Jubah Hitam dan Miss Jinjing di Sekitar Nabawi
Di sekitar Masjid Nabawi banyak hotel-hotel mewah yang di dalamnya ada los-los pertokoan. Di toko ini menyediakan bermacam-macam kebutuhan.
Editor: Anita K Wardhani
Di pertokoan ini dijual mulai dari interior ruangan, peralatan komunikasi selluler (ittisholaat/jawwalah), perhiasan dari emas dan perak, hingga beraneka ragam baju, dan aksesoris rumah tangga lainnya.
Berbicara perhiasan, beragam cadar dijual di sini. Jubah-jubah hitam itu ternyata tidak benar-benar hitam legam. Jubah-jubah itu berhias payet berkilauan dan bertaburkan warna-warna kristal yang tersusun dalam berbagai kombinasi pola-pola cantik. Pola-pola yang indah ini akan semakin nampak jelas ketika kita melihatnya masih tercantel di hanger/gantungan.
Maklum, jubah-jubah hitam perempuan Arab Saudi, selain memenuhi fungsi pokok pakaian sebagai penutup aurat juga tetap menyertakan fungsi lain dari sepotong pakaian, yakni perhiasan.
Jadi, jangan membayangkan kalau jubah hitam yang dikenakan oleh perempuan-perempuan Saudi ini masih seringkali sebagai kekolotan dan fanatisme. Karena kenyataannya tidaklah demikian.
Bila kita mengamatinya lebih dekat, maka akan dapat kita rasakan bahwa pakaian-pakaian hitam ini didesain dengan baik dan tetap memenuhi estetika.Desainnya pun tak kaku. Pakaian-pakaian ini masih bisa dinikmati keindahannya, bahkan oleh para pemakainya. Ketika lebih cermat mengamati, kita menjadi tahu bahwa setiap waktu pemakaianya dapat bermanja-manja menimang tiap butir kilau manik-manik yang membuat pola-pola tertentu.
Tidak hanya cadar. Tubuh-tubuh berbalut kain hitam rapat dan yang hanya kelihatan lobang matanya ini, juga selalu tampak lalu-lalang dengan menjinjing tas belanja di pusat-pusat belanja tersebut.
Artinya, baju hitam bukanlah bukanlah halangan bagi perempuan-perempuan saudi untuk berhias.
Laiknya perempuan yang berhias, memakai perhiasan dan gemar memborong barang-barang di pusat-pusat perbelanjaan, perempuan bercadar ini pun memiliki kegemaran yang tak berbeda. Mereka juga sama seperti para wanita di belahan dunia mana pun yang gemar berbelanja dan memakai produk-produk elektronik untuk bergaya.
Serbuan jamaah haji ke Masjid Nabawi, tidak serta-merta membuat mereka berkurang atau mengerem kegiatannya. Para perempuan Arab Saudi tetap aktif melaksanakan aktifitas sehari-hari, terutama di pusat-pusat perbelanjaan.
Para jamaah haji yang mengerti dan menyadari bahwa perjalanan ibadah haji adalah perjalanan untuk memenuhi undangan Allah, maka mereka tentu tidak akan berlarut-larut dan menyibukkan diri dalam urusan perbelanjaan. Tidak pula sampai kebingungan menyiapkan lebih banyak koper dan tas jinjing untuk menampung oleh-oleh. Mereka yang mengerti bahwa ibadah haji adalah perjalanan menuju keridhoan Allah, hanya akan membawa bekal harta atau uang secukupnya, sekedar cukup untuk menopang tubuh agar kuat beribadah.
Mereka yang menyadari bahwa perjalanan ibadah haji adalah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulullah SAW tentu akan senantiasa mengingat sabda Rasulullah SAW, "Siapa pun yang berhijrah untuk untuk mengabdi kepada Allah dan Rasulullah, maka mereka akan berhijrah kepada Allah dan Rasulullah. Sedangkan mereka yang berhijrah karena harta benda duniawi atau wanita untuk dinikahi, maka hanyalah akan berhijrah karenanya.
Dari sini menjadi jelas bahwa, perjalanan ibadah haji juga menghadirkan dinamika tersendiri bagi kualitas keimanan seorang Muslim. Jika mereka yang berhaji karena memenuhi undangan Allah, maka mereka akan berhaji di jalan Allah, di bawah bimbingan dan Rahmat Allah. Muslim jenis ini akan senantiasa berusaha menggunakan waktunya untuk bersimpuh memohon ampunan dari Allah atas semua dosa-dosa yang pernah dilakukannya. memohon kepada Allah agar dijadikan hamba yang disayangi dan diridhoi.
Sedangkan jika mereka berhaji karena menginginkan barang-barang perbelanjaan, sudah tentu mereka hanya akan sibuk berlalu lalang menjinjing tas di pusat-pusat perbelanjaan. Mereka hanya akan sibuk memilih barang-barang bagus yang di jajar di kios-kios, dan terlilit kerepotan untuk mengepak dan menjaga agar tidak ketinggalan atau tercecer selama perjalanan.
Kini terserah Anda, ingin memilih menjadi yang mana. Kota Madinah benar-benar memberikan keleluasaan untuk memilih salah satu di antara keduanya. Menjadi miss jinjing yang sibuk lalu-lalang di pusat-pusat perbelanjaan kota Madinah, atau tersuruk bersimpuh di Raudhoh dan bermunajat di bawah pilar-pilar pualam Masjid Nabawi. (nu.or.id)