Dahlan Iskan Dinilai Tiru Model Pencitraan Jokowi
Pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI) Maswadi Rauf mengatakan Menteri BUMN Dahlan Iskan bukanlah raja zaman dahulu yang bisa
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI) Maswadi Rauf mengatakan Menteri BUMN Dahlan Iskan bukanlah raja zaman dahulu yang bisa melakukan apa saja yang diinginkannya.
“Sekarang ini kita di era modern demokrasi, negara kita juga negara hukum yang ada aturan yang wajib dipatuhi oleh siapapun. Saya memahami banyak pendapat yang mengatakan kita butuh terobosan dalam kondisi seperti sekarang ini yang tidak bisa diselesaikan dengan cara konvensional, tapi tetap saja kita tetap harus berpegang pada aturan yang ada,” ujar Maswadi ketika dikonfirmasi wartawan, Senin (7/1/2013).
Maswadi dimintai tanggapan terkait penggunaan nomor polisi palsu mobil listrik Tucuxi milik Menteri BUMN Dahlan Iskan. Mobil Tucuxi bernomor polisi DI 19 yang dikendarai Dahlan itu mengalami kecelakaan saat uji coba di Magetan, Jawa Tengah, Sabtu (5/1/2013), lalu.
Menurut Maswadi sikap Dahlan yang menabrak aturan seperti itu seharusnya tidak dilakukan oleh seorang menteri.
Bagaimanapun seorang menteri harus menjadi panutan rakyat Indonesia. Dengan sikapnya yang seperti ini, menurut Maswadi, Dahlan sama sekali tidak bisa dijadikan panutan.
“Seorang menteri kan seorang pemimpin, dia harus taat aturan, taat pada aturan perundangan tidak bisa sembarangan. Menggunakan mobil yang belum lolos uji tanpa izin jelas melanggar aturan. Jelas menteri seperti ini tidak bisa dijadikan contoh buat rakyat,” tegasnya.
Maswadi mengatakan tindakan Dahlan yang mencari sensasi sebenarnya bukan kali ini saja. Dahlan sudah kerap mencari sensasi. Dirinya pun mencontohkan tindakan Dahlan ketika dia melabrak petugas tol di pintu tol.
“Lah ini kok malah mendamprat seorang petugas tol, tahu apa dia? Kenapa bukan manajernya. Sudah begitu tindakannya diliput luas sama media, apa dia sadar kalau tindakannya itu diikuti oleh masyarakat yang tidak puas pada pelayana tol bagaimana? Apa tidak tambah ruwet. Masyarakat tidak bisa disalahkan kalau berbuat seperti itu, orang menteri saja tidak apa-apa melakukan hal itu artinya masyarakat pun boleh. Jangan heran kalau Malaysia akan tambah menertawakan kita nanti,” imbuhnya.
Sebagai menteri, lanjut Maswadi, Dahlan harusnya membuat kebijakan bukan mengambil aksi seperti itu.”Tidak perlu dia naik kereta api, tapi dorong industri kereta api nasional sehingga kereta api bisa mencukupi untuk rakyat dan murah. Dia bisa mengambil kebijakan besar, tapi yang dilakukannya Cuma hal-hal sepele yang tidak penting yang hanya mendahulukan citra daripada kinerja,” tegasnya.
Dirinya sama sekali tidak percaya jika pernyataan Dahlan bahwa apa yang dilakukannya bukanlan untuk pencitraan.”Dia ini melakukan pencitraan meniru apa yang sukses dilakukan Jokowi. Sampai ide mobil nasional (Mobnas) pun dia ambil dari Jokowi yang sukses menjadi gubernur karena mobil Esemka. Sayangnya pencitraan pun dia mencontek dari orang lain,” tegasnya.
Semua orang menurut Maswadi paham bahwa membuat mobil bukanlah perkara mudah. Membutuhkan waktu yang sangat riset yang sangat panjang.”Ini mungkin dibuat oleh tukang las saja, semuanya dirakit-rakit tanpa diuji coba langsung dipakai di jalan. Wajar saja kalau celaka,” imbuhnya lagi.
Terakhir dirinya meminta Presiden SBY untuk segera memanggil Dahlan karena apa yang dilakukannya memberikan contoh buruk bagi masyarakat dan memberikan citra buruk pada pemerintahannya.
”SBY harus panggil Dahlan, tidak bisa seenaknya saja karena ini akan merugikan pemerintahannya. Dia hentikan aksi-aksi pencitraan atau diganti saja," katanya.
Klik: