Begini Kronologi Jatuhnya Pesawat Sukhoi RRJ-95B
Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) baru saja melansir hasil investigasi kecelakaan pesawat Sukhoi RRJ-95B Registrasi 97004 yang
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) baru saja melansir hasil investigasi kecelakaan pesawat Sukhoi RRJ-95B Registrasi 97004 yang terjadi di Gunung Salak Bogor pada 9 Mei 2012. Berikut kronologinya:
Pada 9 Mei 2012, pesawat Sukhoi RRJ-95B Registrasi 97004 dengan nomor penerbangan RA 36801 yang dioperasikan oleh Sukhoi Civil Aircraft Company (SCAC), melakukan penerbangan promosi dari Bandara Internasional Halim Perdanakusuma.
"Penerbangan yang mengalami kecelakaan adalah penerbangan kedua pada hari itu," kata Kepala KNKT Tatang Kurniadi saat konferensi pers di kantornya, Selasa (18/12/2012).
Dalam penerbangan tersebut terdapat 45 orang yang terdiri dari dua pilot, satu navigator, satu flight test engineer, dan 41 penumpang yang terdiri dari empat personel dari SCAC, satu orang dari pabrik mesin pesawat SNECMA, dan 36 tamu undangan yang terdiri dari 34 warga Indonesia, satu warga Prancis, dan satu warga Amerika Serikat.
Penerbangan direncanakan menggunakan aturan terbang secara instrumen (Instrument Flight Rules/IFR) pada ketinggian 10.000 kaki selama 30 menit, dengan bahan bakar untuk terbang selama empat jam.
"Wilayah yang diizinkan untuk penerbangan ini adalah di area Bogor, sementara pilot punya asumsi bahwa penerbangan tersebut telah disetujui untuk terbang ke arah radial 200 HLM VOR sejauh 20 Nm," jelas Tatang.
Pada pukul 0720 UTC (Universal Time Coordinated) atau pukul 14.20 WIB, pesawat tinggal landas dari landasan 06. Kemudian berbelok ke kanan, hingga mengikuti ke radial 200 HLM VOR, lantas naik ke ketinggian 10.000 kaki.
Pada pukul 14.24 WIB, pilot melakukan komunikasi dengan Jakarta Approach, dan memberikan informasi bahwa pesawat telah berada pada radial 200 HLM VOR, dan naik ke ketinggian 10.000 kaki.
Pada pukul 14.26 WIB, pilot meminta izin untuk turun ke ketinggian 6.000 kaki, serta membuat orbit (lintasan melingkar) ke kanan. Izin diberikan oleh petugas Jakarta Approach
"Tujuan pilot untuk turun ke ketinggian 6.000 kaki dan membuat orbit, agar pesawat tidak terlalu tinggi untuk proses pendaratan di Halim menggunakan landasan 06," terang Tatang.
Kecelakaan pun terjadi, pada pukul 14.32 lewat 26 detik WIB berdasarkan waktu yang tercatat di Flight Data Recorder (FDR), pesawat menabrak tebing Gunung Salak pada radial 198 dan 28 Nm HLM VOR, dengan ketinggian sekitar 6.000 kaki di atas permukaan laut. 38 detik sebelum benturan, TAWS memberikan peringatan berupa suara 'Terrain Ahead, Pull Up, dan diikuti oleh enam kali 'Avoid Terrain'.
"PIC mematikan (inhibit) TAWS, karena berasumsi bahwa peringatan-peringatan tersebut diakibatkan database yang bermasalah," papar Tatang.
Tujuh detik menjelang tabrakan, terdengar peringatan berupa suara 'Landing Gear Not Down' yang berasal dari sistem peringatan pesawat. Peringatan tersebut aktif bila pesawat berada pada ketinggian kurang dari 800 kaki di atas permukaan tanah, dan roda pendaratan belum diturunkan.
Pada pukul 14.50 WIB, petugas Jakarta Approach menyadari bahwa target pesawat Sukhoi RRJ95B sudah hilang di layar radar.
"Tidak ada bunyi peringatan sebelum lenyapnya titik target pesawat dari layar radar," ucap Tatang.
Klik:
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.