Anas Urbaningrum akan Ungkap Skandal Bank Century
Tidak semua tamu yang datang memberikan dukungan moril, langsung bisa menemui bekas Ketua Umum Demokra
Penulis: Y Gustaman
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA--Tidak semua tamu yang datang memberikan dukungan moril, langsung bisa menemui bekas Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum di kediamannya, Jalan Teluk Langsa, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Untuk masuk ke dalam, para tamu itu harus melewati beberapa ring. Ring pertama adalah memasuki gerbang rumah Anas yang bergaya joglo. Ring kedua, para tetamu diarahkan ke pendopo, tempat berkumpulnya simpatisan Anas dari korps HMI.
Ring selanjutnya, adalah ruang makan dan ruang keluarga. Di ruangan ini, loyalis Anas dari Partai Demokrat berkumpul. Minggu (24/2/2013) malam, sejumlah kader partai berlambang bintang mercy yang ada saat itu seperti pengurus DPP, dan DPD.
Cerita itu disampaikan Yuddy Chrisnandi, kolega Anas satu korps di HMI. Malam itu, Yuddy yang juga politisi Partai Hanura tiba bersama koleganya di HMI, Priyo Budi Santoso, yang juga Wakil Ketua DPR RI. Keduanya berdalih datang ke Anas tanpa janjian.
Pada lapis keempat, si empunya rumah berada. Ruangan ini tempat tamu-tamu diterima, termasuk membahas obrolan lembaran Anas ke depan. Yuddy memastikan, ruangan ini steril dan hanya yang berkepentingan saya yang masuk.
Dijumpai di sela-sela peluncuran Hanura Digital, Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta Selatan, Senin (25/2/2013), Yuddy mengaku, tak bisa langsung menemui Anas di ring keempat.
"Saya dan Mas Priyo harus menunggu dulu di ring ketiga. Waktu mau masuk, masih ada Pak Anwar Nasution dengan satu orang sepuh dari HMI. Saya tidak tahu dia bawa apa ke dalam," cerita Yuddy ketika ditanya apakah obrolan mereka soal Century.
Selepas Anwar dan sesepuh HMI keluar, Yuddy dan Priyo yang juga Ketua Timwas Century DPR RI masuk ke dalam ruangan. Dalam pertemuan enam mata ini, Anas blak-blakan menceritakan lembar kedua hidupnya saat ini, termasuk soal Century.
"Sekarang bolanya ada di Mas Priyo. Dia membidangi masalah Timwas Century. Anas akan menjadi pioneer yang akan membongkar Bank Century senilai Rp 6.7 triliun," papar Yuddy.
Ketika dicecar lebih jauh, lembaran apa tepatnya yang akan dibongkar Anas, Yuddy berdalih kebanyakan hanya konsumsi teman-teman, bukan untuk publik. Yuddy memberi clue obrolannya kurang lebih soal lembaran kedua.
Semalam, sejumlah politisi DPR yang ikut bertandang adalah politisi Hanura, yang juga Wakil Ketua Komisi VI Erik Satrya Wardhana. Ada juga Viva Yoga Muladi, politisi PAN. Keduanya satu korps di HMI.
Kehadiran tamu Anas semalam ada juga Misbakhun, politisi PKS (Partai Keadilan Sejahtera), yang juga inisiator hak angket Century. Misbakhun tiba di belakang Yuddy dan Priyo. Ia datang terburu-buru dan langsung masuk gerbang rumah Anas.
Yuddy merasa kasus hukum yang menimpa Anas didahului oleh proses politik internal Demokrat yang tak menyukainya. Bukan tanpa alasan jika Yuddy menilai Anas tertimpa musibah politik.
"Anas dipolitisasi dulu baru dihukum belakangan. Dia sudah digoyang leat Rapimnas, dan event-event partai. Saya berbicara soal sebagai teman. Dia aktifis yang tangguh, dan tetap membina komunikasi politik dengan konstituennya," katanya lagi.
Sejumlah serangkaian aksi politisasi terhadap Anas, dinilai Yuddy, tak berhasil dilakukan oleh hegemoni elit Demokrat. Baru dalam dalam kasus hukum ini Anas disingkirkan dari jabatan sebagai Ketua Umum Demokrat.
Anas sendiri melepas baju biru kebesaran Demokrat dengan memakai diksi berhenti, bukan mundur. Yuddy mengartikan, kalau Anas memakai kata berhenti, dia tidak usah mengajukan pengunduran diri, yang prosesnya harus lewat Kongres Luar Biasa.