TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Didik Nur Yusuf bin Achmad Hussein merupakan sosok karyawan Kompas Gramedia yang patut jadi teladan. Cerita ID Card yang tertinggal mungkin bisa jadi gambarannya.

Beberapa waktu sebelum kejadian kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100, Didik pernah ketinggalan ID Card karyawannya di kantor. Lantas, ia pun kembali untuk mengambilnya.

Setelah mengambilnya, Didik lantas berkelakar kepada petugas keamanan yang saat itu berjaga.

"Baru satu kali ini (ketinggalan). Seumur hidupnya bekerja di Kompas Gramedia, beliau ketinggalan ID Card," ungkap Wulan yang membacakan riwayat hidup Didik di Kantor Kompas Gramedia, Jalan Panjang, Jakarta Barat, Rabu (23/5/2012).

Memang dalam kesehariaannya Didik dikenal sebagai sosok yang humoris juga sosok yang disiplin dan loyal terhadap pekerjaan. "Mas Didik dikenal sebagai karyawan yang disiplin, berdedikasi, dan penuh semangat," ujarnya.

Pria kelahiran Magelang 14 April 1968 tersebut bergabung dengan Kompas Gramedia sejak 1 Juni 1991 sebagai photographer di Majalah Angkasa.

"Dengan kompetensi dan pengalaman yang dimiliki beliau, Mas Didik kerap mendapatkan penugasan yang luar biasa menantang," ungkapnya.

Banyak liputan-liputan yang penuh risiko yang harus ia kerjakan, diantaranya liputan perbatasan Timor Leste di Atambua, liputan mendarat darurat pesawat Vimmy dalam rangka keliling dunia, liputan kapal induk latih Jean de ARC dan Aconit, serta masih banyak lagi liputan lainnya.

Pria berusia 44 tahun tersebut meninggal dalam kecelakaan jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 pada Rabu, 9 Mei 2012. Ia meninggalkan seorang istri Nurlaila dan seorang anak yang masih berusia 14 tahun, Abdul Haris Dirgantara.

Ayo Klik:

• Jenazah Delapan Warga Rusia Belum Diambil
• Foke Kirim Karangan Bunga ke TPU Pondok Rangon
• Jenazah Didik dan Dodi Disalatkan di Gedung Kompas…
• Sebelum Meninggal Steven Kamagi Seperti Orang Bingung