Sukhoi, Wartawan dan 'Colokan' Listrik
Selain berita perkembangan evakuasi korban penumpang pesawat Sukhoi Superjet 100 (SSJ 100) dan narasumber yang kredibel
Penulis: Eri Komar Sinaga
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Eri Komar Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selain berita perkembangan evakuasi korban penumpang pesawat Sukhoi Superjet 100 (SSJ 100) dan narasumber yang kredibel, colokan listrik termasuk 'most wanted' alias benda paling dicari wartawan kala meliput di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Sejak hari pertama liputan, puluhan awak media, baik elektronik, cetak dan online, memadati ruang kedatangan Bandara Halim Perdanakusuma.
Bisa dikatakan sebagian besar wartawan siaga di Halim dari pagi hingga malam hari. Kondisi tersebut memaksa mereka bagi pengguna smartphone khususnya BlackBerry 'BB' dan netbook agar sebisa dan sesering mungkin dekat dengan sumber arus listrik.
Maklum saja, perangkat telepon pintar tersebut sangat cepat menghabiskan baterai apalagi jika sering terkoneksi dengan internet dan tetap dioperasikan. Sementara bagi wartawan online, kecepatan berita adalah nyawa. BB mati adalah petaka yang tak bisa ditolerir.
Sementara itu media elektronik juga sangat membutuhkan colokan listrik karena mereka sering tampil 'live' sehingga butuh dukungan arus listrik yang memadai.
Selain sedang 'on duty' arus listrik harus tetap tersedia agar bisa 'charging' BB untuk ber-Blackberry Mesengger ria membunuh rasa bosan.
Masalahnya adalah tidak banyak sumber arus (colokan) yang ada di terminal kedatangan. Pantauan Tribunnews hanya ada empat colokan. Di dekat pemesanan taxi, di dekat amplifier pengeras suara, di dalam toilet pria dan di luar ruangan. Di luar maksudnya colokan untuk 'Vending Machine' minuman kemasan.
Para wartawan akhirnya memutuskan untuk membawa colokan T atau colokan bercabang yang berkabel untuk mempersenjatai diri.
Hal seperti itu juga tampak di landasan Halim. Satu-satunya colokan adalah di dekat parkiran mobil pemadam kebakaran.
Walau demikian kebutuhan colokan listrik belum terpenuhi. Soalnya, hanya sebagian wartawan yang bersedia membawa dari rumah colokan pribadi.
Jadi bagi yang membutuhkan 'isi ulang' tenaga listrik untuk handphone atau laptop kadang harus rela mengantri. Bahkan pemandangan 'ngecharge' di toilet pria bisa terlihat.
Ungkapan "bawa colokan T enggak, ada colokan yang kosong enggak mas," kerap terdengar sesama awak media.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.