Pak Raden Galau Ditinggal si Unyil
Entah apa yang dirasakan Suyadi, yang lebih dikenal dengan sosok Pak Raden dalam cerita si Unyil
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Entah apa yang dirasakan Suyadi, yang lebih dikenal dengan sosok Pak Raden dalam cerita si Unyil yang sukses di era tahun 80-an. Pak Raden menganggap, Unyil adalah sebuah kegagalan sepanjang hidupnya.
"Si Unyil itu sebuah kegagalan," kata Pak Raden sesuai suratnya yang diserahkan di kediamannya di Jalan Petamburan 3, Jakarta Pusat, Sabtu (14/4/2012).
Penyesalan Pak Raden dengan mengatakan Unyil adalah karya yang 'gagal' lantaran Unyil beralih ke tangan orang lain dan tak kembali lagi.
Tangan orang lain yang dimaksud Pak Raden tak lain adalah Perum Produksi Film Negara (PPFN) yang tak menunjukkan itikad baik kepadanya. Di tahun 1995, Pak Raden mengadakan perjanjian penyerahan hak cipta atas nama Suyadi dengan pihak PPFN. Kemudian, disepakati pada tanggal 14 Desember 1995.
Kemudian, dalam perjanjian pada Pasal 7 surat perjanjian tertulis, perjanjian keduabelah pihak berlaku selama 5 tahun terhitung sejak ditandatanganinya perjanjian tersebut.
Yang menjadi persoalan, PPFN menganggap bahwa perjanjian penyerahan hak cipta tersebut tetap pada PPFN untuk selamanya. "Oleh karena itu, hari ini beliau sore ini mengamen untuk menggalang dana," ujar rekannya, Nanang kepada Wartawan.
Dengan menggunakan kursi roda, Pak Raden melantunkan lagu-lagunya, salah satunya yaitu Sol Do Iwak Kebo karyanya sendiri.
Tidak hanya menyanyikan lagu saja, Pak Raden yang menggunakan pakaian adat Jawa dengan Blankon di kepalanya juga menjual kaos berwarna kuning cerah.
"Beliau menjual kaos seharga 120.000 rupiah. Pak Raden juga menjual buku untuk menggalang dana," tutur Nanang.