Gigi Faktor Penting Identifikasi Jenazah
Tim DVI (Disaster Victim Identification) menjadi bagian penting dari kasus jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100. Tim tersebut melakukan
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim DVI (Disaster Victim Identification) menjadi bagian penting dari kasus jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100. Tim tersebut melakukan identifikasi terhadap potongan korban yang ditemukan di lokasi kejadian.
Tim DVI terdiri dari para anggota yang ahli dibidangnya. Mereka bertugas dengan standar operasional yang ditetapkan Interpol dalam mengidentifikasi para korban. Sejauh ini total 15 jenazah yang telah diidentifikasi oleh tim DVI.
Sebanyak tiga jenazah dapat teridentifikasi dari data primer yang dimiliki keluarga korban yakni gigi. Kepala Laboratorium dan Klinik Odontologi Kepolisian, Kombes Triawan Marsudi mengharapkan masyarakat sedapat mungkin memliki data ante mortem gigi untuk mengenali ciri fisik korban.
"Contohnya ada data rontgen foto itu sangat membantu," kata Triawan.
Data, kata Triawan, bisa didapatkan saat seseorang memeriksakan giginya ke dokter. Ia menceritakan saat proses identifikasi berlangsung dan terjadi kesulitan maka data gigi bisa menjadi jalan keluar.
"Mungkin ada rontgen gigi, kita temukan fragmen, ini giginya siapa, begitu di post mortem foto rongten juga," ujarnya.
Bila seseorang memiliki data gigi, Triawan mengatakan hal itu memudahkan polisi untuk membandingkan data ante mortem dengan pos mortem.
Triawan yang semenjak pendidikan kepolisian menggeluti bidang gigi mengingatkan masyarakat dan dokter gigi agar selalu menyimpan data rekam setiap pemeriksaan.
"Kalau sudah ada pemeriksaan foto disimpan di-file-kan dengan baik, bila ada kejadian, pihak keluarga sudah punya file," katanya.
"Kalau ada kejadian musibah dan bencana yang tidak pernah kita duga, memungkinkan kita meneliti dengan cepat," tambah ayah tiga anak itu.
Triawan menegaskan jenazah pertama yang berhasil diidentifikasi karena keluarga memiliki data panoramik yang bagus. Tim DVI langsung membandingkan dengan potongan tubuh korban yang ternyata sama.
Perwira menengah itu mengatakan dalam kasus Sukhoi, keluarga korban yang memiliki data odontogram (gigi) mencapai 50 persen dari 45 penumpang yang ikut dalam penerbangan itu.
Namun, banyak data gigi yang belum lengkap. Ia menyebutkan hanya satu keluarga yang memiliki data panoramik yang memadai. Padahal, kata Triawan, gigi memiliki ciri khas untuk dapat mengetahui asal suku dan negara asal seseorang.
"Gigi punya ciri khas, bentuknya berbeda-beda, dan dari suku tertentu. Mongoloid dan Kaukasoid yang berbeda," ujarnya.
Jarangnya data rekam gigi yang dimiliki masyarakat, kata Triawan karena adanya beberapa indikasi. Contohnya kebiasaan masyarakat yang berobat gigi masih jarang, jauh dari nyawa, mahal biaya pengobatan dan malas bolak-balik ke dokter gigi.
"Padahal gigi menjadi data primer karena secara struktur dilindungi oleh otot-otot kalau ada benturan ada data ante mortem bisa kita bandingkan," tuturnya.
Sementara ciri-ciri fisik gigi yang diberikan keluarga seperti adanya gigi yang tanggal dapat pula membantu penyidik."Kalau ada gigi pecah kita bandingkan bisa jadi indikasi," imbuhnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.