Kisruh UN, PT Ghalia Sudah Bermasalah Pada Tahun 2009
PT Ghalia Printing sebagai salah satu percetakan soal Ujian Nasional (UN) 2013 ternyata pernah bermasalah
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- PT Ghalia Printing sebagai salah satu percetakan soal Ujian Nasional (UN) 2013 ternyata pernah bermasalah pada tahun 2009. Anggota Komisi X asal PAN Eko Hendro Purnomo atau Eko "Patrio" mengungkapkan PT Ghalia jugga sempat mencetak surat suara pada pemilihan presiden tahun 2009.
Namun, cetakan surat suara pada pemilihan presiden itu bermasalah. "Ghalia itu punya masalah, tahun 2009, surat suara pilpres. Makannya saya bilang, itu sudah ada masalah, artinya saya nggak tahu teknis tender di Kemendikbud seperti apa sih, kan sudah ada masalah, ada catatan buruk, kok masih dipakai," kata Eko dalam rapat dengar pendapat antara Komisi X dengan Mendikbud M.Nuh di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (26/4/2013) malam.
Apalagi, kata Eko, PT Ghalia adalah pemain baru dalam tender di Kemendikbud. Tetapi, justru mendapat jatah dana paling besar. "Tahun lalu saja hanya diberi satu paket saja," ujarnya.
Diketahui, PT Ghalia Indonesia Printing mendapatkan tender dari Kemendikbud dengan harga penawaran Rp 22.489.952.830. PT Ghalia dipercaya mencetak soal UN mencakup provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, NTB, NTT, dan Papua Barat.
Anggota Komisi X lainnya Zulfadhli juga menyayangkan putusan Kemendikbud yang tetap mempercayakan PT Ghalia untuk mencetak soal UN. Pasalnya, persoalan di PT Ghalia sudah diketahui sejak 10 hari sebelum pelaksanaan ujian tingkat SMU.
"Tapi masih diberi kesempatan oleh kementerian, ini resikonya tinggi. Ghalia juga belum memulai percetakan, padahal percetakan lain sudah mulai," tuturnya.
Selain itu Zulfadhli mempertanyakan sikap Kemendikbud yang menerima PT Ghalia yang mengajukan penawaran dengan harga tinggi. Padahal, banyak perusahaan percetakan yang melakukan penawaran lebih rendah.
"Jelaskan kenapa PT Ghalia ditetapkan, padahal penawarannya tinggi. Padahal banyak yang penawarannya lebih rendah," kata Zulfadli.
Masalah lainnya, kata politisi Golkar itu, adalah adanya dugaan salah satu pemenang tender itu tidak ada security printing. Sehingga keamanan kerahasiaan soal ujian dipertanyakan. "Ini jelaskan, supaya tidak ada penyimpangan-penyimpangan," imbuhnya.
Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Khairil Anwar Notodiputro mengungkapkan kemungkinan PT Ghalia dapat terpilih meskipun penawarannya tidak termurah.
"PT Ghalia tidak termurah tapi menang daripada penyedia jasa lainnya yang lebih murah, karena penyedia jasa lain sudah tereliminasi pada tahap sebelumnya yakni verifikasi administrasi," ujar Khairil.
Khairil juga menjelaskan kemungkinan faktor lainnya yang membuat PT Ghalia memenangi tender. "Bisa juga terjadi PT Ghalia bukan termurah karena yang termurah sudah menang di paket lain, jadi Ghalia sebagai runner up bisa naik. Dalam lelang ada masa sanggah. Tapi tidak ada sanggahan sehingga dilanjutkan dengan penandatanganan kontrak," tukasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.