pun kandas di tengah kolonialisme baru tersebut," tuturnya.
Di bidang politik, Rike menilai, saat ini Indonesia sama sekali tidak berdaulat. Menurutnya berbagai aturan yang dibuat oleh Pemerintah untuk meluaskan investasi asing dan melemahkan kemandirian ekonomi bangsa.
"Defisit anggaran ditutup dengan penjualan aset-aset strategis kepada pihak asing. Basis pungutan pun diperluas, sementara berbagai intensif perpajakan diberikan kepada investor besar," urainya.
Di sektor ekonomi, Rieke juga menilai Indonesia jauh dari berdikari. Pasar pangan domestik sudah dibanjiri impor mulai dari daging sapi (30 persen kebutuhan nasional), susu (90 persen), garam (60 persen), bawang putih hingga gula tebu (40 persen). Sementara di bidang kebudayaan, saat ini masyarakat Indonesia sudah kehilangan kepribadian Indonesia.
"Identitas kita sekarang adalah sekedar konsumen bagi produk-produk asing. Bangsa kita bukan lagi bangsa produsen melainkan konsumen," tuturnya.
Oleh karena itu, Rieke menjuluki negara ini adalah Republik paradoks, dimana semangat berdirinya negara yaitu semangantanti kolonialisme, anti eksploitasi satu bangsa oleh bangsa lain kandas di tengah kolonialisme tersebut. Hadir dalam Festival Bung Karno di Museum Naskah Proklamasi, Rizal Ramli, Romo Mudji, dan anggota DPR RI dari PAN, Aria Bima.