Bom Solo Gerakan Baru Aksi Terorisme
Persitiwa ledakan bom di Gereja Bethel Injili Sepenuh (GBIS), Kepunton, Solo yang terjadi Minggu lalu, (24/9) menurut
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persitiwa ledakan bom di Gereja Bethel Injili Sepenuh (GBIS), Kepunton, Solo yang terjadi Minggu lalu, (24/9) menurut Mantan Pimpinan Jamaah Islamiyah (JI), Nasir Abbas merupakan gerakan baru dari para radikalis yang mengumbar jihad dalam arti yang salah, Rabu (28/9/2011).
"Ini merupakan gerakan baru. Pelaku bom bunuh diri ini mungkin bergerak atas inisiatif sendiri," jelas Nasir Abbas saat ditemui Tribunnews.com usai jumpa pers di apartemen Park Royal, Jakarta Selatan.
Selanjutnya, nasir Abbas juga menjelaskan, aksi ini merupakan aksi yang dilakukan secara sporadis dari para radikalis. Dengan tidak adanya pemimpin yang jelas, mereka sulit untuk membuat peristiwa besar seperti yang pernah terjadi pada peristiwa bom di Bali, Kuningan dan beberapa tempat lain.
"Mereka akan sulit melakukan aksi besar-besaran karena terkait dana yang terbatas. Beda dengan dulu," imbuh Nasir.
Selain itu, yang lebih membahayakan yakni, peran internet yang semakin berkembang. Diketahui, pelau bom bunuh diri yang dilakukan Yosefa sebelum melakukan bom, sempat sambangi rental internet. Diduga ia membuka situs yang menyajikan bacaan berbau radikal.
"Ini yang berbahaya, si pelaku tidak lagi mendapat pencerahan dari pemimpin, namun ia meneguhkan niat nelalui internet," ucap Nasir Abbas.