Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sikap Danjen Kopassus Ksatria

Sikap Danjen Kopassus yang menyatakan bahwa dirinyalah yang paling terdepan bertanggung jawab atas perbuatan anak buahnya, merupakan sikap ksatria

Penulis: Rachmat Hidayat
zoom-in Sikap Danjen Kopassus Ksatria
NET
Danjen Kopassus Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo 

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) Mayjen TNI Agus Sutomo menyatakan bertanggung jawab atas tindakan 11 anggota grup II Kartasura yang menyerang Lapas Cebongan Sleman, Yogyakarta.

Sikap Danjen Kopassus yang menyatakan bahwa dirinyalah yang paling terdepan bertanggung jawab atas perbuatan anak buahnya, merupakan sikap ksatria. Begitu pula dengan sikap prajuritnya yang siap diproses hukum.

"Sikap Danjen Kopassus merupakan bentuk kepemimpinan ksatria, bertanggung jawab, tak cuci tangan, dan tak lari dari perbuatan salah yang dilakukan anak buah. Ia juga berani memastikan prajuritnya untuk menjalani proses hukum yang ada," puji Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Fadli Zon, dalam rilisnya kepada Tribun, Sabtu (6/4/2013).

"Ini sikap yang jarang ditemukan pada pemimpin lainnya saat ini, yang cenderung angkat tangan, atau melakukan pembiaran ketika bawahan melakukan kesalahan," kata Fadli.

Fadli menegaskan, sikap Danjen Kopassus ini patut dicontoh pemimpin lembaga manapun di negeri ini. Dibalik kewenangan dan kekuasaan seorang pemimpin, puji Fadli lagi, ada tanggung jawab. Hal inlah yang kemudian Fadli mengibaratkan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Yang terkadang, pejabat hanya mau kekuasaan dan kehormatannya saja, tapi tak mau tanggung jawab atas amanah yang disandang.

Danjen Kopassus, lanjut Fadli lagi,  menunjukkan karakter pemimpin itu. Ia tegas dan berani bersikap, meskipun beresiko terhadap jabatannya.

"Prajurit Kopassus yang mengeksekusi para preman mungkin saja melakukan 'dark justice'. Mereka ambil jalan pintas yang main hakim sendiri. Meskipun tindakan itu tak dapat dibenarkan, namun harus jadi refleksi bahwa penegakan hukum masih lemah," tegasnya. 

Berita Rekomendasi

"Keadilan sulit diperoleh. Hukum dapat dibeli dan dipermainkan. Hukum kadang jadi alat kepentingan dan politik. Bahkan ada aparat penegak hukum menjadi penjahat berseragam. Saatnya hukum ditegakkan sesuai kebenaran," pungkas Fadli Zon.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas