Tukang Pijit Keliling Ini Dua Kali Gagal Berangkat Haji
Pelaksanaan ibadah haji di Makkah sudah selesai. Suka cita pun menyelimuti perasaan jemaah haji yang sudah tiba di Tanah Air
Editor: Tjatur Wisanggeni
BANJARMASIN, TRIBUNNEWS.COM -- Pelaksanaan ibadah haji di Makkah sudah selesai. Suka cita pun menyelimuti perasaan jemaah haji yang sudah tiba di Tanah Air, karena mereka sudah melaksanakan kewajibannya sebagai umat Muslim.
Tapi tidak bagi Zainah (67). Warga Gang Baru, Kebun Sayur, Dahlia, Banjarmasin Barat, dirundung duka. Perempuan yang mempunyai 14 anak ini hanya pasrah di rumah. Dia batal berangkat haji pada 8 November 2010 lalu.
Padahal, Zainah yang berprofesi sebagai tukang pijat keliling itu sudah melakukan selamatan naik haji, tiga hari sebelum pemberangkatannya ke tanah suci.
"Ulun sudah sembelih kambing dan ulun bagikan ke tetangga. Ini ulun lakukan semata-mata yakin akan berangkat haji tahun ini," ujar Zainah, saat ditemui dirumahnya, Rabu (1/12/2010).
Begitu mengetahui gagal berangkat, Zainah pun langsung pingsan. "Saya tak kuat menahan keinginan untuk bisa melihat Kabah," ujarnya.
Zainah adalah satu dari beberapa calon jemaah haji yang gagal berangkat menunaikan ibadah haji pada 2010 ini melalui Randha Madinah (Rama Tours dan Travel).
Dengan menggunakan daster biru motif bunga dan kerudung merah maroon, Zainah mengatakan kegagalan berangkat hajinya ini sudah kedua kalinya terjadi dengan biro perjalanan yang sama.
"Gagalnya saya berangkat haji ini sudah yang kedua kalinya. Sebelumnya pada 2009 lalu," ujar Zainah.
Diceritakannya, sejak 11 tahun lalu dirinya telah mempunyai keinginan untuk menunaikan ibadah haji. "Makanya, sedikit demi sedikit uang hasil dari memijat saya kumpulkan. Saya memberanikan diri untuk mendaftar sebagai calon jemaah haji pada 2009 lalu," ujarnya.
Sebanyak tiga kali Zainah menyetor uang kepada perwakilan Rama Tours n Travel di Banjarmasin, Cecep Adywijaya Darwis.
"Pembayaran itu dilakukan mulai 2008 sampai 2009. Dan itu tiga kali pembayarannya, pertama sebanyak Rp 30 juta, kedua sebanyak Rp 10 juta dan terakhir sebanyak Rp 20 juta," ujarnya.
Yang menerima uang setoran haji itu, kata Zainah, berbagai orang. "Mulai dari Cecep, istri Cecep, Hj Vahmilian Hayati, dan anak buahnya," ujarnya.
Sehari setelah mengetahui dirinya gagal berangkat, Zainah mengaku tidak hentinya menghubungi Cecep dan istrinya, yang akrab disapa Ibu Memel.
"Tiap kali saya hubungi, tidak pernah diangkat. Pernah diangkat sekali oleh istrinya, namun jawabannya tidak memuaskan," ujar perempuan kelahiran 8 Juli 1943 itu.
Tidak hanya Zainah, calon jemaah haji asal Pelaihari, Agif, juga mengalami hal sama. Perasaan kecewa seperti Zainah juga tidak bisa ditutupinya.
"Perasaan saya sama dengan apa yang dirasakan oleh Ibu Zainah," ujar pria yang berprofesi sebagai polisi itu.
Agif, yang ditunjuk sebagai koordinator jemaah haji, mengungkapkan ada 20 jemaah lainnya yang juga gagal berangkat melalui biro perjalanan yang sama.
"Seluruh calhaj itu berasal dari berbagai daerah di Kalsel, ada yang berasal dari Tanjung, Pelaihari, Banjarmasin dan beberapa daerah lainnya," ujarnya.
Agif mengaku sudah menghubungi Cecep untuk meminta kejelasan bagaimana nasib mereka. "Saking jengkelnya saya pernah datang kerumahnya dan menunggui sampai jam dua malam," ujarnya.
