Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Syafi'i Ma'arif Rela Berkendara Bajaj untuk HUT Jakob Oetama

Ahmad Syafi'i Ma'arif, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah tak ingin melepas momentum perayaan HUT ke-80 Jakob Oetama.

Penulis: Ade Mayasanto
zoom-in Syafi'i Ma'arif Rela Berkendara Bajaj untuk HUT Jakob Oetama
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Anggota Komite Etik KPK Syafii Maarif usai jumpa pers di kantor KPK, Jakarta Selatan, Kamis (4/8/2011). Komite Etik KPK membahas mekanisme, tata cara dan jadwal, serta teknis perolehan data. Rapat ini sekaligus akan menentukan siapa saja yang akan dimintai keterangan, termasuk Pimpinan KPK. (tribunnews/herudin) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Ade Mayasanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ahmad Syafi'i Ma'arif, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah tak ingin melepas momentum perayaan HUT ke-80 Pemimpin Umum harian Kompas, Jakob Oetama.

Mengenakan pesawat, anggota Komite Etik KPK ini pun melesat menuju Jakarta sejak Selasa pagi (27/9/2011). Setiba di bandara Soekarno-Hatta, Syafi'i melanjutkan perjalanan menuju kantor Kompas di Palmerah Selatan.

Bukan dengan kendaraan pribadi, pria yang disapa Buya ini memilih berkendara umum. Bahkan, Ia pun rela menggunakan bajaj berbahan bakar gas untuk menghadiri HUT Jakob Oetama.

"Saya turun di depan gedung Jakarta Post. Setelah itu, berjalan kaki ke kantor beliau (Jakob Oetama)," ucapnya seraya mengatakan, perjalanan itu terasa tidak melelahkan lantaran bisa bertemu dengan Jakob Oetama, dan berbicara banyak hal perihal kondisi bangsa Indonesia.

"Kita bicara banyak soal bangsa. Kenapa kok begini-begitu. Tapi menurut saya, kita ini tidak boleh meratapi," ucapnya.

Pertemuan dengan Jakob Oetama di kantor pun berlanjut ke acara HUT ke-80 Jakob Oetama. Bertempat di gedung Bentara Budaya, Syafi'i mengikuti perayaan HUT Jakob Oetama yang disertai peluncuran sebuah buku bertajuk'Syukur Tiada Akhir'.

Berita Rekomendasi

Usai pertemuan, pria yang disapa Buya ini pun berkomentar soal sosok Jakob Oetama kepada Tribunnews.com. "Sebagai manusia dia otentik. Apa yang diucapkan, dipikirkan, itu datang dari dalam, dari lubuk manusia. Saya senang," imbuhnya.

Jakob Oetama memulai karir sebagai guru sekolah menengah pertama di Jakarta awal tahun 1950-an. Ia terjun ke dunia jurnalistik saat ia menjadi redaktur Mingguan Penabur tahun 1956. Setelah itu, Jakob Oetama pun mendirikan majalah Intisari tahun 1963. Bersama PK Ojong, dua tahun kemudian Jakob menerbitkan Harian Kompas untuk pertama kalinya 28 Juni 1965. Sepeninggal Ojong, Jakob meneruskan Harian Kompas sehingga mencapai puncak kejayaannya di bisnis harian cetak, hingga saat ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas