Disambangi KPK, Hakim Syarifuddin Asyik Merokok
Rona wajahnya memancarkan kesenangan. Jarum jam menunjuk hampir pukul sembilan malam. Mulut Syarifuddin terus mengepulkan asap dari rokok.
Penulis: Y Gustaman
Editor: Ade Mayasanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yogi Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rona wajahnya memancarkan kesenangan. Jarum jam menunjuk hampir pukul sembilan malam. Mulut Syarifuddin terus mengepulkan asap dari rokok yang dihisapnya. Rabu malam itu, hatinya bungah menerima tiga amplop cokelat berisi uang Rp 250 juta dibungkus tas kertas warna merah.
Langit gemintang di utara Jakarta malam itu seperti turut menebalkan suka cita Syarifuddin. Siapa yang tak senang, karena si empunya rumah baru saja kedatangan tamu seorang kurator. Belakangan, sang kurator yang diketahui bernama Puguh Wiryawan tak banyak basa-basi dan langsung pulang.
Merasa penasaran dengan isi tiga amplop itu, Syarifuddin tergerak menghitungnya. Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk. Nahas, tamu kedua malam itu datang membuat berita buruk. Mereka memperkenalkan diri sebagai petugas Komisi Pemberantasan Korupsi. Syarifuddin mati rasa seketika, tak bisa berbuat apa-apa.
Syarifuddin berusaha tenang meladeni kedatangan petugas KPK. Kaos polo hitam dan celana bahan yang dipakainya menerima Puguh belum sempat diganti. Hakim Pengawas Kepailitan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat ini kikuk ketika diberondong petugas KPK soal tiga amplop uang.
Syarifuddin semakin terpojok. Para tamu melingkari tempatnya duduk. Sementara petugas KPK menggeledah seluruh isi rumah Syarifuddin. "Bapak itu tenang dan terus merokok," cerita Sobby Sitompol, anggota Lembaga Musyawarah Kelurahan RW 16, yang menyaksikan penggeladahan malam itu, kepada Tribunnews.com, Kamis (2/6/2011).
Sementara di jalan kompleks, sekitar tujuh mobil milik petugas terparkir. Sebagian besar petugas ada di dalam rumah. Dua lainnya hanya berjaga di depan rumah yang di beberapa pojok terdapat sangkar besi untuk ayam pejantan peliharaan Syarifuddin.
Suasana semakin tegang, setelah istri Syarifuddin mulai histeris, berteriak tak menyangka suaminya disangka petugas KPK karena menerima suap dari Puguh. Sobby yang datang sebagai saksi bersama dua petugas keamanan Kompleks Perumahan Kehakiman Sunter Agung Tengah, Podomoro, Jakarta Utara bertanya-tanya.
Sebentar ia keluar untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Syarifuddin. Kepada salah satu petugas KPK, Syarifuddin mencari tahu. "Saya tanya kepada petugas, kok ada begini-beginian. Mereka bilang bapak ini dicurigai menerima suap karena ada laporan masuk," imbuhnya.
Sobby tak habis pertanyaan dan kembali bertanya soal dugaan suap yang dikenakan kepada tetangganya itu. Mantan pegawai Departemen Kehakiman yang duduk di Direktorat Jenderal Pengadilan Umum ini lalu memastikan siapa penyuapnya. "Penyuapnya sudah ada di dalam," begitu jawaban petugas.
Penggeledahan petugas KPK yang begitu lama, membuat Sobby terkantuk-kantuk. Pasalnya, Sobby harus menyaksikan mereka menghitung tiap lembar uang yang ditemukan dari rumah Syarifuddin. Ia mengaku, bukan saja rupiah, tapi mata uang asing seperti dolar Amerika turut dihitung petugas. Sampai uang yang disimpan di dalam jas ketahuan.
Merasa tak kuat hati suaminya bakal dijerat dan dibawa ke KPK, sang istri menangis. Begitu juga anak gadis Syarifuddin yang ditaksir Sobby berusia 20 an. "Ibunya pingsan-pingsan, terus siuman dan sangat syok. Anaknya menangis di dalam kamar. Sebagai warga saya hanya bisa menyabarkan mereka untuk sabar," tutur Sobby.