Setelah menunggu selama itu, kata Agif, dia akhirnya berhasil menemui Cecep. "Saat itu cecep berjanji akan mengembalikan seluruh uang dan menunjuk saya sebagai koordinatornya," ujarnya. (ll)
Tapi tidak bagi Zainah (67). Warga Gang Baru, Kebun Sayur, Dahlia, Banjarmasin Barat, dirundung duka. Perempuan yang mempunyai 14 anak ini hanya pasrah di rumah. Dia batal berangkat haji pada 8 November 2010 lalu.
Padahal, Zainah yang berprofesi sebagai tukang pijat keliling itu sudah melakukan selamatan naik haji, tiga hari sebelum pemberangkatannya ke tanah suci.
"Ulun sudah sembelih kambing dan ulun bagikan ke tetangga. Ini ulun lakukan semata-mata yakin akan berangkat haji tahun ini," ujar Zainah, saat ditemui dirumahnya, Rabu (1/12/2010).
Begitu mengetahui gagal berangkat, Zainah pun langsung pingsan. "Saya tak kuat menahan keinginan untuk bisa melihat Kabah," ujarnya.
Zainah adalah satu dari beberapa calon jemaah haji yang gagal berangkat menunaikan ibadah haji pada 2010 ini melalui Randha Madinah (Rama Tours dan Travel).
Dengan menggunakan daster biru motif bunga dan kerudung merah maroon, Zainah mengatakan kegagalan berangkat hajinya ini sudah kedua kalinya terjadi dengan biro perjalanan yang sama.
"Gagalnya saya berangkat haji ini sudah yang kedua kalinya. Sebelumnya pada 2009 lalu," ujar Zainah.
Diceritakannya, sejak 11 tahun lalu dirinya telah mempunyai keinginan untuk menunaikan ibadah haji. "Makanya, sedikit demi sedikit uang hasil dari memijat saya kumpulkan. Saya memberanikan diri untuk mendaftar sebagai calon jemaah haji pada 2009 lalu," ujarnya.
Sebanyak tiga kali Zainah menyetor uang kepada perwakilan Rama Tours n Travel di Banjarmasin, Cecep Adywijaya Darwis.
"Pembayaran itu dilakukan mulai 2008 sampai 2009. Dan itu tiga kali pembayarannya, pertama sebanyak Rp 30 juta, kedua sebanyak Rp 10 juta dan terakhir sebanyak Rp 20 juta," ujarnya.
Yang menerima uang setoran haji itu, kata Zainah, berbagai orang. "Mulai dari Cecep, istri Cecep, Hj Vahmilian Hayati, dan anak buahnya," ujarnya.
Sehari setelah mengetahui dirinya gagal berangkat, Zainah mengaku tidak hentinya menghubungi Cecep dan istrinya, yang akrab disapa Ibu Memel.
"Tiap kali saya hubungi, tidak pernah diangkat. Pernah diangkat sekali oleh istrinya, namun jawabannya tidak memuaskan," ujar perempuan kelahiran 8 Juli 1943 itu.
Tidak hanya Zainah, calon jemaah haji asal Pelaihari, Agif, juga mengalami hal sama. Perasaan kecewa seperti Zainah juga tidak bisa ditutupinya.
"Perasaan saya sama dengan apa yang dirasakan oleh Ibu Zainah," ujar pria yang berprofesi sebagai polisi itu.
Agif, yang ditunjuk sebagai koordinator jemaah haji, mengungkapkan ada 20 jemaah lainnya yang juga gagal berangkat melalui biro perjalanan yang sama.
"Seluruh calhaj itu berasal dari berbagai daerah di Kalsel, ada yang berasal dari Tanjung, Pelaihari, Banjarmasin dan beberapa daerah lainnya," ujarnya.
Agif mengaku sudah menghubungi Cecep untuk meminta kejelasan bagaimana nasib mereka. "Saking jengkelnya saya pernah datang kerumahnya dan menunggui sampai jam dua malam," ujarnya.
Setelah menunggu selama itu, kata Agif, dia akhirnya berhasil menemui Cecep. "Saat itu cecep berjanji akan mengembalikan seluruh uang dan menunjuk saya sebagai koordinatornya," ujarnya. (ll)