Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Partai NasDem Berpeluang Jadi Pilihan Alternatif di Pemilu 2014

Partai NasDem merupakan satu-satunya partai baru yang lolos verifikasi faktual dan memiliki kesempatan bertarung

Penulis: Edwin Firdaus
zoom-in Partai NasDem Berpeluang Jadi Pilihan Alternatif di Pemilu 2014
TRIBUNNEWS.COM/DANY PERMANA
Pawai budaya digelar Partai Nasdem saat menyerahkan berkas syarat pendaftaran partai politik peserta Pemilihan Umum 2014, di Kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Jumat (10/8/2012). KPU mulai membuka pendafataran partai politik untuk Pemilu 2012 dari tanggal 10 Agustus sampai 7 September 2012. TRIBUNNEWS/DANY PERMANA 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai NasDem merupakan satu-satunya partai baru yang lolos verifikasi faktual dan memiliki kesempatan bertarung dengan sembilan partai lama di Pemilu 2014.

Maka, di tengah kekecewaan publik terhadap situasi politik yang berasal dari partai lama, Partai Nasdem jadi alternatif pilihan.

Pasalnya, sebagaimana dibeberkan sejumlah lembaga survei terhadap itu, selain dipersepsikan gagal mengakomodasi dan memperjuangkan kepentingan rakyat, partai-partai lama juga digambarkan banyak yang terlibat korupsi.

"Kalau orang kecewa dengan barang lama, maka akan beralih ke yang baru. Ini hukum psikologi. Sekalipun belum tentu OK, Partai Nasdem barang baru, belum kelihatan belangnya. Wajar bila jadi partai alternatif," kata Guru Besar Psikologi Politik UI, Prof. Hamdi Muluk kepada wartawan di Jakarta, Rabu (9/1/2013).

Memang hanya segelintir kader dari partai-partai lama seperti Golkar, PDIP dan Demokrat, yang kesandung kasus korupsi. Namun, menurutnya, publik tetap mempersepsikan partainya korup. Terlebih, publik mengasosiasikan tindakan individu kader ke partai tempatnya bernaung.

"Yang ada di masyarakat itu persepsi partai, bukan individu. Ramai diberitakan kan asal partainya," kata Hamdi.

Persepsi buruk publik terhadap partai lama bukan hanya muncul karena adanya kader-kader partai tersebut yang terjerat korupsi dan ditahan penegak hukum. Tapi juga karena informasi-informasi yang dipublikasi soal korupsi oleh lembaga-lembaga negara.

Berita Rekomendasi

PPATK misalnya menyebut dari penelusuran yang mereka lakukan disimpulkan bahwa semua partai politik yang ada di Senayan terlibat permainan anggaran. Sebelumnya Sekretaris Kabinet Dipo Alam menyampaikan hal yang sama.

"Kondisi ini sangat menguntungkan bagi partai Nasdem. Tapi masalahnya, bisa tidak Partai Nasdem mengoptimalkan momentum ini," ujarnya.

Persepsi buruk terhadap partai lama, saran Hamdi, harus dijawab sebaliknya oleh Partai Nasdem. Agar dipilih rakyat, Partai Nasdem harus mencitrakan diri sebagai partai bersih, diisi figur-figur yang berkualitas dan bermutu, serta bisa mewujudkan harapan rakyat.

"Partai Nasdem harus bisa memanfaatkan psikologis buruknya citra masyarakat terhadap partai-partai lama. Selama ini dilakukan, Partai Nasdem bisa mendulang sukses di Pemilu nanti," imbuhnya.

Terkait adanya menguatnya faksi-faksi di tubuh Partai Nasdem yang terbelah pada wacana perlu tidaknya perombakan kepengurusan DPP Partai Nasdem saat ini, Hamdi menilai hal itu bukan halangan yang berarti selama bisa dikelola dengan baik sehingga eskalasinya ke luar bisa diminimalkan.

"Jangankan partai baru, partai lama juga ada gontok-gontokan. Itu gejala umum. Yang penting tidak kelihatan dan tidak terbaca di luar. Partai Golkar agak bisa meredam masalah gontok-gontokan. Partai lain, seperti PKB pecah," urainya.

Namun, akan lebih baik lagi di sisa waktu yang ada, Partai Nasdem betul-betul fokus dengan penguatan jaringan partai di tingkat grassroot, tidak sibuk mengurus masalah yang bisa menghasilkan perpecahan.

Apalagi, menurutnya, pengurus yang ada tentunya sulit bekerja melebarkan dan menguatkan jaringan kalau konsentrasi kerja mereka terus diganggu dengan isu perombakan.

"Soliditas tetap penting diperhatikan. Gagal mengelola perbedaan akan merugikan bagi partai. Sebaiknya Partai Nasdem menjaga soliditas," ujarnya.

*Berita Lengkap Mengenai Verifikasi Parpol Silakan KLIK Di Sini

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas