Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Putri Lingkungan 2010 Identifikasi Korban Sukhoi

Tim DVI (Disaster Victim Indentification) ternyata memiliki salah satu anggota perempuan cantik. Dialah Putri Lingkungan 2010, Reisa Kartikasari

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Putri Lingkungan 2010 Identifikasi Korban Sukhoi
Ferdinand Waskita/Tribunnews.com
Reisa Kartikasari 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim DVI (Disaster Victim Indentification) ternyata memiliki salah satu anggota perempuan cantik. Dialah Putri Lingkungan 2010, Reisa Kartikasari yang ikut mengindentifikasi korban Sukhoi Superjet 100.

Disela-sela tugasnya, Reisa bercerita saat pertama kali ia bergabung dengan tim DVI. Adik dari pengacara Dea Tunggaesti itu mengatakan selepas lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan.

"Saya masuk sejak tahun 2009 sebagai staf forensik RS Polri," kata Reisa ketika ditemui di RS Sukanto Polri, Jakarta, Senin (22/5/2012).

Kasus pertama yang ditanganinya adalah korban aksi terorisme bom di Hotel JW Mariot dan Ritz Carlton. Reisa pun mengaku sempat shock dengan apa yang dialaminya. Namun bekal semasa kuliah membuatnya ia kuat menjalani tugas tersebut.

"Sejak semester II sebenarnya kita sudah diajarkan untuk meneliti jasad korban maupun potongan tubuh," katanya.

Setelah itu, Reisa tidak lagi mengalami rasa takut saat mengindentifikasi jasad korban. Menurutnya, jenazah tersebut tetaplah seorang manusia yang harus diperlakukan secara terhormat.

"Mereka (jenazah) juga punya keluarga dan mempunyai orang-orang yang disayangi, jadi kita perlu menghormati jenazah," imbuh Reisa sambil tersenyum.

Reisa menuturkan pilihannya sebagai tim forensik RS Soekanto Polri sempat ditentang keluarga. Namun Reisa memberikan penjelasan yang akhirnya diterima oleh keluarga.

"Sempat keluarga menolak tapi sekarang mereka mendukung saya," katanya.

Termasuk dukungan dari kakaknya yang berprofesi sebagai pengacara, Dea Tunggaesti.

Reisa melanjutkan setelah kasus bom pada tahun 2009, ia pun menjalani tugas-tugas besar lainnya. Ia sempat mengidentifikasi teroris-teroris yang terbunuh dalam penggerebekan Densus 88 seperti Noordin M Top.

"Saya harus mengindentifikasi apakah benar itu jenazah teroris, tapi saya tidak simpati kalau jenazah teroris," aku Reisa.

Reisa mengaku sudah mencintai pekerjaannya sebagai tim DVI sehingga terus bertugas di RS Soekanto Polri. Namun, ia juga tetap menjajal kemampuannya dalam ajang Putri Indonesia.

Pengalamannya selama mengikuti kontes kecantikan itu, kata Reisa, menjadi bekal dalam tugasnya sebagai dokter. Reisa ditempatkan di bagian administrasi DVI. Ia pun harus berhadapan dengan keluarga serta menjelaskan kondisi korban.

"Dengan pengalaman di Putri Indonesia yang mengajarkan public speaking, saya jadi lebih siap menghadapi keluarga korban," kata perempuan kelahiran Malang 24 Desember 1985 itu.

Reisa juga mengungkapkan kendala yang dihadapinya saat mengindentifikasi jasad korban Sukhoi Superjet 100 itu. Pasalnya, kondisi korban sudah tidak utuh lagi.

"Evakuasinya sudah sudah, kita identifikasi juga susah," ujarnya.

Walaupun sibuk bertugas dalam tim DVI, namun Reisa tetap menjalankan kesibukannya sebagai model. Menurut Reisa, keduanya merupakan pekerjaan yang menyenangkan. Ia pun mengaku tidak terpengaruh saat bertugas mengindentifikasi jenazah kemudian menjadi model.

"Saya sama-sama menyenangi keduanya, kalau forensik kan pengabdian kepada negara, saya bangga bisa mengabdi," tuturnya.

Ayo Klik:

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas