Peringatan Sumpah Pemuda Suatu Refleksi Kritis
Di tengah hiruk pikuk bangsa Indonesia memantapkan sistem demokrasi, peringatan atas Sumpah Pemuda merupakan suatu refleksi kritis
Penulis: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah hiruk pikuk bangsa Indonesia memantapkan sistem demokrasi, peringatan atas Sumpah Pemuda merupakan suatu refleksi kritis atas perjalan panjang sejarah bangsa ini.
Delapan puluh tiga tahun yang lalu, tepatnya 28 Oktober 1928, para pemuda dari berbagai daerah memproklamasikan berdirinya bangsa. Sementara tanggal 17 Agustus 1945 adalah proklamasi berdirinya negara. Bangsa berdiri baru setelah itu negara.
"Inilah makna penting dari arti Sumpah Pemuda yang menjadi landasan bagi berdirinya bangsa dan negara Indonesia," tegas Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Irman Gusman, Kamis (27/10/2011), pada Seminar Nasional DPD RI dalam rangka peringatan Sumpah Pemuda dengan tema: “Keberagaman, Kemajemukan, dan Perjuangan Daerah”.
Irman Gusman mengatakan, sebagai lembaga perwakilan daerah yang mewakili aspirasi, kepentingan, dan seluruh satuan-satuan suku bangsa di Tanah Air, keberadaan daerah-daerah adalah suatu karunia Tuhan yang didapat melalui perjuangan, tekad yang bulat, semangat yang satu, serta cita-cita bersama seluruh daerah yang terkristalisasi dalam empat pilar penting yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI.
"Bangsa dan Republik ini adalah hasil jerih payah perjuangan masyarakat daerah yang saat itu memiliki kesamaan nasib, kesamaan sejarah, dan kesamaan cita-cita untuk hidup bersatu," tegasnya.
Menurut Irman, ini merupakan suatu komitmen khas bangsa Indonesia di banyak daerah di belahan dunia lain, perbedaan suku, etnis, dan agama merupakan suatu sumber permasalahan yang serius, justru di negeri ini semuanya bersatu dalam keberagaman dan kemajemukan yang saling menghargai dan menghormati.
Dikatakan, lahirnya cendekiawan-cendekiawan Indonesia seperti Dr. Soetomo, Ir. Soekarno, Syahrir, Tan malaka, Hos Cokro Aminoto, Ignatius Joseph Kasimo, Ismail Marzuki, Sam Ratulangi, Muh. Husni Thamrin, Wage Rudolf Supratman, Lambertus Nico Palar dan sebagainya adalah tokoh-tokoh muda yang menemukan kembali ke-Indonesiaan kita yang telah tercerai berai dan hilang tenggelam oleh sejarah penjajahan.
"Merekalah yang kemudian menjadi tonggak penting Sumpah Pemuda dan menjadi pemuda-pemuda yang berhasil menyatukan bangsa ini," katanya.