Pilot Lion Air Wajib Dites Urine
Sebanyak 101 penumpang dan 7 kru berhasil diselamatkan dari lokasi kejadian.
Penulis: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Pesawat Boeing 737 800 NG milik Lion Air jatuh di laut Bali sekitar pukul 15.35 WITA atau 14.35 WIB Sabtu (13/4/2013) kemarin. Sebanyak 101 penumpang dan 7 kru berhasil diselamatkan dari lokasi kejadian.
"Kami tentu sangat prihatin atas terjadinya musibah ini. Bersyukur, tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun ini menambah buruk reputasi penerbangan di Indonesia," Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Fadli Zon mengungkapkan, Minggu (14/4/2013).
Fadli menyarankan agar penyelidikan atas kejadian ini harus segera diselesaikan oleh KNKT. Apa penyebabnya dan apa yang salah. Agar ke depan, tak terulang kembali.
Sejauh ini, lanjut Fadli, sudah ada beberapa dugaan seperti terlalu rendah mendarat atau dugaan roda rusak. Hal ini perlu juga diteliti jika ada permasalahan komunikasi di menara kontrol seperti yang sering terjadi.
Begitu juga harus ada investigasi untuk menelusuri faktor-faktor lain khususnya keputusan pilot. Apakah sesuai prosedur yang normal atau tidak. Tes urine dan tes yang standar terhadap pilot memang suatu keharusan.
"Frekwensi kecelakaan pesawat terbang niaga komersial Indonesia tertinggi di Asia atau rata-rata sembilan kali per tahun. Sedangkan di negara Asia lain hanya 3-4 kali setahun," ungkapnya.
Fakta ini, tambah Fadli Zon, menunjukkan bahwa masih banyak hal yang harus dibenahi dalam sistem keamanan transportasi pesawat terbang di Indonesia. Upaya pembenahan juga perlu dilakukan terhadap sarana dan sumber daya manusia yang mengelolanya.
Rekrutmen SDM yang baik, Fadli menyarankan, bisa mengurangi human error yang banyak menyebabkan kecelakaan pesawat di Indonesia.
"Manajemen pesawat udara pun perlu peningkatan kualitas safety sebagai jaminan keamanan bagi penumpang. Sebagai negara kepulauan, industri penerbangan sangat vital bagi kemajuan ekonomi," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, pesawat yang mengalami kecelakaan ini baru diterima perusahaannya dari pabrikan Boeing Amerika Serikat, pada 18 Maret 2013.
Direktur Umum Lion Edward Sirait mengaku belum menerima data jam pesawat tersebut. Yang jelas, pesawat nahas baru beroperasi sekitar sebulan terakhir. "Jadi, jam terbang pesawat ini masih sangat sempit," ucap Edward.
Saat ini, PT Lion Air punya 87 unit pesawat, termasuk 12 Boeing 737-800 NG.
"Harga satu unit 80 sampai 90 juta dolar AS," ungkapnya.
Sebelum tercebur di perairan Bali, pesawat sudah melakukan tiga perjalanan, yakni Palu-Balikpapan, Balikpapan-Banjarmasin, dan Banjarmasih-Bandung.
Edward mengaku belum mendapatkan informasi, bahwa pesawat itu sempat mengalami masalah mesin saat berada di Palu.
Ia meyakinkan, pesawat nahas dalam kondisi laik terbang, dan telah dilakukan pengecekan berkala setiap hari sebelum beroperasi.
Pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), untuk mengetahui sebab-musabab kecelakaan ini.
"Tanpa kejadian itu pun kami lakukan cek pagi, siang, dan malam," tegasnya.
Menurut Edward, pesawat diterbangkan oleh Capt M Gazhali dari Bandung ke Denpasar. Ia memastikan, pilotnya juga dalam kondisi sehat dan layak menerbangkan pesawat.
"Kalau bicara kesehatan kru (pilot), kami lakukan pemeriksaan enam bulan sekali. Kalau lulus, lisensinya diperpanjang. Untuk dugaan penggunaan narkoba, kami lakukan rem check, acak sampling," papar Edward.
Menurut Edward, seorang pilot rata-rata bisa lima kali menerbangkan pesawat dalam sehari. Gazali terbilang pilot yang memiliki jam terbang tinggi.
"Pilot Gazali belum pernah ada masalah sebelumnya, beliau pilot yang baik. Pesawat itu masih ratusan jam terbangnya. Kalau jam terbang pilot Gazali di atas 10 ribu jam," jelasnya.